"Tunggu, maksud kamu Cassandra Lusette, Lussete?" ulang Jemmy dengan nada melirih.Fiona mengangguk samar dan mencengkeram gelas kecil itu, kemudian beralih menatap Jemmy. Jemmy mengusap-usap dagunya yang ditumbuhi cambang tipis. "Lussete ...." Jemmy kembali menggaungkan nama itu.Nama tidak asing di telinga Jemmy. Melihat sikap aneh sang kekasih, kening Fiona mengernyit. Fiona mendengus kasar, yang memancing Jemmy kembali menatapnya."Kenapa kamu jadi aneh mendengar nama Cassandra? Bukankah nama itu sangat familiar di deretan nama orang-orang miskin?" selidik Fiona sinis. "Jangan-jangan seleramu juga perempuan miskin seperti Andrian!" ejeknya kemudian.Jemmy segera mengambil handphone. Dia tidak menghiraukan ejekan sang kekasih. Laki-laki itu membuka aplikasi pencarian Mbah Gogol dan mengetik nama La Stampa Group.Beberapa foto Gennaro dan Andrian berada di daftar teratas artikel itu. Jemmy tidak heran karena kebesaran La Stampa Group sudah diakui seluruh penduduk Italia.Tunggu! Di
Andrian mengulurkan tangan pada Cassandra dan membawa ke penciumannya. Andrian mencium mesra jemari tangan Cassandra yang telah terselip kembali cincin pernikahan. Di antara mereka, Gennaro tersenyum bahagia melihat Andrian dan Cassandra kembali bersatu.Ya, setelah terus menerus meyakinkan Cassandra, akhirnya laki-laki itu berhasil membawa wanita itu ke altar lagi. Meskipun acara kali ini hanya sederhana saja, tetapi lebih bermakna bagi Andrian dan Cassandra karena tidak kurang dari dua bulan lagi, Andrian Junior lahir ke dunia.Sekali lagi, Andrian menyunggingkan senyum. Berbeda dengan pernikahan pertama mereka yang penuh kepura-puraan dan drama, kali ini terselip rasa nyaman di hati keduanya."Melihat kalian bersatu lagi, Kakek tidak akan menyesal jika nanti Tuhan memanggil Kakek. Ah, tidak! Masih ada dua tugas Kakek yang belum selesai. Pertama, Kakek ingin mengajak jalan-jalan anakmu. Kedua, Kakek ingin menunjukkan sebuah rahasia pada kalian," ucap Gennaro setelah acara pemberkata
"Andrian, pelan-pelan," bisik Cassandra manja di antara deru napasnya.Andrian kembali mencium bibir sang istri dan memagutnya lembut. Suara desahan lirih di kamar besar itu, mengiringi setiap penyatuan keduanya. Berkali-kali, Cassandra dibuat tak berdaya oleh keganasan sang suami.Meskipun Andrian membawanya ke puncak kenikmatan berkali-kali, laki-laki itu melakukannya dengan hati-hati mengingat di dalam sana ada calon buah hati mereka. "Andrian, aku lelah," ucap Cassandra ketika Andrian merebahkan diri di sampingnya.Lengan laki-laki itu mengusap-usap perut lembab Cassandra, disusul ciuman lembut di situ. Bibir Cassandra menyunggingkan senyum bahagia, berharap kebahagiaan ini tidak akan pernah pergi dari kehidupan rumah tangga mereka."Ternyata, lingerie itu seperti membawa magic," gumam Andrian dengan mata mulai terpejam.Sekali lagi, Cassandra menyunggingkan senyum. Dia menatap wajah polos Andrian yang mulai terbuai ke dalam mimpi. Cassandra menyingkirkan pelan lengan Andrian dar
Andrian berkali-kali mendengus kecewa. Laki-laki itu berkacak pinggang, lalu mengusap wajahnya kasar. Cassandra memegang tangan sang suami, meminta waktu pada laki-laki itu untuk mendengarkan penjelasannya.Namun, Andrian telah keburu kecewa dengan sikap seenaknya Cassandra. Andrian berasumsi, beberapa jam lalu, Cassandra membuat peraturan, sekarang justru dirinya sendiri yang melanggarnya. Andrian tidak suka itu.Di ambang pintu dapur, Fiona tersenyum licik mendengar perdebatan keduanya. Rasanya sangat menyenangkan melihat mereka kembali ribut.Gadis itu berdiri di situ sambil menyandarkan punggung di kusen pintu. "Sudah, aku pasti pergi tanpa kalian usir. Kalaupun aku berlutut padamu, juga tidak ada gunanya, Amore. Di hatimu hanya ada nama Cassandra. Bahkan di saat kita berhubungan badan saja, kamu selalu memanggilnya. Apa yang kuharapkan lagi?" Raut wajah Fiona mendadak murung."Jangan bahas itu lagi, Fiona!" sergah Andrian tidak suka.Fiona mengangguk lemah. "Iya, kamu benar, Andri
