"Kakek ...." Cassandra langsung melangkah mendekat.Gennaro termangu sejenak, kemudian menoleh diikuti oleh Ivo. Gennaro menatap protes pada sang bodyguard, membuat laki-laki itu langsung memalingkan wajah tidak enak hati.Tidak memperdulikan reaksi sang bodyguard yang tampak merasa bersalah, Gennaro langsung bangkit. Dia mendekati Cassandra yang menatapnya nanar. Meskipun pembicaraan mereka hanya didengar samar dan sebentar saja, tetapi mampu membuat Cassandra tidak nyaman. Di benak wanita itu muncul pertanyaan baru. Tentang pembunuhan keluarga. Ya, keluarga siapa yang dimaksud oleh Ivo? Cassandra memaksakan senyum pada Gennaro dan Ivo."Maaf kalau kedatangan kami tidak tepat, Kakek," ucap Cassandra lirih. "Apa yang kamu dengar, cucuku?" tanya Gennaro tidak memperdulikan ucapan Cassandra."Ah, Tuan, apa hari ini Anda tidak ke kantor, bukankah ada beberapa berkas yang harus ditandatangani?" tanya Ivo berusaha mengalihkan perhatian Cassandra.Andrian yang berdiri di samping Cassandra
Flashback 18 tahun laluNaples, ItaliaTerdengar suara panik Gennaro di seberang sana. Beberapa kali Gennaro berteriak memanggil sahabatnya, tetapi tidak dihiraukan."Mi senti? Stefano, sei ancora lì?" (Kamu mendengarku? Stefano, kamu masih di situ?) tanya Gennaro beberapa kali.Lewat tengah malam itu, Stefano yang dua hari lalu baru memenangkan tender mega proyek jembatan di Kota Napoli, merayakan kemenangan mereka. Stefano ikut menghadiri gala dinner di sebuah hotel berbintang lima di pinggir Kota Napoli.Di antara mereka adalah orang-orang penting dari perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan Piemonte Gruppo, milik Stefano.Dengan pengawalan dua orang bodyguard, Stefano memasuki mobil Mercy hitam miliknya. Laki-laki itu segera duduk di jok belakang sebelah kanan. Di depannya, salah satu bodyguard senantiasa bersikap waspada. Sedangkan di sisi kiri Stefano, bodyguard yang lain juga tak kalah waspada. Laki-laki berbadan tegap itu mengambil dua botol air mineral dan mengulurkan pa
Andrian tidak menerima alasan Cassandra. Laki-laki itu bersikeras, ingin Cassandra berani membuang rasa takut dan traumanya, lalu bangkit untuk mencari keadilan."Kamu tidak boleh seperti ini. Aku tidak akan membiarkan dirimu menerima takdir tidak adil begitu saja. Ayolah, cukup kamu bersedih, saatnya kamu melakukan sesuatu. Kita bisa melakukannya, Cassandra."Cassandra menoleh cepat. "Tapi bagaimana jika kita bernasib sama seperti mereka, Andrian?" ulangnya kemudian menutup wajah dengan telapak tangan.Cassandra bukan takut akan kematian, akan tetapi takut jika usahanya sia-sia. Cassandra memikirkan masa depan La Stampa Group, Kakek Gennaro, Emillia, dan calon anak mereka. Dia benar-benar tidak ikhlas jika sampai hal itu terjadi. Namun, melawan penjahat sekelas mafia? Cassandra merasa dirinya bukanlah tandingan mereka. Para mafia itu bekerja dengan sangat rapi dan terorganisir. Orang-orang yang terlibat dalam kelompok gelap itu sangat pandai menyembunyikan kejahatan dan identitasnya
Andrian mengangguk-angguk kecewa. "Baik, aku turuti apa keinginanmu," jawabnya tak acuh.Cassandra menatap Andrian sekilas, lalu memalingkan wajah dan mengerjap berkali-kali. Baru saja perasaannya membumbung tinggi karena Andrian berani mengatakan cinta padanya, kini kembali seperti dihempaskan ke dasar bumi.Memang, Cassandra tidak bisa menolak, seandainya Gisella adalah benar-benar anak kandung Andrian. Dia harus kembali menyiapkan hati untuk berbagi hati dengan bocah itu.Cassandra bergeming ketika merasakan Andrian memeluknya dari belakang dan meletakkan dagu di bahunya. Terasa hangat napas laki-laki tampan itu ketika Andrian mencium pipi Cassandra sekilas."Aku berharap, semua ini tidak akan terjadi pada kita, Amore. Aku mengenal watak Fiona. Dia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa pun yang dia inginkan." Andrian berkata lirih.Di depannya, Cassandra hanya menyunggingkan senyum satu sudut. "Bagaimana kalau semua ini justru sebaliknya dan terjadi pada kita? Apa yan
