"Halo, Dokter," sapaku pada Dokter Budi di seberang sana."Ya, halo, Mbak Imel, bagaimana kesehatannya?""Berangsur membaik, Dok. Apalagi setelah prosedur sedot lemak kondisi saya semakin membaik, sudah jarang lesu dan merasa lebih ringan, Dok.""Oh, syukurlah, lalu bagaimana dengan wajah Anda, Mbak Imel?" Lanjutnya lagi."Alhamdulillah, wajah saya jauh lebih baik dari tampilannya, kemarin tampak mengerikan akibat sobekan kaca.""Hal yang saya syukuri adalah untungnya kaca tersebut tidak mengenai mata Anda," timpal dokter itu padaku."Iya, Dok. Saya pun merasa amat beruntung.""Lalu, bagaimana dengan obat dan suplemennya?""Selalu saya minum," jawabku."Oh, baik, terma kasih ya.""Sama-sama, Dok."Kuteguk sisa susu yang tertinggal di dalam gelasku, kututup tirai kamar lalu merebahkan diri di peraduan. Dulu, aku tak sanggup tidur dalam kesendirian tanpa pelukan suami, kini mengingat tentangnya saja membuatku mendengkus geram, semua tentangnya hanya akan kuhapus dan kuhilangkan dari hid
Jadi Terbukti sekarang jika Eleanor memang ingin mengacaukan perusahaan. Dia sudah berbuat curang dengan mengurangi nilai kontrak. Aku tak akan membiarkannya.Aku akan keluar dari persembunyian segera setelah wajahku kembali pulih.** Dua Minggu kemudian Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang mengintip malu-malu di ufuk timur, kubuka tirai dan menikmati keindahan pagi dari balkon apartemenku, kuhirup napas dalam-dalam memperbarui energi yang terkuras kugunakan untuk berfikir pada banyak hal.Setelah mandi dan mengenakan pakaian, kutatap wajahku di cermin dan kuperhatikan dengan seksama jika aku sekarang tampak sangat berbeda, wajah sedikit tirus, hidung lebih Bangir dan bibir yang tipis, perawatan dokter Budi telah membuatku menemukan kembali kepercayaan diri, seolah aku baru hidup kembali. Ia merubah semuanya menjadi lebih baik. Kuputar tubuhku lalu kuperhatikan bentuk pinggang dan perutku yang kini rata sehingga aku bisa mengenakan kembali koleksi pakaian pakaianku yang lama.T
Kuraih microphone dan mulai menyapa mereka."Selamat pagi, mohon maaf atas keterlambatan saya, saya Imelda Subroto," kataku.Mereka, para hadirin dan Dewan direksi yang hadir dan mendengar itu tampak tak percaya, dengung dengung keraguan serta bisik bisik curiga kian terdengar."Saya masih hidup, saya sebenarnya masih hidup!""Tapi ke-kenapa?" Mas Randy gemetar menatap manik mataku yang menatap tajam ke arahnya."Saya bersembunyi untuk tahu, siapa yang baik dan siapa yang berkhianat di belakang saya. Kini saya kembali memberi kejutan juga sedikit pelajaran.""Nona Elea, anda manager yang pintar namun, saya tak Akan membiarkan kepintaran anda merusak perusahaan ini."Wajah wanita itu merah padam dan terlihat tak terima dengan ucapanku."Apa maksud anda, dan ya, apa yang membuktikan jika anda benar-benar Ibu Imelda, raut wajah Anda terlihat berbeda!" Tudingnya dengan keras."Aku masih mengenakan cincin pernikahan yang diikatkan suamiku di hari pernikahan," tunjukku."Siapapun bisa me
Rapat dan pertemuan dewan direksi sudah selesai, semuanya kuberi pengertian mengapa aku memilih memantau kinerja mereka dengan pura pura mati. Aku juga menegaskan bahwa beberapa orang yang mendukung pihak yang korup akan kupecat segera.** Setelah sekian lama mendekam di persembunyian, akhirnya sore ini aku bisa kembali ke rumahku, tempat ternyaman yang kumiliki selama ini. Aku telah lama merindukannya, suasana dan kenangannya.Kubuka pintu utam, rumah tercinta ini menyambut seperti biasa, Indah namun lengang. Kuraba tiap benda yang berada di jarak dekat denganku. Pigura dan beberapa photo kami ketika berbulan madu dipajang cantik di bingkai kecil. Agak sedikit berdebu karena mungkin sudah tidak ada yang memperhatikan kebersihannya.Kuhempaskan diri di sofa sambil memejamkan mata, mengingat rentetan kejadian siang tadi yang membuat Elea dan suamiku kalap dan malu setengah mati. Mas Randy belum juga kembali. Entah dimana dia, mungkin saja ia mendampingi kekasihnya Eleanor di ruang p
