"Siapa yang akan memecat mereka?" tanya Cassandra dengan tatapan tajam pada Marta.Marta langsung menunduk. Dia sebenarnya juga tidak tahu, tujuan Andrian memanggil ketiga office girl itu. Cassandra menatap jari-jari Marta yang saling meremas di depan tubuh.Ada rasa muak melihat kepura-puraan wanita pembawa masalah dalam rumah tangganya itu. Tidak seperti ketika di Lake Garda, kini Marta tidak berani membalas tatapan Cassandra. Rasanya, Cassandra ingin sekali memaki wanita penuh drama itu.Dahulu, dia sering menghadapi sikap menyebalkan Fiona. Namun, Fiona tidak munafik di depan Cassandra. Fiona terang-terangan memusuhi Cassandra. Berbeda dengan Marta yang pura-pura tunduk dan patuh pada Cassandra, tetapi menusuk lebih dalam. Tidak ada jawaban dari Marta, Cassandra beralih menatap ketiga perempuan yang menjadi office girl itu. "Kesalahan apa yang kalian lakukan sampai Tuan Andrian memanggil kalian? Ini sangat aneh. Sejak kapan dia punya waktu mengurusi bagian kebersihan?" tanyanya s
"Tolong, bebaskan aku dari rasa sakit yang terus kamu buat. Biarkan aku dan anak-anak pergi, Andrian!" Cassandra berkata lirih di dada Andrian, kemudian melepaskan diri dari pelukan suaminya itu.Ucapan lirih penuh luka itu seolah mengoyak jantung Andrian dari segala arah. Andrian menatapnya nanar, lututnya lunglai. Asa untuk kembali memperbaiki segalanya, kini hancur tak terbentuk.Bahu Andrian langsung meluruh. Tenggorokannya terasa tercekat. Haruskah dia kembali melepaskan Cassandra untuk kedua kalinya dan mengulang sesal yang sama? Tidak! Andrian tidak ingin kehilangan istri dan anak-anaknya."Aku tidak akan melepaskanmu, Amore. Kamu dan anak-anak adalah hidupku! Tolong, lakukan apa pun asal bukan perpisahan, Cassandra!" Andrian memohon, berharap Cassandra luluh seperti yang sudah-sudah.Cassandra tersenyum, dalam luka. Ya, dia tidak akan lagi memaki Andrian seperti dulu. Dia ingin perpisahan kali ini dengan cara elegan meskipun rasanya jauh lebih sakit dari beberapa tahun lalu. T
"Andrian sudah melakukan kecurangan hingga membuatku hamil lagi! Dan konsekuensi dari kecurangan itu adalah, Andrian tidak akan mengetahui jika ada janin di rahimku!" ucap Cassandra emosi.Dia benar-benar merasa dipermainkan oleh Andrian. Kejutan ulang tahun pernikahan yang romantis hanyalah sebuah kedok untuk membodohinya lagi. Harga diri sebagai seorang istri dikoyak berulang kali oleh orang yang sama. Angelica tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu. Meskipun Cassandra merasakan sakit yang teramat dalam, tidak seharusnya dia menyembunyikan kehamilan dari Andrian. Angelica takut jika Andrian justru balik menuduh Cassandra bermain gila dengan Antonio."Nyonya Bos!" Angelica menatap miris Cassandra. "Kali ini aku tidak setuju dengan idemu! Bagaimanapun juga, Tuan Andrian adalah ayah dari anak itu. Bukankah kamu pernah mengalami kehamilan tanpa kehadiran suami dan itu berat kamu jalani? Sekarang, apa kamu ingin mengulanginya lagi, Nyonya Bos?" protes gadis berwajah imut itu.
Tidak ada yang ingin rumah tangganya karam, apalagi untuk kedua kali. Begitupun Cassandra. Semenjak mereka kembali menikah dan berkomitmen untuk bersama, Cassandra berani menjatuhkan hati sepenuhnya pada Andrian. Namun, apa balasan dari laki-laki itu? Kehadiran anak-anak yang lucu, ternyata tidak bisa merubah sifat playboy Andrian. Terlebih, dia mendapatkan alasan melakukan hal itu. Kasihan pada Marta! Andrian tidak sadar jika rasa kasihan pada orang lain yang berlebihan, justru kembali melukai perasaan Cassandra dan anak-anak. Mirisnya, Andrian tidak ingin melepaskan Cassandra."Apa sebaiknya, saya katakan pada Andrian mengenai rahasia surat wasiat itu, Zio?" tanya Cassandra ragu.Ivo langsung menggeleng tidak setuju. "Jangan, Cassandra! Andrian akan terus mengulang tanpa mau belajar dari kesalahan sebelumnya. Apa kamu mau, seumur hidup membimbing laki-laki tak berprinsip seperti itu? Biarkan dia merasakan bagaimana susahnya mencari uang, dan hidup serba terbatas!" jawab Ivo tegas.
