63. TerRengga-Rengga! (Bagian C)"Nggak lah! Mungkin suaminya baru datang yang benar! Aku tadi lihat, dia ada di depan mengobrol dengan satpam. Mungkin sedari tadi dia menunggu di luar. Ya ampun, Mas Rengga … so sweet sekali. Cocok lah pokoknya kalian! Langgeng sampai nenek kakek dan menunggu maut bersama ya kalian!" kata Ulva dengan wajah berbinar."Aamiin ya Allah, terima kasih kalian semua. Baik-baik banget!" timpalku dengan suara lembut."Eh, kok Risa diam aja? Nggak ada komentar, kesan dan pesan yang ingin diucapkan gitu untuk mengomentari suamiku? Kenapa gelisah?" tanyaku dengan lembut ke arah Risa, namun … terdengar menusuk untuknya. Dan benar saja, Risa langsung gelagapan dan tampak salah tingkah."Eh, iya, loh! Kalian kan getol banget di sosial media kalau berbalas komen. Kok ketika bertemu diem-dieman. Malah banyakan aku dan Ulva yang ceriwis semenjak tadi!" kata Delta ikut menyahuti."Eh, anu, ehm. Aku hanya menyimak saja. Kalian terdengar seru sekali, jadi ya … aku pun set
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU64. Pamer Kemesraan (Bagian A)"Aku juga nggak tahu, ya, suamiku setia atau nggaknya. Tapi, yang jelas. Aku nggak peduli sama sekali! Selama dia nggak berubah sama aku tentang sikapnya, mertua masih menyayangi dan memanjakanku serta tak ikut campur terlalu dalam rumah tanggaku. Lalu, semua gaji masuk setor ke aku beserta tunjangan dan bonus lainnya. Aku rasa aku sudah harus bersyukur! Selain itu, biar saja menjadi urusannya dengan Tuhan! Hanya saja, jika sampai berani terlihat di depan mataku. Ya, itu tandanya aku sudah siap untuk menghabisi dia bersama juga dengan selingkuhannya! Gampang aja!" ujarku seraya mengedikkan bahu."Bener banget! Itulah enaknya menjadi istri sah dari abdi negara! Gajian dan tunjangan aja harus lewat persetujuan istri sah kalau mau utak-atik. Benar nggak? Udah ada jatahnya pula! Salut! Jadi istri dari seorang abdi negara itu memang istimewa. Punya kuasa penuh. Lah, apalagi ditambah keturunan Ningrat. Wah, menang banyak pokok
65. Pamer Kemesraan (Bagian B)Aku harus tampil bersemangat dan energik agar mereka tak curiga dengan pancingan-pancingan yang dikeluarkan oleh Risa. Ya, meskipun aku tahu dia tidak akan berani terang-terangan. Tapi, untuk berjaga-jaga saja, biasanya wanita tak tahu malu begitu suka nekat. "Oke lah! Mari kita bertukar nomor telepon dan saatnya membuat grup untuk kita berempat! Senang deh, dapat teman baru lagi buat kumpul!" ujar Delta seraya menatap layar ponselnya. Wanita dengan rambut berwarna coklat gelap itu pun mulai memindai nomor dari kami satu per satu untuk dia simpan dalam ponselnya. Dan tak lama kemudian, aku sudah masuk saja ke dalam grup dengan judul diamond squad. "Keren namanya, tapi kenapa harus diamond?" tanyaku seraya menggeser menu pada benda pipih yang saat ini berada di tanganku."Karena kita woman like a diamond, mungkin?" sahut Ulva seperti memberikan pendapat."All right, Babe! Karena kita semua di sini bukan wanita sembarangan! Alias bukan wanita karir bias