"Terima kasih, kalian masih ingat Kakek yang sendirian ini." Gennaro memasang muka memelas.Di depannya, Andrian menggaruk pelipis sembari melirik pada Cassandra yang tersenyum malu-malu. Laki-laki itu meraih tangan Cassandra lalu menciumnya lembut. Melihat hal itu, Gennaro ikut tersenyum bahagia. Dia bisa merasakan semenjak Andrian kembali bersama Cassandra, cucunya itu berubah seperti layaknya laki-laki yang tengah jatuh cinta. Meskipun mereka sama-sama tidak pernah mengungkapkan perasaan masing-masing."Apa Kakek pikir kami akan melupakanmu?" tanya Andrian kemudian mengangkat gelas berisi sedikit wine.Gennaro terkekeh. "Tentu saja, Kakek takut kalian tidak ada waktu datang kemari. Kita perlu banyak waktu berkumpul seperti ini, Andrian, Cassandra," pintanya.Pasangan pengantin baru itu saling pandang, kemudian tersenyum. Cassandra merasa prihatin pada Gennaro. Kakek Tua yang hidup sendirian selama bertahun-tahun. Cassandra pernah mendengar cerita dari Andrian, Gennaro memutuskan ti
Andrian mengangguk-angguk kemudian mempersilakan Jemmy memasuki ruangan lebih dahulu. Keduanya lantas melanjutkan pembicaraan di sana. Jemmy dan Andrian kemudian duduk saling berhadapan terhalang meja persegi panjang."Saya kagum dengan Anda, tidak hanya di Perancis, Anda sukses. Akan tetapi, kesusksesan Anda sampai ke Italia. Semoga kerjasama ini menguntungkan kita," lanjut Andrian dari tempat duduknya.Jemmy kembali terkekeh jumawa. "Itu pasti," jawabnya. "Pasti aku akan mendapatkan keuntungan besar darimu, Andrian. Setelah itu, kamu akan tahu betapa hebatnya Jemmy Kastilont," lanjutnya dalam hati. Tidak hanya terkekeh, tetapi terbahak di sana.Beberapa menit kemudian, Gennaro memasuki ruangan bersama Ivo. Jemmy mendongakkan wajah, menatap tanpa ekspresi pada Gennaro sejenak."Hello, Tuan Jemmy Kastilont, selamat datang di La Stampa Group," sapanya sedikit mencondongkan badan.Jemmy segera bangkit dan menyalami laki-laki tua itu. "Jemmy Kastilont Blanc," ucapnya sambil tersenyum pen
"Saya ...." Cassandra tampak gugup.Melihat sikap tidak nyaman Cassandra, Andrian segera menggeser kursi sedikit ke belakang dan meminta wanita itu duduk. "Terima kasih," ucap Cassandra sangat lirih.Andrian segera menggenggam jemari tangan Cassandra dan meletakkan di atas pangkuannya. Dia bisa merasakan telapak tangan wanita itu berkeringat, padahal suhu ruangan ini tidaklah terlalu panas."Maaf, sepertinya istri saya tidak nyaman dengan orang asing. Sebelumnya dia bekerja di perusahaan milik sahabat saya." Andrian sendiri juga tidak nyaman dengan pertanyaan itu."Terima kasih, Amore," bisik Cassandra terharu.Jemmy mengangguk-angguk mengerti. "Oh, tidak apa-apa. Mungkin juga saya salah orang. Wajah istri Anda sangat cantik, jadi, saya berhalusinasi," sahutnya sambil terkekeh."Anda benar. Dia cantik, seperti mutiara yang tersembunyi, Tuan!" sahut Gennaro, sekali lagi menunjukkan kebanggaannya. Jemmy kembali terkekeh.Andrian mencondongkan wajah pada istrinya. "Kamu tidak perlu menj
Jemmy langsung menegakkan punggung. "Apa aku tidak salah dengar, Honey?" tanyanya memastikan.Fiona menatapnya tak minat kemudian menyeringai kecil. "Tidak. Aku benar-benar menginginkan kematian mereka, Jemmy. Cassandra Lussete dan bayinya harus berpisah dengan Andrian!" ulangnya.Jemmy menggeleng-gelengkan kepala. Laki-laki itu tidak percaya jika cinta buta telah membuat Fiona hilang kewarasan. Rencana Fiona tidak hanya membahayakan keselamatan Cassandra, melainkan juga tentang masa depan Fiona sendiri. Juga pastinya akan mengancam keberadaan Jemmy. Jemmy sadar sepenuhnya jika kekasihnya itu orang yang licik. Tentu saja, Fiona tidak akan mau menderita sendirian. Nama Jemmy Kastilont Blanc akan terseret jika niat Fiona benar-benar terlaksana. Jemmy tidak akan membiarkan itu terjadi."Aku tidak izinkan kamu lakukan itu, Honey. Tidak!" cegah Jemmy tegas.Kening Fiona langsung mengernyit dengan tatapan penuh tanya. "Jangan-jangan kamu juga jatuh cinta dengan perempuan miskin itu!" tuduh