Helena mengangguk meyakinkan. Dia merasa prihatin melihat Cassandra yang sering diperlakukan tidak adil oleh Andrian. Sebenarnya, Cassandra tidak bersalah dalam hal ini. Dia juga tidak memiliki kemampuan menolak keinginan Gennaro.Cassandra hanya media hidup yang dimanfaatkan oleh Gennaro untuk menyelamatkan harta Petruzzelli. Sayangnya, Andrian terlalu cemburu sehingga tidak mau mendengar penjelasan dari orang lain."Kamu seperti ini karena ingin menyelamatkan aku dan Papa, Cassandra. Aku pernah berbuat jahat pada kalian karena mengikuti dendam bersama Jemmy, tapi demi Tuhan, aku ingin menebus dosa-dosaku. Jadi, biarkan aku membantumu. Dengan begitu, Jemmy juga akan tenang di sana." Helena mengeratkan genggaman tangan pada Cassandra.Cassandra menatap dalam manik cokelat di depannya itu. Dia juga bingung tidak tahu harus berbuat apa untuk menyakinkan Andrian. Cassandra menarik napas pelan, tanpa bisa menjawab tawaran dari Helena.Helena mengangkat alis, sembari tersenyum samar "Waja
"Siapa yang akan memecat mereka?" tanya Cassandra dengan tatapan tajam pada Marta.Marta langsung menunduk. Dia sebenarnya juga tidak tahu, tujuan Andrian memanggil ketiga office girl itu. Cassandra menatap jari-jari Marta yang saling meremas di depan tubuh.Ada rasa muak melihat kepura-puraan wanita pembawa masalah dalam rumah tangganya itu. Tidak seperti ketika di Lake Garda, kini Marta tidak berani membalas tatapan Cassandra. Rasanya, Cassandra ingin sekali memaki wanita penuh drama itu.Dahulu, dia sering menghadapi sikap menyebalkan Fiona. Namun, Fiona tidak munafik di depan Cassandra. Fiona terang-terangan memusuhi Cassandra. Berbeda dengan Marta yang pura-pura tunduk dan patuh pada Cassandra, tetapi menusuk lebih dalam. Tidak ada jawaban dari Marta, Cassandra beralih menatap ketiga perempuan yang menjadi office girl itu. "Kesalahan apa yang kalian lakukan sampai Tuan Andrian memanggil kalian? Ini sangat aneh. Sejak kapan dia punya waktu mengurusi bagian kebersihan?" tanyanya s
"Tolong, bebaskan aku dari rasa sakit yang terus kamu buat. Biarkan aku dan anak-anak pergi, Andrian!" Cassandra berkata lirih di dada Andrian, kemudian melepaskan diri dari pelukan suaminya itu.Ucapan lirih penuh luka itu seolah mengoyak jantung Andrian dari segala arah. Andrian menatapnya nanar, lututnya lunglai. Asa untuk kembali memperbaiki segalanya, kini hancur tak terbentuk.Bahu Andrian langsung meluruh. Tenggorokannya terasa tercekat. Haruskah dia kembali melepaskan Cassandra untuk kedua kalinya dan mengulang sesal yang sama? Tidak! Andrian tidak ingin kehilangan istri dan anak-anaknya."Aku tidak akan melepaskanmu, Amore. Kamu dan anak-anak adalah hidupku! Tolong, lakukan apa pun asal bukan perpisahan, Cassandra!" Andrian memohon, berharap Cassandra luluh seperti yang sudah-sudah.Cassandra tersenyum, dalam luka. Ya, dia tidak akan lagi memaki Andrian seperti dulu. Dia ingin perpisahan kali ini dengan cara elegan meskipun rasanya jauh lebih sakit dari beberapa tahun lalu. T
"Andrian sudah melakukan kecurangan hingga membuatku hamil lagi! Dan konsekuensi dari kecurangan itu adalah, Andrian tidak akan mengetahui jika ada janin di rahimku!" ucap Cassandra emosi.Dia benar-benar merasa dipermainkan oleh Andrian. Kejutan ulang tahun pernikahan yang romantis hanyalah sebuah kedok untuk membodohinya lagi. Harga diri sebagai seorang istri dikoyak berulang kali oleh orang yang sama. Angelica tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu. Meskipun Cassandra merasakan sakit yang teramat dalam, tidak seharusnya dia menyembunyikan kehamilan dari Andrian. Angelica takut jika Andrian justru balik menuduh Cassandra bermain gila dengan Antonio."Nyonya Bos!" Angelica menatap miris Cassandra. "Kali ini aku tidak setuju dengan idemu! Bagaimanapun juga, Tuan Andrian adalah ayah dari anak itu. Bukankah kamu pernah mengalami kehamilan tanpa kehadiran suami dan itu berat kamu jalani? Sekarang, apa kamu ingin mengulanginya lagi, Nyonya Bos?" protes gadis berwajah imut itu.
