"Kamu tidak boleh disakiti terus, Bellissima! Aku tidak bisa membiarkan hal itu!" Antonio segera melepas pelukannya dan menatap Cassandra dalam.Cassandra memejamkan mata, membiarkan pipinya kembali basah untuk kesekian kali. Sudah cukup lama dia berpura-pura tidak cemburu dan bersikap biasa saja di depan Andrian. Namun, hati tidak bisa dibohongi.Rasa cemburu dan sakit itu jauh lebih menyiksa daripada melihat Andrian bersama Fiona dulu. Dahulu, Cassandra merasa menjadi orang ketiga dalam hubungan Andrian dan Fiona. Sekarang, dia telah memiliki Andrian seutuhnya dan ada anak-anak yang harus diperjuangkan.Tangan Antonio bergerak ragu mengusap pipi Cassandra. Setelahnya, laki-laki itu kembali memencet tombol lift sehingga urung menutup.Antonio menatap sekilas pada Cassandra sebelum beranjak keluar. "Kamu pulanglah! Aku harus bertemu Ivo!" titahnya.Cassandra mengangguk pelan. Setelah memastikan Antonio keluar dari lift, Cassandra segera memencet tombol sehingga pintu baja itu pun kemb
"Amore, dengarkan aku sebentar saja!" pinta Andrian sembari mengusap punggung tangan Cassandra dengan ibu jarinya.Terpaksa Cassandra membalas tatapan sendu Andrian. Entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat. Padahal, dia sendiri yang selalu menginginkan perceraian itu. Jika Andrian menyetujuinya, mungkin hari ini adalah kebersamaan terakhir mereka sebagai suami istri.Buru-buru Cassandra menunduk, tak kuasa lama-lama beradu pandang dengan Andrian. Di depannya, Andrian masih diam sembari mengumpulkan keberanian. Tenggorokan laki-laki itu serasa tercekat. Sekali lagi, Andrian menarik napas panjang untuk melonggarkan dadanya yang sesak. Sebenarnya, rasa cinta untuk Cassandra masih sangat besar. Namun, keinginan untuk membalas dendam juga sama besarnya. Terkadang sebelah sudut hati Andrian berkata untuk tidak egois demi anak-anak dan rumah tangga mereka. Namun, niat itu terhalang oleh keinginan Cassandra. Rupanya, Andrian harus mengalah dan tidak mengekang keinginan wanita
"Maksudmu apa ini, Andrian?" tanya Cassandra bergerak ragu.Andrian tidak menjawab, tetapi tangan kirinya segera menarik bahu Cassandra lalu memeluk wanita itu erat. Cassandra masih bingung dengan perlakuan aneh Andrian. Dia mendongak dan segera melepaskan diri dari pelukan suaminya itu."Kamu mau ke mana?" tanya Cassandra lagi sembari melirik ke arah dua koper di dekat anak tangga.Andrian mengikuti arah pandangan Cassandra. "Ini rumah kalian. Setelah Davidde lahir, aku mengatasnamakan rumah ini dan mobil sport yang dulu kamu tinggalkan untuk kalian berdua. Jadi, aku tidak berhak lagi tinggal di sini!" ucapnya pelan.Cassandra mematung. Tanpa sadar dia membekap mulutnya dengan telapak tangan, kemudian menggeleng pelan. Cassandra tidak ingin berlaku jahat dengan cara membuat Andrian pergi dari rumahnya sendiri. Dia cukup sadar diri, jika keberadaannya di rumah ini adalah pendatang.Karena rencana Gennaro dan Kakek Stefano, Cassandra menjadi bagian keluarga Petruzzelli. Dia sudah menik
"Aku lebih suka kamu mengatakan satu hal padaku!” ucap Andrian lagi.Cassandra memutar bola mata malas. Lihatlah, baru saja disetujui untuk tinggal bersama, Andrian sudah mulai seenaknya.“Kamu mau tanya apa? Jika tidak ada yang dibahas lagi, aku secepatnya ke bawah!” sahut Cassandra masih dengan nada ketus.“Ayolah, hanya sekali saja! Iya atau tidak?” tuntut Andrian semakin menyebalkan.“Sebenarnya, apa yang kamu bicarakan, Andrian?” tanya Cassandra mulai kesal.“Kita bicara jujur-jujuran saja, Cassanova! Kamu masih mencintaiku, kan?” tebaknya percaya diri.Cassandra berdecak lirih. “Kenapa kamu begitu percaya diri? Jika aku masih mencintaimu, tentu aku memilih bertahan dalam pernikahan ini. Bukankah itu seharusnya sudah menjawab pertanyaanmu?” jawabnya.Andrian mengangguk-angguk. “Baiklah, aku paham. Ya, sudah, sebaiknya kamu berhenti mengkhawatirkan aku!” ucap Andrian datar.Andrian segera memasuki kamar di mana dia akan tidur. Dia menoleh sekilas pada ART yang langsung mengikutiny
