"Aarrgh!" Andrian mencengkeram handphone dengan kuat. Di sebelahnya, sang sopir fokus mengemudi. Laki-laki paruh baya itu pun tidak berani mengajak bicara Andrian yang tengah kalut. Namun, dia juga ikut khawatir akan keselamatan istri bosnya."Biar aku yang mengemudi, Zio. Anda terlalu lambat!" ucap Andrian sambil melepas seat belt."Tapi, Tuan ... saya takut Anda tidak konsentrasi," tolaknya hati-hati."Berhenti, Zio! Kita tidak bisa membuang waktu di jalanan!" Andrian bersikeras.Akhirnya, sang sopir memilih mengalah. Dengan berat hati dia turun dari mobil dan pindah posisi. Andrian lantas mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Padahal, jalanan basah akibat bekas salju. Andrian tidak peduli hal itu. Yang terpenting dia bisa menemukan Cassandra secepatnya!"Apa kita tidak minta bantuan polisi, Tuan?" tanya sopir itu dengan lirih."Mereka menginginkan aku mencabut tuntutan Jemmy dan kasus dihentikan. Tentu saja, kita akan melibatkan polisi, Zio!" "Ke mana kira-kira mereka memba
"Jangan, Jemmy! Lepaskan Cassandra!" Fiona menepis tangan pengawal Jemmy. "Apa yang kamu rasakan jika Helena diperkosa, apalagi di rahimnya ada anakmu?" tanyanya dengan mata memerah. Tangisnya hampir pecah.Sungguh, Fiona tidak tega jika sampai hal itu terjadi pada Cassandra. Cassandra sudah sangat menderita karena ulahnya dan Jemmy. Jemmy tertegun sejenak. Pandangannya berubah sendu pada Fiona dan Cassandra bergantian.Cassandra terharu dengan pembelaan Fiona. "Saya tahu, Anda masih memiliki hati nurani, Tuan Kastilont. Lihat kami sebagai perempuan. Jangan bertindak di luar batas. Anda memiliki istri!" Cassandra menatap Jemmy dengan tatapan nanar. Dia juga berusaha menekan emosinya.Jemmy mendekat, lalu mengusap pipi Cassandra yang langsung memalingkan wajah. "Aku tidak akan berbuat kasar padamu, Honey. Aku masih waras meskipun Tua Bangka itu melakukan hal biadab pada Mama!" ucap laki-laki itu dengan wajah memerah.Fiona termangu mendengar ucapan Jemmy. Bertahun-tahun bersama dalam i
Jemmy terperangah, begitupun Cassandra dan Fiona. Tatapan ketiganya tertuju pada laki-laki yang sudah tak bernyawa, tergeletak di ambang pintu. Tidak hanya terkejut, umpatan beruntun keluar dari mulut Jemmy.Rahang laki-laki itu mengeras, bibirnya mengerut geram. Belum hilang rasa terkejut, pandangan mereka tertuju pada Andrian yang melangkah ke arah mereka. Kemarahan Jemmy semakin memuncak saja."Brengsek kamu, Andrian!"Andrian tersenyum satu sudut. "Simpan saja umpatanmu, Jemmy! Masih ada kejutan untukmu!" sahutnya santai. Andrian menunjuk luar kamar. Di sana, dua anak buah Jemmy terkapar tak sadarkan diri. Atau malah sudah mati? Entahlah, yang jelas hal itu membuat Jemmy semakin murka. Sekali lagi, Jemmy mengumpat.Ketegangan itu, dimanfaatkan oleh Cassandra dan Fiona. Mereka kompak mendorong tubuh Jemmy sehingga terhuyung. Jemmy hampir membentur sisi tempat tidur.Cassandra segera menarik tangan Fiona dan mengajaknya keluar dari kamar laknat itu. Andrian segera melindungi kedua
Tubuh Jemmy meluruh akibat terjangan peluru mengenai bahu dan lehernya. Genangan darah membasahi salju di bawah mobil. Semua terperanjat mendengar suara tembakan dari sebuah mobil berwarna hitam.Di sana, tangan Helena gemetar memegang pistol yang baru saja mengakhiri perjalanan hidup suaminya. Tatapannya nanar pada tubuh Jemmy yang meringkuk di dekat pintu mobil.Refleks, pistol terjatuh dari tangan Helena. Lalu, wanita itu melangkah gontai ke arah Jemmy. Jemmy menatapnya sayu dan menggerakkan tangan lemah ke arah sang istri."Jaga anak kita baik-baik," ucapnya lirih.Helena mengangguk, lalu mengangkat kepala Jemmy ke pangkuannya. "Maafkan aku harus melakukan ini, Honey." Helena memeluk tubuh lemah Jemmy. Jemmy tersenyum sekilas, tatapannya semakin sayu pada Helena. Dia hendak memegang wajah Helena, tetapi tangannya terlalu lemah dan terkulai ke samping tubuh.Helena mengeratkan pelukan. Bahunya berguncang karena tangisan lirih. Semua mematung menatap adegan mengharukan itu. Cassand