Bismillah..Terima kasih telah berkenan membaca sejauh ini, ❤️❤️❤️❤️Aku masih terpaku di balik jendela kaca menewarang suasana sore yang digelayuti mendung yang gelap, sekelam perasaan kecewaku terhadap mas Randy.Aku tak pernah menyangka bahwa dia hanya memanfaatkanku, aku tak menyangka jika pernikahan ini hanya alibi untuk meraih ambisi akan harta dan tahta.Elea simaoannanya, sudah dibawa ke kantor polisi atas tuduhan penggelapan dan pemalsuan dokumen, begitupun mas Randy, ia juga telah di tahan di tempat berbeda karena perbuatannya yang mencoba untuk membunuhku, bahkan dua kali.Ponselku berdenting di meja ketika aku akan bersiap mandi, kuraih dan kujawab panggilannya."Halo," sapaku."Halo, Bu Imel, anda bisa datang ke kantor polisi," tanya detektif itu."Untuk apa?""Memberi kesaksian dan membawa bukti tambahan." "Baik siap, satu jam lagi saya meluncur ke kantor polisi," jawabku.**Pukul 14: 45 aku telah sampai di gedung berlantai dua dengan tulisan polres kota, kutemui d
Semilir angin meniupkan elegi hampa dan kidung sedih berdendang di telinga. Kutatap bias jingga di cakrawala senja, kuresapi makna dari rentetan cerita yang menjadi kisah dalam hidupku. Aku terjatuh dalam kecewa dan luka.Mas Randi ... Kueja namanya perlahan, Bukan inginku, jika akhir dari rumah tangga kami harus seperti ini, kupikir dari pengintaianku tadi aku hanya mendapat bukti hubungan saja namun lebih dari itu kenyataan yang membelalakkan mata membuatku tercengang dan kini meragukan arti sebuah cinta dan hubungan. Benarkah bahkan rumah tangga pun bisa jadi alibi untuk meraih ambisi.Dia ingin kaya, bersamaan dengan itu, ia juga ingin membahagiakan kekasihnya Eleanor. Entah sejak kapan mereka saling kenal dan menjalin asmara, yang jelas, aku telah lalai mengawasi suamiku sendiri atau sialnya, aku yang telah dibodohi dan tidak bisa membedakan mana orang yang memberi perhatian palsu atau asli.tok ...tok ...Kuhampiri pintu dengan pertanyaan siapa yang datang untuk menjumpaiku ket
Tring ...Suara ponselku berbunyi dan sebuah Pesan masuk dari mia, [Bu, petugas dari kantor polisi meminta ibu untuk datang menemui nona Elea]Begitu tulisannya.[Apa keinginanya,] balasku.[Katanya, ia hanya ingin bicara][Baiklah] meski berat tapi kucoba untuk meluaskan hati menemuinya, entah apa yang akan dia katakan, akan kutemui nanti setelah urusanku di kantor selesai.**Pukul tiga sore hari, kupacu mobil dengan cepat menuju kantor polisi di mana elea ditahan.Kutemui bagian informasi dan aku langsung dia arahkan ke ruangan di mana aku bisa bertemu langsung dengan Elea.Setelah menunggu sepuluh menit pintu baja itu terbuka dan ia diantar seorang petugas wanita, wajahnya terlihat pucat dengan kantung mata yang menghitam, bibir kering dan rambutnya yang dipotong sangat pendek, entah dipotong paksa atau ia sendiri yang meminta.Aku enggan untuk mengajaknya bicara lebih dahulu, duduk sambil kutunggu ia melontarkan ucapan selama lima menit sampai akhirnya,"Kalo kamu gak mau ngomon
Siang ini aku berniat menemui Mas Randy untuk memintanya menandatangani berkas perceraian kami, sekaligus aku ingin memberi tahunya berita duka bahwa kekasihnya telah meninggal dunia.Begitulah, setelah 25 menit berkendara dari kantor, maka sampailah aku di rutan tempat mas Randy di tahan. Ia baru di pindahkan kemari setelah kemarin sempat satu bulan ditahan di kantor polisi."Bu Imelda," sapa salah seorang petugas yang pernah kutemui di pengadilan kemarin."Ya ... Ada ada Pak?""Ibu mau kemana?""Saya akan menemui Pak Randy," jawabku."Kebetulan ini saya mau menitipkan surat," katanya sambil menyodorkan kertas beramplop coklat."Dari siapa?""Dari mendiang Nona Elea, kami menggeledah selnya dan menemukan sepucuk surat yang ditujukan pada anda dan saudara Randy," jawabnya.Kupegang amplop itu dan berkali kali kutimbang untuk membuka dan membaca isinya. Kutepikan diri sejenak di bangku koridor rutan.Kubuka sisi amplop dan mengeluarkan selembar kertas yang bertulis di sana, Dear Mbak