"Cassandra, tunggu!" Andrian segera mengejar istrinya.Fiona menatap kedua orang itu sekilas, lalu bersikap tak peduli. Fiona merasa menang. Itulah yang dia inginkan. Kedatangannya kembali ke kantor ini memang ingin melihat hubungan Andrian dan Cassandra kacau. Dia akan terus melakukan hal itu sampai tujuannya berhasil. Memisahkan Andrian dan Cassandra selamanya! Hidup Fiona tidak akan tenang sebelum semua itu tercapai. Perempuan itu menyeringai kecil, lalu mencium kertas kusut di tangannya. Tatapan perempuan cantik itu menerawang ke arah pintu ruangan Andrian yang masih terbuka lebar."Terima kasih Gisella atas kehadiranmu," ucapnya lalu mengecup kertas itu sekali lagi.Fiona memilin ujung rambutnya yang bergelombang di bagian ujung, dengan tatapan sinis pada Gabby saat gadis itu memasuki ruangan Andrian. Fiona memindai penampilan seksi sekretaris Andrian itu dengan pandangan merendahkan."Di mana Tuan Andrian?" tanya Gabby tanpa basa-basi.Fiona nyengir kecil, tatapannya berubah si
"Anak-anakmu? Apa kamu yakin yang berada di dalam kandungannya itu anakmu, sedangkan dia seorang perempuan panggilan?" tanya Fiona mengejek.Andrian melirik dua cangkir di tangannya. Jika dia tidak memegang dua cangkir berisi kopi panas, mungkin Andrian akan memaksa Fiona diam. Sekarang, Andrian hanya bisa mendengus lirih, berusaha untuk tidak terpancing emosi. Fiona mengikuti arah pandangan Andrian lalu tersenyum samar. Sementara itu, Gabby langsung memasuki pantry. Gadis itu menyandarkan punggung di pintu kulkas sembari memegangi dadanya. Hampir saja dia ketahuan menguping oleh bosnya itu jika tidak kepergok Fiona lebih dahulu.Gabby menarik napas pelan, lalu menghembuskan melalui mulut. Dia melirik ke arah luar, di mana Andrian dan Fiona berjalan beriringan meninggalkan pantry."Oh, terlalu banyak misteri di antara mereka. Apa maksud ucapan Fiona itu?" tanya Gabby retoris sambil mengetuk-ngetuk dagu dengan jari telunjuk.Selanjutnya gadis itu mengangkat bahu tak acuh dan mengambil
"Apa kamu becanda, Amore?" Andrian bergegas bangkit dari tempat duduknya.Cassandra tersenyum penuh arti dan mendekati suaminya itu. Selanjutnya, wanita itu menggamit lengan kekar suaminya dengan posesif. "Aku tidak salah, Andrian. Aku memang mengundang Tuan Jemmy Kastilont karena beliau bagian dari La Stampa Group, bukan? Ini undangan pribadi dariku, selaku istri pemilik perusahaan ini!" jawab Cassandra masih dengan senyum tersungging.Kedatangan Jemmy yang tak terduga membuat Andrian merasa heran. Dia tidak tahu apa yang akan direncanakan oleh istrinya itu. Andrian melirik pada Fiona yang berulang kali tampak salah tingkah saat bertemu pandang dengan Jemmy."Terima kasih, atas undangannya, Nyonya Cassandra." Jemmy melirik pada Fiona sekali lagi. Memang, keduanya berusaha memerankan dengan baik sandiwara itu. Namun, Cassandra bisa melihat kepura-puraan di antara mereka. Tatapan Jemmy sangat berbeda pada Fiona. Ada kilat cemburu dan marah terpendam di balik tatapan tajam laki-laki i
Andrian langsung melajukan mobil ke arah restaurant yang memang berlokasi tidak jauh dari kantor La Stampa Group. Restaurant bertaraf internasional itu, sejatinya telah dibooking Cassandra untuk menjamu Fiona dan Jemmy.Andrian mengerutkan kening setelah mobilnya memasuki area parkir dan melihat mobil yang sama di tempat parkir kantornya tadi. Andrian segera membelokkan setir ke arah lain yang membuat Cassandra protes."Kamu akan tahu nanti, Amore. Kita parkir di seberang jalan saja, lalu kita jalan kaki!" ucap Andrian ketika melihat satu tempat kosong di tepi jalan sepi yang memang dikhususkan untuk parkir."Kenapa kamu jadi aneh begini, Andrian?" tanya Cassandra heran.Andrian tidak menjawab. Dia melirik spion kiri sembari memundurkan mobil. Setelah itu, Andrian melepas seat belt dan menatap pada sang istri."Ada sesuatu yang akan kita lihat di dalam sana!" ucap Andrian lalu membuka pintu, diikuti oleh Cassandra.Selanjutnya, Andrian mengulurkan tangan pada sang istri dan menggengga