Tidak ada yang ingin rumah tangganya karam, apalagi untuk kedua kali. Begitupun Cassandra. Semenjak mereka kembali menikah dan berkomitmen untuk bersama, Cassandra berani menjatuhkan hati sepenuhnya pada Andrian. Namun, apa balasan dari laki-laki itu? Kehadiran anak-anak yang lucu, ternyata tidak bisa merubah sifat playboy Andrian. Terlebih, dia mendapatkan alasan melakukan hal itu. Kasihan pada Marta! Andrian tidak sadar jika rasa kasihan pada orang lain yang berlebihan, justru kembali melukai perasaan Cassandra dan anak-anak. Mirisnya, Andrian tidak ingin melepaskan Cassandra."Apa sebaiknya, saya katakan pada Andrian mengenai rahasia surat wasiat itu, Zio?" tanya Cassandra ragu.Ivo langsung menggeleng tidak setuju. "Jangan, Cassandra! Andrian akan terus mengulang tanpa mau belajar dari kesalahan sebelumnya. Apa kamu mau, seumur hidup membimbing laki-laki tak berprinsip seperti itu? Biarkan dia merasakan bagaimana susahnya mencari uang, dan hidup serba terbatas!" jawab Ivo tegas.
"Kamu tidak boleh disakiti terus, Bellissima! Aku tidak bisa membiarkan hal itu!" Antonio segera melepas pelukannya dan menatap Cassandra dalam.Cassandra memejamkan mata, membiarkan pipinya kembali basah untuk kesekian kali. Sudah cukup lama dia berpura-pura tidak cemburu dan bersikap biasa saja di depan Andrian. Namun, hati tidak bisa dibohongi.Rasa cemburu dan sakit itu jauh lebih menyiksa daripada melihat Andrian bersama Fiona dulu. Dahulu, Cassandra merasa menjadi orang ketiga dalam hubungan Andrian dan Fiona. Sekarang, dia telah memiliki Andrian seutuhnya dan ada anak-anak yang harus diperjuangkan.Tangan Antonio bergerak ragu mengusap pipi Cassandra. Setelahnya, laki-laki itu kembali memencet tombol lift sehingga urung menutup.Antonio menatap sekilas pada Cassandra sebelum beranjak keluar. "Kamu pulanglah! Aku harus bertemu Ivo!" titahnya.Cassandra mengangguk pelan. Setelah memastikan Antonio keluar dari lift, Cassandra segera memencet tombol sehingga pintu baja itu pun kemb
"Amore, dengarkan aku sebentar saja!" pinta Andrian sembari mengusap punggung tangan Cassandra dengan ibu jarinya.Terpaksa Cassandra membalas tatapan sendu Andrian. Entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat. Padahal, dia sendiri yang selalu menginginkan perceraian itu. Jika Andrian menyetujuinya, mungkin hari ini adalah kebersamaan terakhir mereka sebagai suami istri.Buru-buru Cassandra menunduk, tak kuasa lama-lama beradu pandang dengan Andrian. Di depannya, Andrian masih diam sembari mengumpulkan keberanian. Tenggorokan laki-laki itu serasa tercekat. Sekali lagi, Andrian menarik napas panjang untuk melonggarkan dadanya yang sesak. Sebenarnya, rasa cinta untuk Cassandra masih sangat besar. Namun, keinginan untuk membalas dendam juga sama besarnya. Terkadang sebelah sudut hati Andrian berkata untuk tidak egois demi anak-anak dan rumah tangga mereka. Namun, niat itu terhalang oleh keinginan Cassandra. Rupanya, Andrian harus mengalah dan tidak mengekang keinginan wanita
