66. Pamer Kemesraan (Bagian C)Aku bergegas menarik tangan suamiku dan bergelayut mesra di lengannya. Bisa kulihat perubahan raut wajah dari Risa yang begitu kentara. Yang awalnya berbinar dan tampak berseri-seri, sekarang tiba-tiba saja menjadi sendu dengan senyuman terpaksa."Iya, tapi sebelumnya … boleh, dong, kenalan dulu sama temen-temen aku!" ujarku seraya memperkenalkan Delta, Ulva dan juga Risa kepada Mas Rengga."Oh, oke. Hai, kenalin saya Rengga, suaminya Keysa!" ucap Mas Rengga seraya mengulurkan tangan pada Delta dan kemudian pada Ulva."Salam kenal, Rengga. Aku Delta!" balas Delta seraya tersenyum dan menjabat tangan Mas Rengga dengan singkat. Hal yang sama pun dilakukan oleh Ulva. Wanita itu hanya mengangguk sopan dan berkata. "Ulva!" Kini, aku beralih pada Risa yang berdiri dengan mematung menatap Mas Rengga. Tatapannya seolah menginginkan. Sedangkan kulihat Mas Rengga sepertinya salah tingkah. Dia pun mengulurkan tangan kembali pada Risa. Mungkin tak ingin terlihat c
67. Pamer Kemesraan (Bagian D)Dia pergi tanpa menyalami atau menjabat tangan kami satu per satu. Dia juga tak berniat memeluk kami atau bahkan hanya untuk berbasa-basi bercipika-cipiki sebagai ucapan sampai jumpa. Namun, aku tahu penyebabnya. Pasti dia merasa risih dan kepanasan karena melihatku dan Mas Rengga melakukan adegan hangat seperti tadi."Oke, bye. Kami juga pergi!" sahut Delta yang kini meraihku ke dalam pelukan dan kami bercipika-cipiki satu sama lain bersama dengan Ulva. Sedangkan Mas Rengga, kulihat dia sempat memperhatikan kepergian Risa dari sudut matanya. Mungkin saja lelaki itu merasa bersalah karena berniat terang-terangan membuat gundiknya itu cemburu. Tapi, entahlah. Aku juga belum tahu pasti bagaimana perasaan Mas Rengga yang sebenarnya. Setelah berpamitan, Mas Rengga kembali merengkuh pinggangku. Kami berjalan beriringan dengan senyum lebar hingga sampai di parkiran. Barulah ketika masuk di dalam mobil, aku kembali memasang wajah dingin dan cuek. Sungguh berb
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU68. Tak Hanya Digoyang Ombak (Bagian A)"Kok tiba-tiba jariku tremor gini ya, buat ngangkat panggilan dari ulat bulu?" Dengan gaya angkuh aku mencoba untuk tak tertarik dengan ponsel Mas Rengga. Tetap saja aku malah semakin merebahkan tubuhku bersandar pada jok mobil. "Ya sudah, biarkan aja!" sahut Mas Rengga malas-malasan."Angkat aja nggak papa, Mas! Siapa tahu ada hal penting yang mau dia sampaikan. Sapa tahu juga dapat tawaran mantap-mantap kan? Asyik, dong!" seruku dengan wajah datar. Terlihat jelas bahwa raut wajah Mas Rengga kini malah terlihat bingung dan menatapku dengan pandangan aneh."Kenapa natap aku gitu? Ada yang aneh?" tanyaku yang kini sibuk memainkan ponsel. Sama sekali aku tak berniat melirik atau menatap balik netra milik suamiku."Nggak!" sahut Mas Rengga dengan cepat. Lalu, tangannya tiba-tiba saja sudah meraih ponsel yang berdering seakan menjerit ingin segera ditolong."Halo, Mas? Kenapa baru ngangkat, sih?" Langsung saja aku