66. Pamer Kemesraan (Bagian C)Aku bergegas menarik tangan suamiku dan bergelayut mesra di lengannya. Bisa kulihat perubahan raut wajah dari Risa yang begitu kentara. Yang awalnya berbinar dan tampak berseri-seri, sekarang tiba-tiba saja menjadi sendu dengan senyuman terpaksa."Iya, tapi sebelumnya … boleh, dong, kenalan dulu sama temen-temen aku!" ujarku seraya memperkenalkan Delta, Ulva dan juga Risa kepada Mas Rengga."Oh, oke. Hai, kenalin saya Rengga, suaminya Keysa!" ucap Mas Rengga seraya mengulurkan tangan pada Delta dan kemudian pada Ulva."Salam kenal, Rengga. Aku Delta!" balas Delta seraya tersenyum dan menjabat tangan Mas Rengga dengan singkat. Hal yang sama pun dilakukan oleh Ulva. Wanita itu hanya mengangguk sopan dan berkata. "Ulva!" Kini, aku beralih pada Risa yang berdiri dengan mematung menatap Mas Rengga. Tatapannya seolah menginginkan. Sedangkan kulihat Mas Rengga sepertinya salah tingkah. Dia pun mengulurkan tangan kembali pada Risa. Mungkin tak ingin terlihat c
67. Pamer Kemesraan (Bagian D)Dia pergi tanpa menyalami atau menjabat tangan kami satu per satu. Dia juga tak berniat memeluk kami atau bahkan hanya untuk berbasa-basi bercipika-cipiki sebagai ucapan sampai jumpa. Namun, aku tahu penyebabnya. Pasti dia merasa risih dan kepanasan karena melihatku dan Mas Rengga melakukan adegan hangat seperti tadi."Oke, bye. Kami juga pergi!" sahut Delta yang kini meraihku ke dalam pelukan dan kami bercipika-cipiki satu sama lain bersama dengan Ulva. Sedangkan Mas Rengga, kulihat dia sempat memperhatikan kepergian Risa dari sudut matanya. Mungkin saja lelaki itu merasa bersalah karena berniat terang-terangan membuat gundiknya itu cemburu. Tapi, entahlah. Aku juga belum tahu pasti bagaimana perasaan Mas Rengga yang sebenarnya. Setelah berpamitan, Mas Rengga kembali merengkuh pinggangku. Kami berjalan beriringan dengan senyum lebar hingga sampai di parkiran. Barulah ketika masuk di dalam mobil, aku kembali memasang wajah dingin dan cuek. Sungguh berb
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU68. Tak Hanya Digoyang Ombak (Bagian A)"Kok tiba-tiba jariku tremor gini ya, buat ngangkat panggilan dari ulat bulu?" Dengan gaya angkuh aku mencoba untuk tak tertarik dengan ponsel Mas Rengga. Tetap saja aku malah semakin merebahkan tubuhku bersandar pada jok mobil. "Ya sudah, biarkan aja!" sahut Mas Rengga malas-malasan."Angkat aja nggak papa, Mas! Siapa tahu ada hal penting yang mau dia sampaikan. Sapa tahu juga dapat tawaran mantap-mantap kan? Asyik, dong!" seruku dengan wajah datar. Terlihat jelas bahwa raut wajah Mas Rengga kini malah terlihat bingung dan menatapku dengan pandangan aneh."Kenapa natap aku gitu? Ada yang aneh?" tanyaku yang kini sibuk memainkan ponsel. Sama sekali aku tak berniat melirik atau menatap balik netra milik suamiku."Nggak!" sahut Mas Rengga dengan cepat. Lalu, tangannya tiba-tiba saja sudah meraih ponsel yang berdering seakan menjerit ingin segera ditolong."Halo, Mas? Kenapa baru ngangkat, sih?" Langsung saja aku
69. Tak Hanya Digoyang Ombak (Bagian B)"Hmm, aku bertemu Risa karena tak sengaja awalnya. Waktu itu kami selesai mengamankan misi dari sebuah strategi. Anak-anak mengajakku untuk refreshing sedikit. Ya, main ke bar … hanya untuk menikmati segelas kecil minuman sebagai hiburan. Cuma itu saja! Di sanalah aku kenal dengan Risa karena salah satu rekanku merupakan teman baiknya. Bisa dibilang kami berjumpa dengan cara tiba-tiba, alias hanya kebetulan semata!" jelas Mas Rengga membuatku menyimak. Aku juga penasaran bagaimana mereka bisa berkenalan. Hanya saja, kali ini aku akan memasang wajah tak peduli, walaupun sebenarnya ingin."Terserah lah, Mas. Kamu teguh dengan alibi mu sendiri pun aku nggak peduli! Benar dulu kata temanku semasa sekolah, punya suami pelayar itu sebenarnya capek! Habis, dermaganya banyak banget! Eh, malahan aku sekarang yang ngerasain!" ucapku seraya mengedikkan bahu."Key, sumpah! Jangan bilang begitu! Ucapanmu barusan itu seakan-akan aku memiliki banyak wanita ha
