Andrian tidak menerima alasan Cassandra. Laki-laki itu bersikeras, ingin Cassandra berani membuang rasa takut dan traumanya, lalu bangkit untuk mencari keadilan."Kamu tidak boleh seperti ini. Aku tidak akan membiarkan dirimu menerima takdir tidak adil begitu saja. Ayolah, cukup kamu bersedih, saatnya kamu melakukan sesuatu. Kita bisa melakukannya, Cassandra."Cassandra menoleh cepat. "Tapi bagaimana jika kita bernasib sama seperti mereka, Andrian?" ulangnya kemudian menutup wajah dengan telapak tangan.Cassandra bukan takut akan kematian, akan tetapi takut jika usahanya sia-sia. Cassandra memikirkan masa depan La Stampa Group, Kakek Gennaro, Emillia, dan calon anak mereka. Dia benar-benar tidak ikhlas jika sampai hal itu terjadi. Namun, melawan penjahat sekelas mafia? Cassandra merasa dirinya bukanlah tandingan mereka. Para mafia itu bekerja dengan sangat rapi dan terorganisir. Orang-orang yang terlibat dalam kelompok gelap itu sangat pandai menyembunyikan kejahatan dan identitasnya
Andrian mengangguk-angguk kecewa. "Baik, aku turuti apa keinginanmu," jawabnya tak acuh.Cassandra menatap Andrian sekilas, lalu memalingkan wajah dan mengerjap berkali-kali. Baru saja perasaannya membumbung tinggi karena Andrian berani mengatakan cinta padanya, kini kembali seperti dihempaskan ke dasar bumi.Memang, Cassandra tidak bisa menolak, seandainya Gisella adalah benar-benar anak kandung Andrian. Dia harus kembali menyiapkan hati untuk berbagi hati dengan bocah itu.Cassandra bergeming ketika merasakan Andrian memeluknya dari belakang dan meletakkan dagu di bahunya. Terasa hangat napas laki-laki tampan itu ketika Andrian mencium pipi Cassandra sekilas."Aku berharap, semua ini tidak akan terjadi pada kita, Amore. Aku mengenal watak Fiona. Dia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa pun yang dia inginkan." Andrian berkata lirih.Di depannya, Cassandra hanya menyunggingkan senyum satu sudut. "Bagaimana kalau semua ini justru sebaliknya dan terjadi pada kita? Apa yan
"Cassandra, tunggu!" Andrian segera mengejar istrinya.Fiona menatap kedua orang itu sekilas, lalu bersikap tak peduli. Fiona merasa menang. Itulah yang dia inginkan. Kedatangannya kembali ke kantor ini memang ingin melihat hubungan Andrian dan Cassandra kacau. Dia akan terus melakukan hal itu sampai tujuannya berhasil. Memisahkan Andrian dan Cassandra selamanya! Hidup Fiona tidak akan tenang sebelum semua itu tercapai. Perempuan itu menyeringai kecil, lalu mencium kertas kusut di tangannya. Tatapan perempuan cantik itu menerawang ke arah pintu ruangan Andrian yang masih terbuka lebar."Terima kasih Gisella atas kehadiranmu," ucapnya lalu mengecup kertas itu sekali lagi.Fiona memilin ujung rambutnya yang bergelombang di bagian ujung, dengan tatapan sinis pada Gabby saat gadis itu memasuki ruangan Andrian. Fiona memindai penampilan seksi sekretaris Andrian itu dengan pandangan merendahkan."Di mana Tuan Andrian?" tanya Gabby tanpa basa-basi.Fiona nyengir kecil, tatapannya berubah si
"Anak-anakmu? Apa kamu yakin yang berada di dalam kandungannya itu anakmu, sedangkan dia seorang perempuan panggilan?" tanya Fiona mengejek.Andrian melirik dua cangkir di tangannya. Jika dia tidak memegang dua cangkir berisi kopi panas, mungkin Andrian akan memaksa Fiona diam. Sekarang, Andrian hanya bisa mendengus lirih, berusaha untuk tidak terpancing emosi. Fiona mengikuti arah pandangan Andrian lalu tersenyum samar. Sementara itu, Gabby langsung memasuki pantry. Gadis itu menyandarkan punggung di pintu kulkas sembari memegangi dadanya. Hampir saja dia ketahuan menguping oleh bosnya itu jika tidak kepergok Fiona lebih dahulu.Gabby menarik napas pelan, lalu menghembuskan melalui mulut. Dia melirik ke arah luar, di mana Andrian dan Fiona berjalan beriringan meninggalkan pantry."Oh, terlalu banyak misteri di antara mereka. Apa maksud ucapan Fiona itu?" tanya Gabby retoris sambil mengetuk-ngetuk dagu dengan jari telunjuk.Selanjutnya gadis itu mengangkat bahu tak acuh dan mengambil