69. Tak Hanya Digoyang Ombak (Bagian B)"Hmm, aku bertemu Risa karena tak sengaja awalnya. Waktu itu kami selesai mengamankan misi dari sebuah strategi. Anak-anak mengajakku untuk refreshing sedikit. Ya, main ke bar … hanya untuk menikmati segelas kecil minuman sebagai hiburan. Cuma itu saja! Di sanalah aku kenal dengan Risa karena salah satu rekanku merupakan teman baiknya. Bisa dibilang kami berjumpa dengan cara tiba-tiba, alias hanya kebetulan semata!" jelas Mas Rengga membuatku menyimak. Aku juga penasaran bagaimana mereka bisa berkenalan. Hanya saja, kali ini aku akan memasang wajah tak peduli, walaupun sebenarnya ingin."Terserah lah, Mas. Kamu teguh dengan alibi mu sendiri pun aku nggak peduli! Benar dulu kata temanku semasa sekolah, punya suami pelayar itu sebenarnya capek! Habis, dermaganya banyak banget! Eh, malahan aku sekarang yang ngerasain!" ucapku seraya mengedikkan bahu."Key, sumpah! Jangan bilang begitu! Ucapanmu barusan itu seakan-akan aku memiliki banyak wanita ha
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU70. Ibu sudah tahu? (Bagian A)"Key, kamu jangan mudah percaya! Semua omongan dia itu nggak ada yang benar! Gila, ya! Dia benar-benar psikopat!" ujar Mas Rengga seraya menggertakkan giginya. Aku hanya diam, menunggunya melakukan pembelaan. "Psikopat? Bukannya kamu cinta? Bahkan, kamu sempat menawariku untuk berpoligami saja. Lupa, Mas?" tanyaku dengan santai. Mas Rengga terlihat bingung, dia menyandarkan tubuhnya pada jok dan menggeleng lemah."Maaf, Key. Waktu itu aku hanya terpaksa saja!" kata Mas Rengga terdengar lirih."Udahlah, Mas. Nggak usah dibahas. Mending fokus nyetir, aku ingin segera sampai tempat Ibu!" sahutku dengan cuek. Berbicara tentang Risa pada Mas Rengga seakan tidak pernah berujung. Aku sendiri juga tak tahu, mana yang pantas untuk dipercaya ucapannya? Mas Rengga, suami yang sudah menjagaku dan memenuhi semua kebutuhanku semenjak beberapa tahun silam. Ataukah si gundik yang baru saja aku kenal? Tak perlu berlarut untuk memikirk
71. Ibu sudah tahu? (Bagian B)Hampir saja terbahak aku, saat membaca komentarnya yang diberikan di postingan suamiku. Dia berharap apa tadi katanya? Suami yang sayang dengannya? Suami orang maksudnya? Lalu, apa tadi? Mertua yang bisa memperlakukannya dengan baik? Asli, aku ingin tertawa sekencang-kencangnya. Dia sendiri saja tidak bisa memperlakukan wanita lain dengan baik, kok bisa-bisanya dia tak tahu malu ingin diperlakukan secara baik. Sengaja, aku ingin memancing perhatiannya. Aku tekan tombol love untuk komentarnya, itu berarti aku dengan menyukai komentar yang dia berikan.Tak sampai menunggu berapa lama, saat ku putuskan untuk menjelajahi beranda. Story instagram Risa terlihat aktif. Dia baru beberapa menit yang lalu memposting sebuah kata-kata. 1% senang, 99% terluka. Aku mengernyitkan kening saat melihat dirinya memposting story dengan isi kata seperti itu. Tapi, aku tak ingin membalas ataupun berkomentar dengan akun suamiku. Bisa GR dia. Lagipula aku yakin, Risa tidak ak
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU72. Partner! (Bagian A)"Ya … sudah Ibu duga kalau Rengga memang sedang menyembunyikan sesuatu di belakang Ibu juga, terutama kamu," ujar Ibu mertua yang kini menatapku dengan wajah serius. Gurat keriput yang tersamarkan dengan riasan tipis bedak dingin, membuatku tersadar bahwa waktu sudah berjalan begitu cepat. Dan aku sudah mengenal Ibu selama hampir tujuh tahun lamanya."I-ibu … tahu dari mana?" tanyaku dengan suara sesenggukan. Aku menghapus air mata yang sudah menggenang dengan kasar. Tak ingin Ibu mertua semakin bersedih melihatku terpuruk seperti ini.Bukankah Keysa yang dia kenal adalah wanita dengan hati kuat dan tegar? Bukankah Keysa yang dia tahu, adalah seorang wanita karir yang mandiri, dan tak mempunyai waktu hanya untuk membahas dan menerka-nerka hal tak jelas semacam ini? Begitulah kurang lebih yang dipandang Ibu dariku, selama ini.Tapi, nyatanya? Aku tetap wanita biasa. Aku manusia yang tentu saja punya hati dan perasaan seperti l