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU70. Ibu sudah tahu? (Bagian A)"Key, kamu jangan mudah percaya! Semua omongan dia itu nggak ada yang benar! Gila, ya! Dia benar-benar psikopat!" ujar Mas Rengga seraya menggertakkan giginya. Aku hanya diam, menunggunya melakukan pembelaan. "Psikopat? Bukannya kamu cinta? Bahkan, kamu sempat menawariku untuk berpoligami saja. Lupa, Mas?" tanyaku dengan santai. Mas Rengga terlihat bingung, dia menyandarkan tubuhnya pada jok dan menggeleng lemah."Maaf, Key. Waktu itu aku hanya terpaksa saja!" kata Mas Rengga terdengar lirih."Udahlah, Mas. Nggak usah dibahas. Mending fokus nyetir, aku ingin segera sampai tempat Ibu!" sahutku dengan cuek. Berbicara tentang Risa pada Mas Rengga seakan tidak pernah berujung. Aku sendiri juga tak tahu, mana yang pantas untuk dipercaya ucapannya? Mas Rengga, suami yang sudah menjagaku dan memenuhi semua kebutuhanku semenjak beberapa tahun silam. Ataukah si gundik yang baru saja aku kenal? Tak perlu berlarut untuk memikirk
"Jangan berbelit, sebaiknya katakan saja semuanya! Apa saja yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikanlah! Aku udah nggak peduli lagi kok. Andai saja proses perceraian dengan abdi negara mudah untuk dilakukan, tentu saja aku sudah melakukannya sejak lama!" tantang Keysa tanpa gentar. "A-apa? Nggak! Keysa, kamu nggak boleh bilang seperti itu, karena kita nggak akan pernah pisah, kita nggak akan pernah cerai, aku bersumpah!" ujar Rengga sungguh-sungguh. Hal itu tentu saja membuat Risa semakin marah, wajah wanita dengan dress berwarna peach itu pun memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. "Bagaimana jika kesepakatan yang pernah kau berikan padaku, akan ku sanggupi secepatnya? Bagaimana jika tawaran yang pernah kau ucapkan padaku, sanggup untuk aku penuhi sekarang juga? Apa kau akan tetap bersedia memberikan Mas Rengga untukku? Aku tahu kau seorang wanita cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai popularitas yang cukup diagungkan di seluruh sosial media. Jadi, aku harap semua tantanganm
Bab 48 ENDINGPov Author"Alhamdulillah, akhirnya konferensi pers berjalan dengan lancar. Kita nggak harus buka aib ataupun masalah baru lagi. Beruntungnya juga mereka percaya kalau kejadian waktu itu di Restoran memang diperlukan untuk adegan syuting suatu serial nanti. Padahal, nggak tahu juga itu serial akan tayang kapan dan dimana juga, ya, Mas?" Keysa menghela napas lega. Dia beberapa kali mengusap dadanya dengan lembut. Keduanya saat ini sedang berada di gedung, tepatnya di belakang ruangan yang digunakan untuk jumpa pers tadi."Iya, Sayang. Alhamdulillah! Aku nggak nyangka juga, tanpa briefing pun Keysa bisa dan tahu kapan dia harus buka suara atau tidaknya. Tapi, aku butuh angin segar ini, Sayang. Tadi di dalam udah berasa sidang KPK. Bikin grogi banget, aku sampai mau napas aja susah, loh!" tanggap Rengga kini memandang ke wajah istrinya."Halo, apa kabar kalian? Gimana-gimana acaranya tadi? Lancar kan? Harusnya kalian sih, berterima kasih denganku, ya! Sebab, bibirku yang se