"Aku ingin merawat Papa, Andrian, Cassandra. Itu pun jika kalian izinkan!" Helena berdiri ragu di ambang pintu. Sontak, Cassandra dan Andrian saling pandang kemudian menatap Gennaro. Mereka justru seperti meminta persetujuan Gennaro."Kenapa kalian justru menatapku?" tanya Gennaro pada keduanya, lalu beralih menatap Helena. "Masuklah, Helena. Kita bicara!" titah laki-laki tua itu.Helena tersenyum kaku. Andrian menatap interaksi keduanya tanpa ekspresi. Ada rasa tak rela karena kini harus mulai berbagi. Bukan uang yang Andrian pikirkan. Namun, dia takut Gennaro akan selalu mengandalkan Helena dan tidak membutuhkan dirinya lagi.Bila itu terjadi, tentu sangat menyakitkan bagi Andrian. Karena selama dua puluh tujuh tahun, dia mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari Gennaro. Terlebih, ketika kedua orang tua Andrian meninggal, hanya Gennaro dan Anna yang menjadi pelindung Andrian.Menyadari sikap tak nyaman Helena, Andrian menatap sang istri. "Amore, bukankah hari ini kita haru
Halo teman-teman reader, aku lanjutkan kisah mereka di season 2. Semoga teman-teman masih setia membacanya, ya.Berawal dari surat wasiat yang ditinggalkan Gennaro untuk Cassandra, Andrian merasa dikhianati dan menjadi orang kedua dalam keluarga Petruzzelli.Dia ingin merebut kembali posisi nomor satu di La Stampa Group meskipun harus berhadapan dengan istrinya sendiri. Terlebih kedatangan wanita yang merupakan cinta masa remaja Andrian ke La Stampa Group, membuatnya seolah menemukan jalan.Di sisi lain, Cassandra harus kembali merasakan sakit hati atas kehadiran orang ketiga, kini menjadi ragu dengan perasaan Andrian padanya. Di saat yang sama, Antonio datang membawa luka.Cassandra dilema. Apakah harus mempertahankan rumah tangga, atau berpaling pada Antonio dan sama-sama menyembuhkan luka?****Note: Halo teman-teman pembaca. Ada give away koin periode Ramadhan, mulai tanggal 13-31 Maret 2024. 500 koin akan dibagikan untuk 3 pembaca yang beruntung!Baca terus cerita ini, ya. Semak
"Aaah, aku akan membalasmu, Andrian!" pekik Cassandra manja.Dia memberontak, berusaha melepaskan diri dari pelukan erat Andrian. Tak hanya itu, Andrian menghujani wajah dan leher Cassandra dengan ciuman. "Hentikan, Andrian! Aku harus menyiapkan perlengkapan sekolah Emillia besok!" pintanya memelas.Andrian tidak menggubris. Dia justru mendorong tubuh Cassandra pelan ke arah tempat tidur. Tubuh seksi Cassandra pun akhirnya terjatuh di atas kasur berukuran king size itu. Andrian tidak mau memberi kesempatan sedikit pun pada Cassandra untuk meloloskan diri.Sejak sore, dia menahan diri untuk melahap istrinya itu. Andrian yang pulang dari kantor, tanpa sengaja melihat Cassandra berenang dengan mengenakan bikini two peace. Teramat seksi. Saat itu, Andrian hendak menuntaskan hasratnya yang menggelora, tetapi apalah daya, Davidde tiba-tiba datang minta susu.Andrian harus menahan diri sampai malam karena Cassandra sibuk menyiapkan ini itu. Wanita cantik berambut cokelat tersebut seakan men