73. Partner! (Bagian B)"Tunggu, Ibu belum selesai ngomong!" potong Ibu dengan cepat. Aku hanya bisa mendesah pelan."Apa menurutmu wajar? Dia datang dengan dandanan kurang sopan, di acara makan malam keluarga kita? Bahkan, dia sempat mengeluarkan suaranya hanya untuk menyerukan pertanyaan konyol yang sama sekali nggak lucu jika ditujukan untuk lelaki bergelar suami, apalagi hal itu diucapkan langsung di depan Ibu, yang dia tahu sebagai ibu kandung Rengga. Apa kamu ndak memikirkan, bagaimana perasaan Bapak dan Ibumu juga waktu itu? Keysa, walaupun itu hanya bergurau atau candaan. Suami orang atau sebaliknya, ndak cocok dijadikan bahan lelucon di depan keluarga besarnya! Satu lagi pertanyaan Ibu kali ini, apa kamu ndak merasa curiga dengan tatapan wanita itu yang mencuri-curi pandang ke suamimu? Bahkan, Ibu sering kali menangkap Rengga juga meliriknya sebelum semuanya menyadari. Apa Rengga sudah terbiasa begitu dengan lawan jenis selama ini? Apa menurut kamu itu hal yang wajar? Karena,
"Jangan berbelit, sebaiknya katakan saja semuanya! Apa saja yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikanlah! Aku udah nggak peduli lagi kok. Andai saja proses perceraian dengan abdi negara mudah untuk dilakukan, tentu saja aku sudah melakukannya sejak lama!" tantang Keysa tanpa gentar. "A-apa? Nggak! Keysa, kamu nggak boleh bilang seperti itu, karena kita nggak akan pernah pisah, kita nggak akan pernah cerai, aku bersumpah!" ujar Rengga sungguh-sungguh. Hal itu tentu saja membuat Risa semakin marah, wajah wanita dengan dress berwarna peach itu pun memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. "Bagaimana jika kesepakatan yang pernah kau berikan padaku, akan ku sanggupi secepatnya? Bagaimana jika tawaran yang pernah kau ucapkan padaku, sanggup untuk aku penuhi sekarang juga? Apa kau akan tetap bersedia memberikan Mas Rengga untukku? Aku tahu kau seorang wanita cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai popularitas yang cukup diagungkan di seluruh sosial media. Jadi, aku harap semua tantanganm
Bab 48 ENDINGPov Author"Alhamdulillah, akhirnya konferensi pers berjalan dengan lancar. Kita nggak harus buka aib ataupun masalah baru lagi. Beruntungnya juga mereka percaya kalau kejadian waktu itu di Restoran memang diperlukan untuk adegan syuting suatu serial nanti. Padahal, nggak tahu juga itu serial akan tayang kapan dan dimana juga, ya, Mas?" Keysa menghela napas lega. Dia beberapa kali mengusap dadanya dengan lembut. Keduanya saat ini sedang berada di gedung, tepatnya di belakang ruangan yang digunakan untuk jumpa pers tadi."Iya, Sayang. Alhamdulillah! Aku nggak nyangka juga, tanpa briefing pun Keysa bisa dan tahu kapan dia harus buka suara atau tidaknya. Tapi, aku butuh angin segar ini, Sayang. Tadi di dalam udah berasa sidang KPK. Bikin grogi banget, aku sampai mau napas aja susah, loh!" tanggap Rengga kini memandang ke wajah istrinya."Halo, apa kabar kalian? Gimana-gimana acaranya tadi? Lancar kan? Harusnya kalian sih, berterima kasih denganku, ya! Sebab, bibirku yang se