122. Rencana Keysa (Bagian C)Sontak, aku menoleh, ternyata dia tak benar-benar menutup pintu kamar mandi hanya karena ingin melihat aksiku di belakangnya. Ah, suamiku memang unik!"Udah, deh, Mas, jangan bercanda terus! Ayo, buruan! Nggak enak kalau kita nanti terlambat," kataku yang akhirnya memilih untuk tak menggubris candaannya lagi."Key, kamu cantik deh, serius!" ujar Mas Rengga saat aku mulai mengenakan pakaian. Kemeja modern berwarna peach, dipadu dengan celana kulot putih susu. Senada pula dengan hem berwarna peach dan celana kain berwarna putih yang akan dipakai oleh Mas Rengga nanti. "Serius, kita pakai baju couple yang itu, Key? Itu kan warnanya peach gitu. Masak iya aku pakai pink sih, Key?" tanya Mas Rengga masih setia di balik pintu kamar mandi. Dengan melongokkan setengah kepalanya, dia menggeleng seakan keberatan dengan outfit yang kupilih saat ini."Nggak papa, ini bagus banget tahu Mas! Ini kan peach, bukan pink! Siapa pula yang mencetuskan pertama kali, bahwa le
121. Rencana Keysa (Bagian B)"Iya, siap! Aku mengerti, Key, aku paham dengan semua rencana ini. Semoga berhasil, lebih cepat lebih baik, Key! Terima kasih banyak, kamu selalu menolong dan membantu ku hingga begini!" kata Mas Rengga seraya memelukku."Udah, ya, pelukannya!" ujarku berusaha untuk menghindar. Aku hanya menyunggingkan seulas senyum tipis padanya. "Yuk, kita bersiap berangkat! Aku akan mengatakan padanya bahwa kita sudah siap berangkat sebentar lagi. Aku akan menunjukkan padanya, di hadapan media dan semua orang yang sudah hadir untuk menonton, aku akan memamerkan ke seluruh dunia, siapa pemilik mu yang sebenarnya!" seruku dengan mata yang berbinar. Mas Rengga mengangguk antusias. Sementara aku, langsung saja mandi dan bersiap."Key, plakat dan id card serta surat ini sementara akan ku letakkan di dalam brankas kita saja, ya? Boleh?" tanya Mas Rengga sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat."Oke, terserah! Letakkan di tempat paling aman yang kamu rasa bisa dijadika
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU122. Rencana Keysa (Bagian A)"Ini maksudnya apa, sih, Mas? Kan hanya sebuah id card, terus ini apa? Plakat? Maksudnya apa, sih? Aku bingung deh," tanyaku seraya mengerutkan kening. Mas Rengga hanya menggertakkan giginya, hingga bunyi gemeretak terdengar jelas di telinga."Ini id card, hanya 'pemain' ulung yang bisa mendapatkannya. Untuk mendapatkan id card ini, tidak semua orang bisa mencapainya, Key. Apa, ya, aku susah sekali mau jelasin sama kamu. Intinya, ini bisa disebut sebagai penghargaan, Key. Dalam permainan slot judi online, akan ada plakat dan id card yang dikirim, biasanya ditujukan untuk 'pemain' setia yang sudah mencapai level, serta syarat dan ketentuan dari mereka. Ini yang paling tertinggi, ini juga seharusnya rahasia. Jangan sampai ada orang yang tahu, aku punya ini, Key! Ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa aku terjebak dalam permainan judi online secara sadar! Kenapa bisa Risa yang memperolehnya? Apa dia yang sudah mengirimkan plaka
121. Paket Misterius (Bagian C)Rupanya, wanita yang berusaha untuk menggeser posisiku adalah lawan yang cukup tangguh dan juga kuat."Iya, aku tidak sedetail itu, Key. Waktu Yono dan rekan lain memperkenalkan kami, aku juga tidak paham dia siapa. Apa pekerjaannya dan juga statusnya. Aku baru tahu setelah lumayan dekat. Barulah aku mengerti bahwa dia seorang selebgram yang sering diundang sebagai inspirator wanita muda. Cukup menarik!" ujar Mas Rengga."Apanya yang menarik?" tanyaku dengan mata membulat."Eh, nggak! Profilnya, menarik! Iya, hanya itu. Karena wanita bisa mendapatkan kekayaan seperti pengusaha yang sudah bergelut menjalankan bisnis selama puluhan tahun. Tapi, Risa? Hanya dalam hitungan jari saja tahunnya, sudah bisa mendapatkan banyak properti. Banyak investor berlomba-lomba ingin bekerja sama dengannya. Mungkin saja dia pintar berbisnis. Sehingga membuahkan hasil besar!" kata Mas Rengga. Dia menopang dagu nya kembali.Kali ini pandangannya lurus ke arah depan."Halah,
