Kutunggu suamiku sedikit lengah atau waktu yang tepat, karena jika aku tak segera mengambil tindakan maka mereka akan semakin leluasa mengkhianatiku bahkan mereka bisa menciptakan kekacauan yang menghancurkan perusahaan ayahku.Dan benar saja setelah setengah jam menunggu sambil menyaksikan drama pendekatan buaya darat yang tak jauh dariku, akhirnya Mia berpamitan untuk ke toliket sebentar. Ia meraih tasnya dan beranjak sambil menyunggingkan senyum tipis ke arah Mas Randy.Kuikuti dia dengan cepat ke arah rest room di sebelah kiri restoran, dan beruntungnya suasana di sana lengang. Kutunggu asisten cantik pengkhianatku itu dengan dada bergemuruh dan emosi yang meledak-ledak, rasanya tak sabar menunggunya di kamar kecil hingga aku mondar-mandir saja di depan wastafel.Tak lama suara pintu toilet itu terbuka dan refleks kuhampiri kemudian kudorong dia ke dalam dan kukunci pintunya, dia nampak panik dan sedikit melawan, namun setelah memastikan bahwa itu aku, bosnya, kudapati dirinya kin
Bismillah**Bias jingga telah terbit di ufuk timur ketika aku terjaga dari lelapku, kuraih ponsel di nakas dan kulirik jika waktu telah menunjukkan pukul lima tiga puluh pagi. Dengan sedikit lesu aku bangkit dan menyibak gorden kamar, lalu beralih ke kamar mandi membersihkan diri.Kubentangkan sajadah dan menunaikan shalat subuh, meski terlambat, tak mengapa dari pada aku tak mengerjakannya. Kusimpuhkan diri berserah kepada Sang Pemilik kehidupan, kupasrahkan semua urusan dan takdirku, kupinta tuntunan pada-Nya agar setiap pilihan yang kubuat tak menimbulkan resiko yang merugikan."Ya Allah, jadikanlah aku pribadi yang kuat, jadikan aku tabah atas segala ketentuan-Mu."**Hari ini adalah jadwalku menemui dokter Budi Santoso untuk menjalani perawatan bekas luka sobekan dan pemasangan behel agar rahangku terlihat lebih indah. Dokter Budi dan aku sudah berkomitmen bahwa penampilanku akan diubah sepenuhnya agar terlihat sedikit berbeda dari Imelda yang dulu, buruk rupa dan lemah.*"H
Waktu menunjukkan pukul dua siang ketika aku menikmati makan siang di apartemenku. Kutatap ke luar jendela di mana gedung-gedung menjulang tinggi menghiasi kota, kendaraan berbaris rapi membelah jalanan, hingga sesaat aku tercenung, sesaat kemudian kuraih ponsel dan memasang head set di telinga, berharap chip penyadap kemarin bekerja sesuai harapanku.Dan benar saja, ketika kukenakan headset dan menyalakan tombol power dan pindai di aplikasi yang terhubung beberapa detik kemudian aku sudah menangkap suara pembicaraan dari sudut jauh kota ini, di kantor tempat Mas Randy bekerja."Gimana, Elea, perkembangan pekerjaan kamu?" Dia sedang bertanya pada Elea,Aku bersorak gembira dalam hati, kebetulan sekali ini."Baik aja, Mas, aku sudah berusaha sebaik mungkin," jawab si wanita.7"Kapan laporan kuartal ketiga?""Tanggal 17 Pak," jawabnya."Kau sudah persiapkan dengan baik?""Sudah, termasuk laporan sentimen pasar terhadap penjualan produk terbaru klien kita, laporan tersebut membantu
"Halo, Dokter," sapaku pada Dokter Budi di seberang sana."Ya, halo, Mbak Imel, bagaimana kesehatannya?""Berangsur membaik, Dok. Apalagi setelah prosedur sedot lemak kondisi saya semakin membaik, sudah jarang lesu dan merasa lebih ringan, Dok.""Oh, syukurlah, lalu bagaimana dengan wajah Anda, Mbak Imel?" Lanjutnya lagi."Alhamdulillah, wajah saya jauh lebih baik dari tampilannya, kemarin tampak mengerikan akibat sobekan kaca.""Hal yang saya syukuri adalah untungnya kaca tersebut tidak mengenai mata Anda," timpal dokter itu padaku."Iya, Dok. Saya pun merasa amat beruntung.""Lalu, bagaimana dengan obat dan suplemennya?""Selalu saya minum," jawabku."Oh, baik, terma kasih ya.""Sama-sama, Dok."Kuteguk sisa susu yang tertinggal di dalam gelasku, kututup tirai kamar lalu merebahkan diri di peraduan. Dulu, aku tak sanggup tidur dalam kesendirian tanpa pelukan suami, kini mengingat tentangnya saja membuatku mendengkus geram, semua tentangnya hanya akan kuhapus dan kuhilangkan dari hid
