"Andrian sudah melakukan kecurangan hingga membuatku hamil lagi! Dan konsekuensi dari kecurangan itu adalah, Andrian tidak akan mengetahui jika ada janin di rahimku!" ucap Cassandra emosi.Dia benar-benar merasa dipermainkan oleh Andrian. Kejutan ulang tahun pernikahan yang romantis hanyalah sebuah kedok untuk membodohinya lagi. Harga diri sebagai seorang istri dikoyak berulang kali oleh orang yang sama. Angelica tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu. Meskipun Cassandra merasakan sakit yang teramat dalam, tidak seharusnya dia menyembunyikan kehamilan dari Andrian. Angelica takut jika Andrian justru balik menuduh Cassandra bermain gila dengan Antonio."Nyonya Bos!" Angelica menatap miris Cassandra. "Kali ini aku tidak setuju dengan idemu! Bagaimanapun juga, Tuan Andrian adalah ayah dari anak itu. Bukankah kamu pernah mengalami kehamilan tanpa kehadiran suami dan itu berat kamu jalani? Sekarang, apa kamu ingin mengulanginya lagi, Nyonya Bos?" protes gadis berwajah imut itu.
Tidak ada yang ingin rumah tangganya karam, apalagi untuk kedua kali. Begitupun Cassandra. Semenjak mereka kembali menikah dan berkomitmen untuk bersama, Cassandra berani menjatuhkan hati sepenuhnya pada Andrian. Namun, apa balasan dari laki-laki itu? Kehadiran anak-anak yang lucu, ternyata tidak bisa merubah sifat playboy Andrian. Terlebih, dia mendapatkan alasan melakukan hal itu. Kasihan pada Marta! Andrian tidak sadar jika rasa kasihan pada orang lain yang berlebihan, justru kembali melukai perasaan Cassandra dan anak-anak. Mirisnya, Andrian tidak ingin melepaskan Cassandra."Apa sebaiknya, saya katakan pada Andrian mengenai rahasia surat wasiat itu, Zio?" tanya Cassandra ragu.Ivo langsung menggeleng tidak setuju. "Jangan, Cassandra! Andrian akan terus mengulang tanpa mau belajar dari kesalahan sebelumnya. Apa kamu mau, seumur hidup membimbing laki-laki tak berprinsip seperti itu? Biarkan dia merasakan bagaimana susahnya mencari uang, dan hidup serba terbatas!" jawab Ivo tegas.
"Kamu tidak boleh disakiti terus, Bellissima! Aku tidak bisa membiarkan hal itu!" Antonio segera melepas pelukannya dan menatap Cassandra dalam.Cassandra memejamkan mata, membiarkan pipinya kembali basah untuk kesekian kali. Sudah cukup lama dia berpura-pura tidak cemburu dan bersikap biasa saja di depan Andrian. Namun, hati tidak bisa dibohongi.Rasa cemburu dan sakit itu jauh lebih menyiksa daripada melihat Andrian bersama Fiona dulu. Dahulu, Cassandra merasa menjadi orang ketiga dalam hubungan Andrian dan Fiona. Sekarang, dia telah memiliki Andrian seutuhnya dan ada anak-anak yang harus diperjuangkan.Tangan Antonio bergerak ragu mengusap pipi Cassandra. Setelahnya, laki-laki itu kembali memencet tombol lift sehingga urung menutup.Antonio menatap sekilas pada Cassandra sebelum beranjak keluar. "Kamu pulanglah! Aku harus bertemu Ivo!" titahnya.Cassandra mengangguk pelan. Setelah memastikan Antonio keluar dari lift, Cassandra segera memencet tombol sehingga pintu baja itu pun kemb
"Amore, dengarkan aku sebentar saja!" pinta Andrian sembari mengusap punggung tangan Cassandra dengan ibu jarinya.Terpaksa Cassandra membalas tatapan sendu Andrian. Entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat. Padahal, dia sendiri yang selalu menginginkan perceraian itu. Jika Andrian menyetujuinya, mungkin hari ini adalah kebersamaan terakhir mereka sebagai suami istri.Buru-buru Cassandra menunduk, tak kuasa lama-lama beradu pandang dengan Andrian. Di depannya, Andrian masih diam sembari mengumpulkan keberanian. Tenggorokan laki-laki itu serasa tercekat. Sekali lagi, Andrian menarik napas panjang untuk melonggarkan dadanya yang sesak. Sebenarnya, rasa cinta untuk Cassandra masih sangat besar. Namun, keinginan untuk membalas dendam juga sama besarnya. Terkadang sebelah sudut hati Andrian berkata untuk tidak egois demi anak-anak dan rumah tangga mereka. Namun, niat itu terhalang oleh keinginan Cassandra. Rupanya, Andrian harus mengalah dan tidak mengekang keinginan wanita