122. Rencana Keysa (Bagian C)Sontak, aku menoleh, ternyata dia tak benar-benar menutup pintu kamar mandi hanya karena ingin melihat aksiku di belakangnya. Ah, suamiku memang unik!"Udah, deh, Mas, jangan bercanda terus! Ayo, buruan! Nggak enak kalau kita nanti terlambat," kataku yang akhirnya memilih untuk tak menggubris candaannya lagi."Key, kamu cantik deh, serius!" ujar Mas Rengga saat aku mulai mengenakan pakaian. Kemeja modern berwarna peach, dipadu dengan celana kulot putih susu. Senada pula dengan hem berwarna peach dan celana kain berwarna putih yang akan dipakai oleh Mas Rengga nanti. "Serius, kita pakai baju couple yang itu, Key? Itu kan warnanya peach gitu. Masak iya aku pakai pink sih, Key?" tanya Mas Rengga masih setia di balik pintu kamar mandi. Dengan melongokkan setengah kepalanya, dia menggeleng seakan keberatan dengan outfit yang kupilih saat ini."Nggak papa, ini bagus banget tahu Mas! Ini kan peach, bukan pink! Siapa pula yang mencetuskan pertama kali, bahwa le
121. Rencana Keysa (Bagian B)"Iya, siap! Aku mengerti, Key, aku paham dengan semua rencana ini. Semoga berhasil, lebih cepat lebih baik, Key! Terima kasih banyak, kamu selalu menolong dan membantu ku hingga begini!" kata Mas Rengga seraya memelukku."Udah, ya, pelukannya!" ujarku berusaha untuk menghindar. Aku hanya menyunggingkan seulas senyum tipis padanya. "Yuk, kita bersiap berangkat! Aku akan mengatakan padanya bahwa kita sudah siap berangkat sebentar lagi. Aku akan menunjukkan padanya, di hadapan media dan semua orang yang sudah hadir untuk menonton, aku akan memamerkan ke seluruh dunia, siapa pemilik mu yang sebenarnya!" seruku dengan mata yang berbinar. Mas Rengga mengangguk antusias. Sementara aku, langsung saja mandi dan bersiap."Key, plakat dan id card serta surat ini sementara akan ku letakkan di dalam brankas kita saja, ya? Boleh?" tanya Mas Rengga sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat."Oke, terserah! Letakkan di tempat paling aman yang kamu rasa bisa dijadika
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU122. Rencana Keysa (Bagian A)"Ini maksudnya apa, sih, Mas? Kan hanya sebuah id card, terus ini apa? Plakat? Maksudnya apa, sih? Aku bingung deh," tanyaku seraya mengerutkan kening. Mas Rengga hanya menggertakkan giginya, hingga bunyi gemeretak terdengar jelas di telinga."Ini id card, hanya 'pemain' ulung yang bisa mendapatkannya. Untuk mendapatkan id card ini, tidak semua orang bisa mencapainya, Key. Apa, ya, aku susah sekali mau jelasin sama kamu. Intinya, ini bisa disebut sebagai penghargaan, Key. Dalam permainan slot judi online, akan ada plakat dan id card yang dikirim, biasanya ditujukan untuk 'pemain' setia yang sudah mencapai level, serta syarat dan ketentuan dari mereka. Ini yang paling tertinggi, ini juga seharusnya rahasia. Jangan sampai ada orang yang tahu, aku punya ini, Key! Ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa aku terjebak dalam permainan judi online secara sadar! Kenapa bisa Risa yang memperolehnya? Apa dia yang sudah mengirimkan plaka
121. Paket Misterius (Bagian C)Rupanya, wanita yang berusaha untuk menggeser posisiku adalah lawan yang cukup tangguh dan juga kuat."Iya, aku tidak sedetail itu, Key. Waktu Yono dan rekan lain memperkenalkan kami, aku juga tidak paham dia siapa. Apa pekerjaannya dan juga statusnya. Aku baru tahu setelah lumayan dekat. Barulah aku mengerti bahwa dia seorang selebgram yang sering diundang sebagai inspirator wanita muda. Cukup menarik!" ujar Mas Rengga."Apanya yang menarik?" tanyaku dengan mata membulat."Eh, nggak! Profilnya, menarik! Iya, hanya itu. Karena wanita bisa mendapatkan kekayaan seperti pengusaha yang sudah bergelut menjalankan bisnis selama puluhan tahun. Tapi, Risa? Hanya dalam hitungan jari saja tahunnya, sudah bisa mendapatkan banyak properti. Banyak investor berlomba-lomba ingin bekerja sama dengannya. Mungkin saja dia pintar berbisnis. Sehingga membuahkan hasil besar!" kata Mas Rengga. Dia menopang dagu nya kembali.Kali ini pandangannya lurus ke arah depan."Halah,