Jadi Terbukti sekarang jika Eleanor memang ingin mengacaukan perusahaan. Dia sudah berbuat curang dengan mengurangi nilai kontrak. Aku tak akan membiarkannya.Aku akan keluar dari persembunyian segera setelah wajahku kembali pulih.** Dua Minggu kemudian Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang mengintip malu-malu di ufuk timur, kubuka tirai dan menikmati keindahan pagi dari balkon apartemenku, kuhirup napas dalam-dalam memperbarui energi yang terkuras kugunakan untuk berfikir pada banyak hal.Setelah mandi dan mengenakan pakaian, kutatap wajahku di cermin dan kuperhatikan dengan seksama jika aku sekarang tampak sangat berbeda, wajah sedikit tirus, hidung lebih Bangir dan bibir yang tipis, perawatan dokter Budi telah membuatku menemukan kembali kepercayaan diri, seolah aku baru hidup kembali. Ia merubah semuanya menjadi lebih baik. Kuputar tubuhku lalu kuperhatikan bentuk pinggang dan perutku yang kini rata sehingga aku bisa mengenakan kembali koleksi pakaian pakaianku yang lama.T
Kuraih microphone dan mulai menyapa mereka."Selamat pagi, mohon maaf atas keterlambatan saya, saya Imelda Subroto," kataku.Mereka, para hadirin dan Dewan direksi yang hadir dan mendengar itu tampak tak percaya, dengung dengung keraguan serta bisik bisik curiga kian terdengar."Saya masih hidup, saya sebenarnya masih hidup!""Tapi ke-kenapa?" Mas Randy gemetar menatap manik mataku yang menatap tajam ke arahnya."Saya bersembunyi untuk tahu, siapa yang baik dan siapa yang berkhianat di belakang saya. Kini saya kembali memberi kejutan juga sedikit pelajaran.""Nona Elea, anda manager yang pintar namun, saya tak Akan membiarkan kepintaran anda merusak perusahaan ini."Wajah wanita itu merah padam dan terlihat tak terima dengan ucapanku."Apa maksud anda, dan ya, apa yang membuktikan jika anda benar-benar Ibu Imelda, raut wajah Anda terlihat berbeda!" Tudingnya dengan keras."Aku masih mengenakan cincin pernikahan yang diikatkan suamiku di hari pernikahan," tunjukku."Siapapun bisa me
Rapat dan pertemuan dewan direksi sudah selesai, semuanya kuberi pengertian mengapa aku memilih memantau kinerja mereka dengan pura pura mati. Aku juga menegaskan bahwa beberapa orang yang mendukung pihak yang korup akan kupecat segera.** Setelah sekian lama mendekam di persembunyian, akhirnya sore ini aku bisa kembali ke rumahku, tempat ternyaman yang kumiliki selama ini. Aku telah lama merindukannya, suasana dan kenangannya.Kubuka pintu utam, rumah tercinta ini menyambut seperti biasa, Indah namun lengang. Kuraba tiap benda yang berada di jarak dekat denganku. Pigura dan beberapa photo kami ketika berbulan madu dipajang cantik di bingkai kecil. Agak sedikit berdebu karena mungkin sudah tidak ada yang memperhatikan kebersihannya.Kuhempaskan diri di sofa sambil memejamkan mata, mengingat rentetan kejadian siang tadi yang membuat Elea dan suamiku kalap dan malu setengah mati. Mas Randy belum juga kembali. Entah dimana dia, mungkin saja ia mendampingi kekasihnya Eleanor di ruang p
Bismillah..Terima kasih telah berkenan membaca sejauh ini, ❤️❤️❤️❤️Aku masih terpaku di balik jendela kaca menewarang suasana sore yang digelayuti mendung yang gelap, sekelam perasaan kecewaku terhadap mas Randy.Aku tak pernah menyangka bahwa dia hanya memanfaatkanku, aku tak menyangka jika pernikahan ini hanya alibi untuk meraih ambisi akan harta dan tahta.Elea simaoannanya, sudah dibawa ke kantor polisi atas tuduhan penggelapan dan pemalsuan dokumen, begitupun mas Randy, ia juga telah di tahan di tempat berbeda karena perbuatannya yang mencoba untuk membunuhku, bahkan dua kali.Ponselku berdenting di meja ketika aku akan bersiap mandi, kuraih dan kujawab panggilannya."Halo," sapaku."Halo, Bu Imel, anda bisa datang ke kantor polisi," tanya detektif itu."Untuk apa?""Memberi kesaksian dan membawa bukti tambahan." "Baik siap, satu jam lagi saya meluncur ke kantor polisi," jawabku.**Pukul 14: 45 aku telah sampai di gedung berlantai dua dengan tulisan polres kota, kutemui d