"Maksudmu apa ini, Andrian?" tanya Cassandra bergerak ragu.Andrian tidak menjawab, tetapi tangan kirinya segera menarik bahu Cassandra lalu memeluk wanita itu erat. Cassandra masih bingung dengan perlakuan aneh Andrian. Dia mendongak dan segera melepaskan diri dari pelukan suaminya itu."Kamu mau ke mana?" tanya Cassandra lagi sembari melirik ke arah dua koper di dekat anak tangga.Andrian mengikuti arah pandangan Cassandra. "Ini rumah kalian. Setelah Davidde lahir, aku mengatasnamakan rumah ini dan mobil sport yang dulu kamu tinggalkan untuk kalian berdua. Jadi, aku tidak berhak lagi tinggal di sini!" ucapnya pelan.Cassandra mematung. Tanpa sadar dia membekap mulutnya dengan telapak tangan, kemudian menggeleng pelan. Cassandra tidak ingin berlaku jahat dengan cara membuat Andrian pergi dari rumahnya sendiri. Dia cukup sadar diri, jika keberadaannya di rumah ini adalah pendatang.Karena rencana Gennaro dan Kakek Stefano, Cassandra menjadi bagian keluarga Petruzzelli. Dia sudah menik
"Aku lebih suka kamu mengatakan satu hal padaku!” ucap Andrian lagi.Cassandra memutar bola mata malas. Lihatlah, baru saja disetujui untuk tinggal bersama, Andrian sudah mulai seenaknya.“Kamu mau tanya apa? Jika tidak ada yang dibahas lagi, aku secepatnya ke bawah!” sahut Cassandra masih dengan nada ketus.“Ayolah, hanya sekali saja! Iya atau tidak?” tuntut Andrian semakin menyebalkan.“Sebenarnya, apa yang kamu bicarakan, Andrian?” tanya Cassandra mulai kesal.“Kita bicara jujur-jujuran saja, Cassanova! Kamu masih mencintaiku, kan?” tebaknya percaya diri.Cassandra berdecak lirih. “Kenapa kamu begitu percaya diri? Jika aku masih mencintaimu, tentu aku memilih bertahan dalam pernikahan ini. Bukankah itu seharusnya sudah menjawab pertanyaanmu?” jawabnya.Andrian mengangguk-angguk. “Baiklah, aku paham. Ya, sudah, sebaiknya kamu berhenti mengkhawatirkan aku!” ucap Andrian datar.Andrian segera memasuki kamar di mana dia akan tidur. Dia menoleh sekilas pada ART yang langsung mengikutiny
Di sebelah sana, Marta langsung melengos. Berlama-lama melihat adegan mesra Andrian dan Cassandra membuat hatinya seperti dikerubuti semut rangrang. Wanita itu segera fokus pada materi meeting. Namun, tidak bisa dipungkiri meskipun hanya sekian detik saja, adegan ciuman itu membuat hati Marta dilanda cemburu.Dua orang klien Andrian langsung menoleh ketika mendengar suara anak-anak berceloteh lucu. Mereka tertegun sejenak, tetapi sedetik kemudian menyunggingkan senyum ramah. Keduanya lantas berdiri dan menyalami Andrian. Kening ketiga orang itu mengernyit saat melihat tangan kanan Andrian memakai arm sling."Anda kecelakaan, Tuan?" tanya salah satu klien pria itu."Oh, sedikit cedera. Hanya saja membutuhkan waktu pemulihan. Tidak apa-apa!" jawab Andrian.Andrian melepaskan genggaman tangan kirinya pada Cassandra untuk menyambut jabat tangan mereka. Marta juga ikut bangkit, menyalami bosnya itu. Sebenarnya, Marta juga heran dengan keadaan tangan Andrian. Namun, untuk sekadar bertanya a
"Eheem!" Cassandra kembali berdehem lirih. Dia semakin bingung karena tatapan semua orang di situ tertuju padanya. Sedangkan Emillia tampak tenang sambil memainkan jemarinya di atas kertas bergambar itu."Pappa! Pappa tidak boleh berbicara dengan setan! Kasihan Mamma selalu nangis!" celetuk Emillia polos."Ehem!" Giliran Andrian yang berdehem. Dia sama sekali tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh putrinya. Andrian lantas melirik kertas di hadapan Emillia yang hampir penuh coretan warna-warni."Emilia, waktunya makan! Kamu mau makan apa? Pokoknya harus makan, kalau tidak, Mamma tidak akan memberimu crayon baru!" Cassandra meminta izin mengambil kertas dari hadapan sang putri.Sepasang mata polos Emillia menatapnya sejenak, lalu beralih pada Andrian seolah meminta persetujuan. Andrian langsung mengangguk menyetujui ucapan sang istri. Meskipun sedikit cemberut, Emillia pun menurut.Cassandra beralih menyodorkan buku menu, menawari beberapa hidangan yang sesuai dengan selera anak-