120. Paket Misterius (Bagian B)Pantas sedari tadi dia hanya menunduk, tidak berani menatap kedua bola mataku. Rupanya, Mas Rengga sedang menangis. Bahkan, air matanya ada yang menetes mengenai tanganku."Mas, kamu menangis?" tanyaku seraya mencoba untuk mengangkat dagunya secara perlahan."Keysa, ih. Nggak, ini aku cuma kelilipan," jawabnya dengan nada tegas. Aku tertawa. Rupanya, hanya dengan melihat Mas Rengga seperti itu saja sudah sanggup membuatku tersenyum."Ngapain menangis? Sudah lah, Mas. Santai aja. Kita jalani saja dulu. Yang pasti tugas pertama kita sekarang, mencari tahu keinginan Risa dan apa tujuannya melakukan ini semua. Lalu, kita tinggal mencari tahu siapa dalang di balik surat kaleng yang ditujukan untuk Romo." Aku hanya menenangkan dia apa adanya. Bukannya aku tidak luluh, hanya saja aku malas jika harus berdrama tangis menangis di tempat umum seperti ini. Bisa jadi jika ada yang mem videonya, kami pasti bakal viral lagi. Dan aku nggak mau menambah masalah lagi!
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU119. Paket Misterius (Bagian A)"Ini, Mas!" Mataku masih menatap layar ponsel milik Mas Rengga. Namun sayang, panggilan yang terdengar dari speaker mau tak mau harus merubah kedua ponsel ini menjadi mode pesawat. Namun, Mas Rengga selalu saja menyarankan untuk menonaktifkan nya saja. Entahlah, apa alasannya. "Jangan lupa untuk mematikan ponselnya, Key!" ujar Mas Rengga. Sepertinya dia melihat saat aku hanya mengubah sinyal ponsel menjadi mode pesawat. "Ini udah sama aja kali, Mas!" sahutku seraya mengacungkan dua ponsel ke arahnya dalam posisi mode pesawat."Jangan, Key! Lebih baik nonaktifkan saja! Sini!" pinta Mas Rengga mengulurkan tangannya padaku. "Iya, iya! Biar aku saja yang menggantinya," balasku sembari menekan tombol power hingga kedua ponsel dalam tanganku menggelap, dan kemudian mati."Sudah!" Aku mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tas pinggang yang dipakai oleh Mas Rengga."Apa Risa mengirimkan pesan lagi padamu?" tanya Mas Rengg
118. Mungkinkah? (Bagian D)"Terserah. Kita pastikan saja nanti, Mas. Aku juga pusing. Masalah kita belum juga selesai, sekarang harus ditambah lagi masalah surat kaleng yang dikirim pada Romo. Setelah kamu bercerita padaku semuanya, setelah itu juga keluargamu akan tahu, Mas. Terutama Romo dan juga Ibu. Mari kita sebaiknya memikirkan bagaimana cara menyelamatkan nama baik keluarga terlebih dahulu!" ujarku penuh penekanan.Mas Rengga menatapku penasaran, dia seolah ingin tahu, apa maksud dari ucapanku."Maksud kamu bagaimana? Apa hubungannya surat kaleng Romo dengan masalah yang kita hadapi saat ini, Keysa? Kamu jangan membuatku semakin bingung dan merasa tak karuan seperti ini!" kata Mas Rengga dengan tegas. Dia berkali-kali terdengar menghembuskan napas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat."Kamu belum tahu kan apa isi surat kaleng itu?" tanyaku padanya."Apa memangnya?" tanya Mas Rengga malah menatapku dengan intens."Di dalam surat kaleng itu mengatakan bahwa kamu terlibat besar