"Maksudmu apa ini, Andrian?" tanya Cassandra bergerak ragu.Andrian tidak menjawab, tetapi tangan kirinya segera menarik bahu Cassandra lalu memeluk wanita itu erat. Cassandra masih bingung dengan perlakuan aneh Andrian. Dia mendongak dan segera melepaskan diri dari pelukan suaminya itu."Kamu mau ke mana?" tanya Cassandra lagi sembari melirik ke arah dua koper di dekat anak tangga.Andrian mengikuti arah pandangan Cassandra. "Ini rumah kalian. Setelah Davidde lahir, aku mengatasnamakan rumah ini dan mobil sport yang dulu kamu tinggalkan untuk kalian berdua. Jadi, aku tidak berhak lagi tinggal di sini!" ucapnya pelan.Cassandra mematung. Tanpa sadar dia membekap mulutnya dengan telapak tangan, kemudian menggeleng pelan. Cassandra tidak ingin berlaku jahat dengan cara membuat Andrian pergi dari rumahnya sendiri. Dia cukup sadar diri, jika keberadaannya di rumah ini adalah pendatang.Karena rencana Gennaro dan Kakek Stefano, Cassandra menjadi bagian keluarga Petruzzelli. Dia sudah menik
Andrian menggenggam jemari tangan Cassandra di atas makam Antonio. Sebelah tangannya mengusap batu nisan Antonio. Ada rasa sedih mendalam kehilangan sosok sahabat meskipun sempat menjadi saingannya."Aku datang padamu untuk meminta kembali Cassandra. Aku yakin, kamu tidak mungkin marah padaku. Aku janji akan menjaganya seperti kamu menjaga dia dan anak-anakku. Damailah di sana, Antonio. Terima kasih sudah menjaga mereka dengan baik." Andrian tersenyum samar, kemudian menatap Cassandra yang duduk di seberangnya."Ayo, kita pulang!" ajak Cassandra tidak ingin larut dalam kenangan tentang Antonio.Cassandra tidak ingin terus menerus bersedih karena kehilangan Antonio. Dia harus bisa menghargai perasaan Andrian setelah berani berdamai dan memutuskan menerima kembali laki-laki itu.Andrian mengangguk menuruti permintaan Cassandra. Tangannya tak lepas dari jemari tangan Cassandra hingga memasuki mobil. Sejenak, keduanya terdiam di dalam mobil dengan pandangan sama-sama tertuju pada makam An
Andrian mengerang kecil. Luka jahitan bekas operasi yang masih basah itu, terasa sangat nyeri. Rupanya, Cassandra menekan dengan kuat tepat di perban itu. Cassandra termangu melihat Andrian kesakitan sambil memegangi dadanya."Kenapa berhenti? Lakukanlah, Amore!" pinta Andrian pasrah. Tatapannya nanar pada Cassandra, tidak ada kemarahan sedikit pun di sana.Bella segera mendekati Cassandra untuk mencegah wanita itu berbuat yang lebih brutal. Bella maklum, kondisi Cassandra benar-benar jatuh sehingga bisa saja bertindak di luar kendali.Angelica sigap memanggil perawat. Tidak lama kemudian, seorang perawat memasuki ruang perawatan Andrian."Kenapa luka Anda bisa mengeluarkan darah?" tanya perawat sembari melepas perban di dada Andrian.Andrian menggeleng pelan. "Maaf, saya tidak sengaja menyenggol perbannya!" jawabnya berbohong. Lantas, Andrian melirik pada Cassandra yang menatap luka di dadanya dengan wajah pucat. Darah merembes dari sela-sela jahitan yang masih basah. Luka bekas ope
"Lepaskan saya, Bunda. Saya harus mengikuti mereka!" Cassandra kembali memberontak.Di antara isak tangis, Cassandra meringis menahan kram di perutnya. Wanita itu memegangi perut yang semakin terasa tidak nyaman. Bella dan Bunda Stefania segera memanggil sopir untuk membawa Cassandra ke rumah sakit.Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan USG, Cassandra dibawa ke ruang perawatan. Dia masih menangis, tidak menyangka hari bahagianya berubah kelam. Cassandra juga belum tahu nasib Andrian dan Antonio di ruang operasi.Bella yang mendorong kursi roda, menghentikan langkah ketika mendengar suara seseorang sedang berbicara di telepon. Cassandra mendongak menatap Bella, lalu menyadari sesuatu.Air mata Cassandra kembali menetes membasahi pipi mendengar suara yang dikenalnya itu. Bella hendak kembali mendorong kursi roda, tetapi Cassandra mencegah sahabatnya itu, untuk mendengarkan pembicaraan lebih lanjut."Tunggu sebentar, Bella! Tolong antar aku ke tempat pengawal itu!" pintanya pada sang
Mendengar jawaban Cassandra, Antonio hanya bisa mengangguk meskipun dia tahu, wanita itu tidak melihatnya. Cassandra kembali meneruskan langkah. Di ruang bawah tampak sepi, mungkin anak-anak sedang dimandikan oleh Nanny.Cassandra juga tidak melihat keberadaan Andrian dan mobil laki-laki itu. Entah ada perasaan aneh tiba-tiba menghinggapi Cassandra. Dia memaki diri sendiri yang terlalu munafik jika kepergian Andrian membuatnya merasa kehilangan."Aku pulang dulu, kamu juga segera kembali ke atas. Hati-hati naik turun tangga!" ucap Antonio begitu mereka sampai di lantai bawah.Cassandra mendongak menatap manik Antonio lalu mengangguk samar. Antonio tersenyum, kemudian mencium bibir Cassandra sekilas sebelum memutuskan berlalu dari hadapan kekasihnya itu."Ciao Amore. Hati-hati di jalan!'' ucap Cassandra mengikuti langkah Antonio sampai di depan pintu.Antonio tersenyum sebelum memasuki mobil. Segera, mobil mewah itu pun meninggalkan car port rumah megah Andrian. Sesampainya di luar pag
Mendengar suara tangisan, Antonio segera mengangkat wajah Cassandra dan menatapnya dalam. Sedangkan Cassandra buru-buru menghapus air mata, lalu memunguti pakaiannya yang berserak di dekat sofa.Antonio memperhatikan sang kekasih, lalu tersenyum samar. Dia terus memperhatikan Cassandra yang memakai pakaiannya dengan terburu-buru."Ah, aku harus ke kamar mandi dulu, Amore!" pamit Cassandra pada laki-laki yang masih duduk memperhatikan dirinya itu."Hati-hati, jangan terburu-buru, Bellissima!" ucap Antonio mengingatkan.Cassandra tidak menjawab. Dia segera memasuki kamar mandi, lalu mengunci pintunya dari dalam. Di sana, dia menumpahkan tangis di depan wastafel. Cassandra meremas baju atasnya ketika melihat beberapa tanda kepemilikan Antonio bertebaran di dadanya."Aarrggh!" jerit Cassandra. Lantas, pandangan wanita itu turun pada perutnya yang membuncit. Perut berisi bayi darah daging Andrian itu, diusapnya lembut dengan hati dilema."Kenapa aku lakukan itu, Tuhan? Kenapa aku harus be
"Andrian, apa kamu tidak ingin memelukku?" tanya wanita itu menatap manik kebiruan Andrian.Andrian tersadar dari lamunan singkatnya, lalu mengangguk samar. Dengan ragu, dia mendekati Helena dan memeluk wanita itu. Wanita yang pernah dibencinya, sekaligus terpaksa dia terima karena hubungan darah itu tidak bisa dihapus oleh takdir sekalipun."Terima kasih, Andrian. Kuharap tidak ada kebencian di hati kita. Maafkan aku yang sudah merusak semuanya," ucap Helena lirih di dada Andrian. Andrian menelan saliva berat mendengar ucapan itu. Memaafkan? Jika ada yang harus mengemis maaf, maka orang itu adalah dirinya. Andrian melepaskan pelukan dan menatap Helena dengan tatapan dalam."Maaf, Helena. Aku begitu bersalah padamu dan Kakek. Jika Kakek masih hidup, mungkin aku akan bersimpuh di kakinya.""Hei, apa yang kamu bicarakan? Papa itu hatinya sangat luas. Aku yakin kamu lebih paham daripada aku, Andrian. Ayolah, kamu harus tersenyum! Kita buka lembaran baru dengan damai, bagaimana?" Helena