Adrian menepis pelan tangan Cassandra, lalu meninggalkan ruang meeting dengan hati masgul. Cassandra yang tak enak hati, menatap sekilas pada Ivo, notaris, dan kuasa hukum keluarga Petruzelli.Ivo bangkit dari tempat duduknya. "Cassandra!" panggil pria itu lirih. Ivo beralih menatap kedua orang yang masih duduk di tempat semula. "Maaf, saya rasa ada kesalahpahaman di sini," ucap Ivo lagi."Tidak, Zio!" Cassandra menyela. "Ini bukan hanya salah paham, tapi sesuatu yang sangat serius. Kita akan membicarakannya lagi. Saya tidak mau ada ketidakadilan di dalam surat wasiat Kakek. Andrian yang berhak atas aset Petruzzelli, bukan saya!" ucapnya kemudian meninggalkan ruangan.Ivo kembali ke tempat duduknya, lalu memijit pelipis gusar. Dua orang laki-laki sebayanya itu pun ikut tak mengerti dengan jalan pikiran Gennaro yang memberikan sebagian besar asetnya pada Cassandra, bukan Andrian.Adalah hal yang sangat wajar jika Andrian kecewa dan merasa dikhianati. Sebagai cucu tunggal yang disiapkan
Andrian menggenggam jemari tangan Cassandra di atas makam Antonio. Sebelah tangannya mengusap batu nisan Antonio. Ada rasa sedih mendalam kehilangan sosok sahabat meskipun sempat menjadi saingannya."Aku datang padamu untuk meminta kembali Cassandra. Aku yakin, kamu tidak mungkin marah padaku. Aku janji akan menjaganya seperti kamu menjaga dia dan anak-anakku. Damailah di sana, Antonio. Terima kasih sudah menjaga mereka dengan baik." Andrian tersenyum samar, kemudian menatap Cassandra yang duduk di seberangnya."Ayo, kita pulang!" ajak Cassandra tidak ingin larut dalam kenangan tentang Antonio.Cassandra tidak ingin terus menerus bersedih karena kehilangan Antonio. Dia harus bisa menghargai perasaan Andrian setelah berani berdamai dan memutuskan menerima kembali laki-laki itu.Andrian mengangguk menuruti permintaan Cassandra. Tangannya tak lepas dari jemari tangan Cassandra hingga memasuki mobil. Sejenak, keduanya terdiam di dalam mobil dengan pandangan sama-sama tertuju pada makam An
Andrian mengerang kecil. Luka jahitan bekas operasi yang masih basah itu, terasa sangat nyeri. Rupanya, Cassandra menekan dengan kuat tepat di perban itu. Cassandra termangu melihat Andrian kesakitan sambil memegangi dadanya."Kenapa berhenti? Lakukanlah, Amore!" pinta Andrian pasrah. Tatapannya nanar pada Cassandra, tidak ada kemarahan sedikit pun di sana.Bella segera mendekati Cassandra untuk mencegah wanita itu berbuat yang lebih brutal. Bella maklum, kondisi Cassandra benar-benar jatuh sehingga bisa saja bertindak di luar kendali.Angelica sigap memanggil perawat. Tidak lama kemudian, seorang perawat memasuki ruang perawatan Andrian."Kenapa luka Anda bisa mengeluarkan darah?" tanya perawat sembari melepas perban di dada Andrian.Andrian menggeleng pelan. "Maaf, saya tidak sengaja menyenggol perbannya!" jawabnya berbohong. Lantas, Andrian melirik pada Cassandra yang menatap luka di dadanya dengan wajah pucat. Darah merembes dari sela-sela jahitan yang masih basah. Luka bekas ope
"Lepaskan saya, Bunda. Saya harus mengikuti mereka!" Cassandra kembali memberontak.Di antara isak tangis, Cassandra meringis menahan kram di perutnya. Wanita itu memegangi perut yang semakin terasa tidak nyaman. Bella dan Bunda Stefania segera memanggil sopir untuk membawa Cassandra ke rumah sakit.Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan USG, Cassandra dibawa ke ruang perawatan. Dia masih menangis, tidak menyangka hari bahagianya berubah kelam. Cassandra juga belum tahu nasib Andrian dan Antonio di ruang operasi.Bella yang mendorong kursi roda, menghentikan langkah ketika mendengar suara seseorang sedang berbicara di telepon. Cassandra mendongak menatap Bella, lalu menyadari sesuatu.Air mata Cassandra kembali menetes membasahi pipi mendengar suara yang dikenalnya itu. Bella hendak kembali mendorong kursi roda, tetapi Cassandra mencegah sahabatnya itu, untuk mendengarkan pembicaraan lebih lanjut."Tunggu sebentar, Bella! Tolong antar aku ke tempat pengawal itu!" pintanya pada sang