Di sebelah sana, Marta langsung melengos. Berlama-lama melihat adegan mesra Andrian dan Cassandra membuat hatinya seperti dikerubuti semut rangrang. Wanita itu segera fokus pada materi meeting. Namun, tidak bisa dipungkiri meskipun hanya sekian detik saja, adegan ciuman itu membuat hati Marta dilanda cemburu.Dua orang klien Andrian langsung menoleh ketika mendengar suara anak-anak berceloteh lucu. Mereka tertegun sejenak, tetapi sedetik kemudian menyunggingkan senyum ramah. Keduanya lantas berdiri dan menyalami Andrian. Kening ketiga orang itu mengernyit saat melihat tangan kanan Andrian memakai arm sling."Anda kecelakaan, Tuan?" tanya salah satu klien pria itu."Oh, sedikit cedera. Hanya saja membutuhkan waktu pemulihan. Tidak apa-apa!" jawab Andrian.Andrian melepaskan genggaman tangan kirinya pada Cassandra untuk menyambut jabat tangan mereka. Marta juga ikut bangkit, menyalami bosnya itu. Sebenarnya, Marta juga heran dengan keadaan tangan Andrian. Namun, untuk sekadar bertanya a
"Eheem!" Cassandra kembali berdehem lirih. Dia semakin bingung karena tatapan semua orang di situ tertuju padanya. Sedangkan Emillia tampak tenang sambil memainkan jemarinya di atas kertas bergambar itu."Pappa! Pappa tidak boleh berbicara dengan setan! Kasihan Mamma selalu nangis!" celetuk Emillia polos."Ehem!" Giliran Andrian yang berdehem. Dia sama sekali tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh putrinya. Andrian lantas melirik kertas di hadapan Emillia yang hampir penuh coretan warna-warni."Emilia, waktunya makan! Kamu mau makan apa? Pokoknya harus makan, kalau tidak, Mamma tidak akan memberimu crayon baru!" Cassandra meminta izin mengambil kertas dari hadapan sang putri.Sepasang mata polos Emillia menatapnya sejenak, lalu beralih pada Andrian seolah meminta persetujuan. Andrian langsung mengangguk menyetujui ucapan sang istri. Meskipun sedikit cemberut, Emillia pun menurut.Cassandra beralih menyodorkan buku menu, menawari beberapa hidangan yang sesuai dengan selera anak-
Marta buru-buru memalingkan pandangan ketika tanpa sengaja Cassandra menatapnya. Marta pura-pura menikmati lasagna yang masih tersisa sedikit."Terima kasih atas pertemuan yang menyenangkan dan jamuan makan malamnya, Tuan dan Nyonya Petruzzelli!" ungkap salah satu dari klien Andrian tersenyum puas.Setelah mencapai kesepakatan kerja sama, disusul jamuan makan malam di ruangan VIP, membuat kedua laki-laki itu merasa dihargai. Jauh-jauh datang dari Roma, tidak sia-sia mereka melobi langsung pemilik perusahaan besar yang tersohor di negeri Menara Pisa itu.Andrian tersenyum dan membalas kembali jabat tangan mereka, diikuti oleh Cassandra. Lalu, pandangan salah satu laki-laki lebih muda tertuju pada Marta yang memang semenjak tadi terlihat dekat dengan Emillia."Terima kasih, Nona Marta Glebova. Senang bertemu Anda!" ucap laki-laki berusia 35 tahunan itu dengan kedipan mata sedikit nakal.Marta tersenyum kaku."Prego!" jawabnya singkat.Andrian yang melihat langsung kedipan mata genit laki
"Apa Papa? Dua ribu Euro?" Marta terkejut dengan nominal sebanyak itu. Pasalnya dua minggu yang lalu, dia telah mentransfer uang 2500 Euro untuk orang tuanya.Beruntung, Marta terbebas dari tanggung jawab membiayai sekolah kedua anaknya. Seluruh kebutuhan anak-anak ditanggung oleh Dario, mantan suami Marta yang lebih berkecukupan.Lepas dari Dario, ternyata tidak membuat kehidupan Marta lebih baik. Obsesinya menjadi wanita pengisi hati Andrian ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Cassandra bukan saingan yang mudah untuk disingkirkan.Apalagi, Cassandra juga kembali mempersembahkan bukti cinta mereka di rahimnya pada Andrian. Marta seperti hilang harapan. Untuk kembali pada Antonio, jelas tidak mungkin. Laki-laki itu sudah tidak peduli dengan kehidupan Marta lagi. Bahkan, menegur pun, Antonio sudah enggan."Uang segitu kecil, Marta, kalau kamu berhasil mengambil hati Andrian lagi. Hanya seujung kuku!" timpal Erciva mengompori.Marta menoleh pada mamanya itu. ''Ah, Mama! Apakah aku