"Kamu tidak boleh disakiti terus, Bellissima! Aku tidak bisa membiarkan hal itu!" Antonio segera melepas pelukannya dan menatap Cassandra dalam.Cassandra memejamkan mata, membiarkan pipinya kembali basah untuk kesekian kali. Sudah cukup lama dia berpura-pura tidak cemburu dan bersikap biasa saja di depan Andrian. Namun, hati tidak bisa dibohongi.Rasa cemburu dan sakit itu jauh lebih menyiksa daripada melihat Andrian bersama Fiona dulu. Dahulu, Cassandra merasa menjadi orang ketiga dalam hubungan Andrian dan Fiona. Sekarang, dia telah memiliki Andrian seutuhnya dan ada anak-anak yang harus diperjuangkan.Tangan Antonio bergerak ragu mengusap pipi Cassandra. Setelahnya, laki-laki itu kembali memencet tombol lift sehingga urung menutup.Antonio menatap sekilas pada Cassandra sebelum beranjak keluar. "Kamu pulanglah! Aku harus bertemu Ivo!" titahnya.Cassandra mengangguk pelan. Setelah memastikan Antonio keluar dari lift, Cassandra segera memencet tombol sehingga pintu baja itu pun kemb
"Amore, dengarkan aku sebentar saja!" pinta Andrian sembari mengusap punggung tangan Cassandra dengan ibu jarinya.Terpaksa Cassandra membalas tatapan sendu Andrian. Entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat. Padahal, dia sendiri yang selalu menginginkan perceraian itu. Jika Andrian menyetujuinya, mungkin hari ini adalah kebersamaan terakhir mereka sebagai suami istri.Buru-buru Cassandra menunduk, tak kuasa lama-lama beradu pandang dengan Andrian. Di depannya, Andrian masih diam sembari mengumpulkan keberanian. Tenggorokan laki-laki itu serasa tercekat. Sekali lagi, Andrian menarik napas panjang untuk melonggarkan dadanya yang sesak. Sebenarnya, rasa cinta untuk Cassandra masih sangat besar. Namun, keinginan untuk membalas dendam juga sama besarnya. Terkadang sebelah sudut hati Andrian berkata untuk tidak egois demi anak-anak dan rumah tangga mereka. Namun, niat itu terhalang oleh keinginan Cassandra. Rupanya, Andrian harus mengalah dan tidak mengekang keinginan wanita
"Maksudmu apa ini, Andrian?" tanya Cassandra bergerak ragu.Andrian tidak menjawab, tetapi tangan kirinya segera menarik bahu Cassandra lalu memeluk wanita itu erat. Cassandra masih bingung dengan perlakuan aneh Andrian. Dia mendongak dan segera melepaskan diri dari pelukan suaminya itu."Kamu mau ke mana?" tanya Cassandra lagi sembari melirik ke arah dua koper di dekat anak tangga.Andrian mengikuti arah pandangan Cassandra. "Ini rumah kalian. Setelah Davidde lahir, aku mengatasnamakan rumah ini dan mobil sport yang dulu kamu tinggalkan untuk kalian berdua. Jadi, aku tidak berhak lagi tinggal di sini!" ucapnya pelan.Cassandra mematung. Tanpa sadar dia membekap mulutnya dengan telapak tangan, kemudian menggeleng pelan. Cassandra tidak ingin berlaku jahat dengan cara membuat Andrian pergi dari rumahnya sendiri. Dia cukup sadar diri, jika keberadaannya di rumah ini adalah pendatang.Karena rencana Gennaro dan Kakek Stefano, Cassandra menjadi bagian keluarga Petruzzelli. Dia sudah menik
"Aku lebih suka kamu mengatakan satu hal padaku!” ucap Andrian lagi.Cassandra memutar bola mata malas. Lihatlah, baru saja disetujui untuk tinggal bersama, Andrian sudah mulai seenaknya.“Kamu mau tanya apa? Jika tidak ada yang dibahas lagi, aku secepatnya ke bawah!” sahut Cassandra masih dengan nada ketus.“Ayolah, hanya sekali saja! Iya atau tidak?” tuntut Andrian semakin menyebalkan.“Sebenarnya, apa yang kamu bicarakan, Andrian?” tanya Cassandra mulai kesal.“Kita bicara jujur-jujuran saja, Cassanova! Kamu masih mencintaiku, kan?” tebaknya percaya diri.Cassandra berdecak lirih. “Kenapa kamu begitu percaya diri? Jika aku masih mencintaimu, tentu aku memilih bertahan dalam pernikahan ini. Bukankah itu seharusnya sudah menjawab pertanyaanmu?” jawabnya.Andrian mengangguk-angguk. “Baiklah, aku paham. Ya, sudah, sebaiknya kamu berhenti mengkhawatirkan aku!” ucap Andrian datar.Andrian segera memasuki kamar di mana dia akan tidur. Dia menoleh sekilas pada ART yang langsung mengikutiny