120. Paket Misterius (Bagian B)Pantas sedari tadi dia hanya menunduk, tidak berani menatap kedua bola mataku. Rupanya, Mas Rengga sedang menangis. Bahkan, air matanya ada yang menetes mengenai tanganku."Mas, kamu menangis?" tanyaku seraya mencoba untuk mengangkat dagunya secara perlahan."Keysa, ih. Nggak, ini aku cuma kelilipan," jawabnya dengan nada tegas. Aku tertawa. Rupanya, hanya dengan melihat Mas Rengga seperti itu saja sudah sanggup membuatku tersenyum."Ngapain menangis? Sudah lah, Mas. Santai aja. Kita jalani saja dulu. Yang pasti tugas pertama kita sekarang, mencari tahu keinginan Risa dan apa tujuannya melakukan ini semua. Lalu, kita tinggal mencari tahu siapa dalang di balik surat kaleng yang ditujukan untuk Romo." Aku hanya menenangkan dia apa adanya. Bukannya aku tidak luluh, hanya saja aku malas jika harus berdrama tangis menangis di tempat umum seperti ini. Bisa jadi jika ada yang mem videonya, kami pasti bakal viral lagi. Dan aku nggak mau menambah masalah lagi!
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU119. Paket Misterius (Bagian A)"Ini, Mas!" Mataku masih menatap layar ponsel milik Mas Rengga. Namun sayang, panggilan yang terdengar dari speaker mau tak mau harus merubah kedua ponsel ini menjadi mode pesawat. Namun, Mas Rengga selalu saja menyarankan untuk menonaktifkan nya saja. Entahlah, apa alasannya. "Jangan lupa untuk mematikan ponselnya, Key!" ujar Mas Rengga. Sepertinya dia melihat saat aku hanya mengubah sinyal ponsel menjadi mode pesawat. "Ini udah sama aja kali, Mas!" sahutku seraya mengacungkan dua ponsel ke arahnya dalam posisi mode pesawat."Jangan, Key! Lebih baik nonaktifkan saja! Sini!" pinta Mas Rengga mengulurkan tangannya padaku. "Iya, iya! Biar aku saja yang menggantinya," balasku sembari menekan tombol power hingga kedua ponsel dalam tanganku menggelap, dan kemudian mati."Sudah!" Aku mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tas pinggang yang dipakai oleh Mas Rengga."Apa Risa mengirimkan pesan lagi padamu?" tanya Mas Rengg
118. Mungkinkah? (Bagian D)"Terserah. Kita pastikan saja nanti, Mas. Aku juga pusing. Masalah kita belum juga selesai, sekarang harus ditambah lagi masalah surat kaleng yang dikirim pada Romo. Setelah kamu bercerita padaku semuanya, setelah itu juga keluargamu akan tahu, Mas. Terutama Romo dan juga Ibu. Mari kita sebaiknya memikirkan bagaimana cara menyelamatkan nama baik keluarga terlebih dahulu!" ujarku penuh penekanan.Mas Rengga menatapku penasaran, dia seolah ingin tahu, apa maksud dari ucapanku."Maksud kamu bagaimana? Apa hubungannya surat kaleng Romo dengan masalah yang kita hadapi saat ini, Keysa? Kamu jangan membuatku semakin bingung dan merasa tak karuan seperti ini!" kata Mas Rengga dengan tegas. Dia berkali-kali terdengar menghembuskan napas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat."Kamu belum tahu kan apa isi surat kaleng itu?" tanyaku padanya."Apa memangnya?" tanya Mas Rengga malah menatapku dengan intens."Di dalam surat kaleng itu mengatakan bahwa kamu terlibat besar