Entahlah, seperti keheningan senja ini, seperti kebisuan sudut-sudut apartemen yang kini seolah-olah menatap iba, aku masih merenungi sekian dari rangkaian peristiwa yang terjadi dalam hidup ini. Apakah ini Tuhan sedang bercanda padaku ataukah aku yang memilih untuk membuat segalanya menjadi lebih rumit. Sebenarnya aku bisa kembali ke rumah kapanpun aku mau, namun, sungguh aku ingin tahu apa saja yang dilakukan suamiku selama aku tidak ada. Apakah ia akan menjaga kehormatan dirinya dan nama baikku ataukah ia semakin rusak dan merusak segalanya.Tring ...Ponsel berbunyi dan seperti biasa, Mia selalu mengghubungi tiap akhir hari, menjelang malam."Halo, ya, apa perkembangan hari ini," jawabku."Anu, Bu, Eleanor mengajukan lamaran kerja ke korporasi, tak tanggung-tanggung ia langsung menemui Pak Wakil direktur dan meminta posisi sebagai Manager keuangan."Aku langsung terbelalak mendengar penuturan Mia dari seberang sana. Tak kusangka wanita satu itu sangat nekat dalam mengejar suami
*Melihat Dokter Budi hampir pingsan membuatku beringsut pelan menghampirinya."Dok, anda baik-baik saja?""Ti-tidak usah, sentuh saya," jawabnya sambil menjaga jaraknya, tubuh dan mulutnya bergetar hebat."Dok, saya bukan setan, saya masih hidup, aslinya saya maasih hidup.""Ja-jangan mengada-ada, ka-katakan apa yang kamu inginkan agar kamu segera pulang dengan tenang ke alam baka," jawabnya terbata-bata."Hahaha, bagaimana aku akan pulang ke alam baka kalo aku belum mati?" Aku tak sanggup menahan tawa."Lalu siapa yqng dikuburkan kemarin, Bukankah kamu sudah hancur dan hangus?""Itu orang lain, aku ... Sebenarnya sedang berpura-pura untuk mengungkap sesuatu.""Apa?" tanyanya terlihat penasaran."Permainan suamiku, aku ingin tahu sejauh mana ia mengkhianatiku, apa yang aka dia lakukan pada uang dan perusahaanku.""Ta-tapi, menurutmu ini efektif?""Aku ingin diubah dokter?" Kataku."Diubah bagaimana?" "Buat aku cantik dan berbeda dokter.""Maksudmu apa?" "Ubah penampilan saya, bila
**"Bagaimana perkembangan perusahaan, Pak?" tanyaku pada Pak Bastian melalui saluran confrence call."Baik, baik sekali, semuanya stabil." Ia menjawab sambil tersenyum lebar ke arah kameranya."Bagaimana dengan Nona Elea maneger keuangan baru kita," sambungku."Dia juga baik, Bu. Semuanya lancar dan terkendali, karena segala sesuatu harus atas pantauan dan izin saya.""Oh, ya akan ada rapat untuk pemilihan direktur baru, apa yang harus saya lakukan Bu," lanjutnya dengan ekspresi serius."Tunda saja, kita belum punya kandidat.""Tapi ... Pak Randy, dia ingin segera mengukuhkan jabatannya, lantaran dia adalah suami dari pemilik perusahaan, dan yang membuatnya semakin sulit, Ibu tidak membuat surat kuasa warisan pada siapa pun, hanya memberi kuasa pengelolaan saja pada saya. Belum lagi ...." Ia terlihat sedikit ragu."Belum lagi, apanya?""Tuntutan keluarga Ibu," jawabnya pelan."Kenapa mereka?""Seorang paman anda, Pak Arman, dia mengaku adik dari ayah Anda, dia mengklaim bahwa dia jug
Aku harus melakukan sesuatu pada wanita yang sudah membuatku banyak menderita itu, aku harus mencari tahu dia anak siapa, dari mana asalnya dan apa tujuan sebenarnya dia begitu nekat mengejar Mas Randy dan kini dalam waktu dekat ia sudah menjadi manager keuangan.Wanita ini cukup cerdas dan licik, aku tak bisa bermain-main terlalu lama, aku khawatir kebijakannya akan membuat perusahaanku merugi.Tring ...."Halo, Mia," jawabku setelah memastikan bahwa itu memang dia."Bu, ada rapat pemegang saham, mereka ingin segera menunjuk pemimpin baru, mereka, investor besar kita terlihat begitu khawatir dan panik akan masa depan uang mereka, ketidak-hadiran Ibu membuat beberapa hal sulit dikendalikan, bahkan Pak Randy sebagai suami Ibu, dia tak bisa banyak menjawab. Namun, ia terus-menerus mendesak Pak Bastian agar menunjuk direktur baru.""Uhm, kenapa harus buru-buru," kataku."Ini menyangkut uang, siapa pun pasti ingin segera mengamankan uang mereka. Kudengar jika Pak ramdy secara pribadi akan