"Cassandra, apakah tidak ada kesempatan sekali lagi untukku?" tanya Andrian putus asa.Cassandra semakin kesal dengan sikap mantan suaminya yang tidak tahu malu itu. Wanita itu kembali memutar bola mata malas, lalu menatap tidak minat pada Andrian."Tidak! Kesempatanmu hanya sebagai ayah dari kedua anakku, bukan suamiku!" jawabnya tegas.Andrian tidak menyerah. Sudah kepalang tanggung karena dia telah memberanikan diri mendekati Cassandra lagi. Meskipun di sisi lain ada rasa rendah diri setelah terlalu sering melukai hati Cassandra."Aku janji, Cassandra! Aku akan melakukan apa pun yang kamu mau. Bahkan, aku tidak peduli dengan semua hartaku, asalkan kamu ...""Apa pun?" sahut Cassandra cepat hingga membuat Andrian langsung mengangguk."Ya, apa pun. Katakan, Cassandra!" desak Andrian tidak sabar.Cassandra tersenyum penuh arti lalu mengangguk pelan. Dia menatap sekeliling yang sepi karena karyawan sudah sibuk di mejanya masing-masing."Apa pun. Hm, baiklah. Sepertinya kamu ingin sekal
Jelas, itu bukan tanda kepemilikan dari Andrian. "Sial kenapa harus ada jejak begini?" Marta menjadi bingung ketika semakin digosok, bekas kissmark itu tidak menghilang melainkan tambah memerah. Dia tidak perlu sekhawatir ini jika saja Andrian tidak datang mendadak.Entah apa yang membuat Andrian tiba-tiba datang. Padahal, sore tadi laki-laki itu mengatakan pergi ke rumah Gennaro. Marta melirik sekilas ke arah ruang tamu di mana Andrian tampak fokus dengan handphone."Oke, aku ke sana sekarang!" Laki-laki itu menarik napas panjang kemudian bangkit.Dia menoleh ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup. Marta yang mendengarkan pembicaraan Andrian justru menarik napas lega. Dia segera memakai kimono dan mengikat di depan perut, lalu segera menemui Andrian."Aku sudah selesai. Tapi sepertinya kamu mau pergi!" Marta pura-pura cemberut kecewa.Andrian menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Maaf, Davidde sedang demam. Aku harus mengantar ke rumah sakit!" ucapnya.Marta mende
Cassandra mendorong pelan dada Antonio dan kembali menatap laki-laki tampan itu. "Apa kamu tidak keberatan, Antonio? Seharusnya kamu mendapatkan wanita yang sepadan, bukan sepertiku!" "Apa yang membuatmu berpikir begitu? Aku mencintaimu sejak dulu sampai sekarang Cassandra!" ucap Antonio tegas.Cassandra mengangguk samar diiringi senyuman. Senyum manis yang tidak dibuat-buat dan baru Antonio lihat semenjak wanita itu mengalami perceraian. Antonio bertekad ingin membuat Cassandra selalu menyunggingkan senyum manis dan melupakan kegagalan pernikahannya."Aku terima!" ucap Cassandra sambil mengangguk berkali-kali.Antonio tertegun sejenak, kemudian memeluk Cassandra. Sementara di depan pintu, Andrian semakin mematung menatap keduanya. Laki-laki itu membalikkan badan, yang membuat Antonio tanpa sengaja menatapnya.Lantas, Antonio melepaskan pelukan dan bangkit. Kemudian dia melangkah mendekati Andrian yang hendak beranjak dari situ."Andrian, sudah lama kamu di situ?" tanya Antonio pelan