"Apa kamu becanda, Amore?" Andrian bergegas bangkit dari tempat duduknya.Cassandra tersenyum penuh arti dan mendekati suaminya itu. Selanjutnya, wanita itu menggamit lengan kekar suaminya dengan posesif. "Aku tidak salah, Andrian. Aku memang mengundang Tuan Jemmy Kastilont karena beliau bagian dari La Stampa Group, bukan? Ini undangan pribadi dariku, selaku istri pemilik perusahaan ini!" jawab Cassandra masih dengan senyum tersungging.Kedatangan Jemmy yang tak terduga membuat Andrian merasa heran. Dia tidak tahu apa yang akan direncanakan oleh istrinya itu. Andrian melirik pada Fiona yang berulang kali tampak salah tingkah saat bertemu pandang dengan Jemmy."Terima kasih, atas undangannya, Nyonya Cassandra." Jemmy melirik pada Fiona sekali lagi. Memang, keduanya berusaha memerankan dengan baik sandiwara itu. Namun, Cassandra bisa melihat kepura-puraan di antara mereka. Tatapan Jemmy sangat berbeda pada Fiona. Ada kilat cemburu dan marah terpendam di balik tatapan tajam laki-laki i
Andrian langsung melajukan mobil ke arah restaurant yang memang berlokasi tidak jauh dari kantor La Stampa Group. Restaurant bertaraf internasional itu, sejatinya telah dibooking Cassandra untuk menjamu Fiona dan Jemmy.Andrian mengerutkan kening setelah mobilnya memasuki area parkir dan melihat mobil yang sama di tempat parkir kantornya tadi. Andrian segera membelokkan setir ke arah lain yang membuat Cassandra protes."Kamu akan tahu nanti, Amore. Kita parkir di seberang jalan saja, lalu kita jalan kaki!" ucap Andrian ketika melihat satu tempat kosong di tepi jalan sepi yang memang dikhususkan untuk parkir."Kenapa kamu jadi aneh begini, Andrian?" tanya Cassandra heran.Andrian tidak menjawab. Dia melirik spion kiri sembari memundurkan mobil. Setelah itu, Andrian melepas seat belt dan menatap pada sang istri."Ada sesuatu yang akan kita lihat di dalam sana!" ucap Andrian lalu membuka pintu, diikuti oleh Cassandra.Selanjutnya, Andrian mengulurkan tangan pada sang istri dan menggengga
"Katakan, siapa Gisella dan anak siapa itu?" Jemmy mengulangi dengan suara lebih keras.Fiona berjingkat kaget. Wajahnya pucat, bibirnya bergetar menahan takut dan tangis. Fiona menunduk menatap jemarinya sendiri yang saling meremas di atas pangkuan.Di sampingnya, Jemmy yang merasa dikhianati benar-benar muak melihat wajah memelas Fiona. Fiona bingung tidak tahu harus berbuat apa, sekarang dia berada di persimpangan jalan. Jika mengatakan jujur, sudah pasti Jemmy akan marah besar dan kemungkinan akan berbuat kasar padanya. Begitupun sebaliknya. Jika dia berbohong, bukan tidak mungkin Jemmy akan semakin murka dan yang lebih menakutkan, laki-laki itu bisa saja membunuhnya."Kenapa diam, Fiona? Kamu tinggal bilang, Gisella itu siapa? Anakku, Andrian, atau anak orang lain?" cecar Jemmy sekali lagi."Jemmy, jangan paksa aku berbicara. Dia, dia ...." Fiona menjeda kalimatnya bingung. "Iya, dia siapa?" kejar Jemmy geregetan.Fiona memejamkan mata rapat sehingga setetes air jatuh ke pipiny
Baik Andrian maupun Cassandra lupa jika mereka melakukannya di atas meja kerja. Selain itu, Cassandra juga ceroboh tidak mengunci pintu terlebih dahulu.Padahal, di ruangan besar itu, Andrian memiliki kamar pribadi yang digunakan untuk beristirahat atau ketika dia malas pulang. Biasanya, Andrian akan menghabiskan waktu malamnya di kamar itu.Tatapan mata di balik celah kecil itu, berubah nanar. Adegan panas di depan sana terasa sangat menusuk hati. Cassandra memeluk erat bahu suaminya dengan napas memburu, ketika merasakan ciuman Andrian semakin menuntut. Klek! Pintu kembali ditutup dari luar. Suara pintu yang menutup, menginterupsi kegiatan panas sepasang suami istri itu. Dengan wajah memerah, Cassandra menoleh sembari mendorong pelan tubuh sang suami."Sialan!" umpat Andrian sembari mengancingkan pakaiannya dan mendekati pintu. Laki-laki itu melongokkan kepala ke luar, tetapi tidak menemukan siapa pun di sana. Berhubung sudah sore dan memang jam kantor usai, Andrian segera mengunc