Kutunggu suamiku sedikit lengah atau waktu yang tepat, karena jika aku tak segera mengambil tindakan maka mereka akan semakin leluasa mengkhianatiku bahkan mereka bisa menciptakan kekacauan yang menghancurkan perusahaan ayahku.Dan benar saja setelah setengah jam menunggu sambil menyaksikan drama pendekatan buaya darat yang tak jauh dariku, akhirnya Mia berpamitan untuk ke toliket sebentar. Ia meraih tasnya dan beranjak sambil menyunggingkan senyum tipis ke arah Mas Randy.Kuikuti dia dengan cepat ke arah rest room di sebelah kiri restoran, dan beruntungnya suasana di sana lengang. Kutunggu asisten cantik pengkhianatku itu dengan dada bergemuruh dan emosi yang meledak-ledak, rasanya tak sabar menunggunya di kamar kecil hingga aku mondar-mandir saja di depan wastafel.Tak lama suara pintu toilet itu terbuka dan refleks kuhampiri kemudian kudorong dia ke dalam dan kukunci pintunya, dia nampak panik dan sedikit melawan, namun setelah memastikan bahwa itu aku, bosnya, kudapati dirinya kin
Bismillah**Bias jingga telah terbit di ufuk timur ketika aku terjaga dari lelapku, kuraih ponsel di nakas dan kulirik jika waktu telah menunjukkan pukul lima tiga puluh pagi. Dengan sedikit lesu aku bangkit dan menyibak gorden kamar, lalu beralih ke kamar mandi membersihkan diri.Kubentangkan sajadah dan menunaikan shalat subuh, meski terlambat, tak mengapa dari pada aku tak mengerjakannya. Kusimpuhkan diri berserah kepada Sang Pemilik kehidupan, kupasrahkan semua urusan dan takdirku, kupinta tuntunan pada-Nya agar setiap pilihan yang kubuat tak menimbulkan resiko yang merugikan."Ya Allah, jadikanlah aku pribadi yang kuat, jadikan aku tabah atas segala ketentuan-Mu."**Hari ini adalah jadwalku menemui dokter Budi Santoso untuk menjalani perawatan bekas luka sobekan dan pemasangan behel agar rahangku terlihat lebih indah. Dokter Budi dan aku sudah berkomitmen bahwa penampilanku akan diubah sepenuhnya agar terlihat sedikit berbeda dari Imelda yang dulu, buruk rupa dan lemah.*"H
Waktu menunjukkan pukul dua siang ketika aku menikmati makan siang di apartemenku. Kutatap ke luar jendela di mana gedung-gedung menjulang tinggi menghiasi kota, kendaraan berbaris rapi membelah jalanan, hingga sesaat aku tercenung, sesaat kemudian kuraih ponsel dan memasang head set di telinga, berharap chip penyadap kemarin bekerja sesuai harapanku.Dan benar saja, ketika kukenakan headset dan menyalakan tombol power dan pindai di aplikasi yang terhubung beberapa detik kemudian aku sudah menangkap suara pembicaraan dari sudut jauh kota ini, di kantor tempat Mas Randy bekerja."Gimana, Elea, perkembangan pekerjaan kamu?" Dia sedang bertanya pada Elea,Aku bersorak gembira dalam hati, kebetulan sekali ini."Baik aja, Mas, aku sudah berusaha sebaik mungkin," jawab si wanita.7"Kapan laporan kuartal ketiga?""Tanggal 17 Pak," jawabnya."Kau sudah persiapkan dengan baik?""Sudah, termasuk laporan sentimen pasar terhadap penjualan produk terbaru klien kita, laporan tersebut membantu
"Halo, Dokter," sapaku pada Dokter Budi di seberang sana."Ya, halo, Mbak Imel, bagaimana kesehatannya?""Berangsur membaik, Dok. Apalagi setelah prosedur sedot lemak kondisi saya semakin membaik, sudah jarang lesu dan merasa lebih ringan, Dok.""Oh, syukurlah, lalu bagaimana dengan wajah Anda, Mbak Imel?" Lanjutnya lagi."Alhamdulillah, wajah saya jauh lebih baik dari tampilannya, kemarin tampak mengerikan akibat sobekan kaca.""Hal yang saya syukuri adalah untungnya kaca tersebut tidak mengenai mata Anda," timpal dokter itu padaku."Iya, Dok. Saya pun merasa amat beruntung.""Lalu, bagaimana dengan obat dan suplemennya?""Selalu saya minum," jawabku."Oh, baik, terma kasih ya.""Sama-sama, Dok."Kuteguk sisa susu yang tertinggal di dalam gelasku, kututup tirai kamar lalu merebahkan diri di peraduan. Dulu, aku tak sanggup tidur dalam kesendirian tanpa pelukan suami, kini mengingat tentangnya saja membuatku mendengkus geram, semua tentangnya hanya akan kuhapus dan kuhilangkan dari hid