Mendengar jawaban Cassandra, Antonio hanya bisa mengangguk meskipun dia tahu, wanita itu tidak melihatnya. Cassandra kembali meneruskan langkah. Di ruang bawah tampak sepi, mungkin anak-anak sedang dimandikan oleh Nanny.Cassandra juga tidak melihat keberadaan Andrian dan mobil laki-laki itu. Entah ada perasaan aneh tiba-tiba menghinggapi Cassandra. Dia memaki diri sendiri yang terlalu munafik jika kepergian Andrian membuatnya merasa kehilangan."Aku pulang dulu, kamu juga segera kembali ke atas. Hati-hati naik turun tangga!" ucap Antonio begitu mereka sampai di lantai bawah.Cassandra mendongak menatap manik Antonio lalu mengangguk samar. Antonio tersenyum, kemudian mencium bibir Cassandra sekilas sebelum memutuskan berlalu dari hadapan kekasihnya itu."Ciao Amore. Hati-hati di jalan!'' ucap Cassandra mengikuti langkah Antonio sampai di depan pintu.Antonio tersenyum sebelum memasuki mobil. Segera, mobil mewah itu pun meninggalkan car port rumah megah Andrian. Sesampainya di luar pag
Mendengar suara tangisan, Antonio segera mengangkat wajah Cassandra dan menatapnya dalam. Sedangkan Cassandra buru-buru menghapus air mata, lalu memunguti pakaiannya yang berserak di dekat sofa.Antonio memperhatikan sang kekasih, lalu tersenyum samar. Dia terus memperhatikan Cassandra yang memakai pakaiannya dengan terburu-buru."Ah, aku harus ke kamar mandi dulu, Amore!" pamit Cassandra pada laki-laki yang masih duduk memperhatikan dirinya itu."Hati-hati, jangan terburu-buru, Bellissima!" ucap Antonio mengingatkan.Cassandra tidak menjawab. Dia segera memasuki kamar mandi, lalu mengunci pintunya dari dalam. Di sana, dia menumpahkan tangis di depan wastafel. Cassandra meremas baju atasnya ketika melihat beberapa tanda kepemilikan Antonio bertebaran di dadanya."Aarrggh!" jerit Cassandra. Lantas, pandangan wanita itu turun pada perutnya yang membuncit. Perut berisi bayi darah daging Andrian itu, diusapnya lembut dengan hati dilema."Kenapa aku lakukan itu, Tuhan? Kenapa aku harus be
"Andrian, apa kamu tidak ingin memelukku?" tanya wanita itu menatap manik kebiruan Andrian.Andrian tersadar dari lamunan singkatnya, lalu mengangguk samar. Dengan ragu, dia mendekati Helena dan memeluk wanita itu. Wanita yang pernah dibencinya, sekaligus terpaksa dia terima karena hubungan darah itu tidak bisa dihapus oleh takdir sekalipun."Terima kasih, Andrian. Kuharap tidak ada kebencian di hati kita. Maafkan aku yang sudah merusak semuanya," ucap Helena lirih di dada Andrian. Andrian menelan saliva berat mendengar ucapan itu. Memaafkan? Jika ada yang harus mengemis maaf, maka orang itu adalah dirinya. Andrian melepaskan pelukan dan menatap Helena dengan tatapan dalam."Maaf, Helena. Aku begitu bersalah padamu dan Kakek. Jika Kakek masih hidup, mungkin aku akan bersimpuh di kakinya.""Hei, apa yang kamu bicarakan? Papa itu hatinya sangat luas. Aku yakin kamu lebih paham daripada aku, Andrian. Ayolah, kamu harus tersenyum! Kita buka lembaran baru dengan damai, bagaimana?" Helena
"Cassandra, apakah tidak ada kesempatan sekali lagi untukku?" tanya Andrian putus asa.Cassandra semakin kesal dengan sikap mantan suaminya yang tidak tahu malu itu. Wanita itu kembali memutar bola mata malas, lalu menatap tidak minat pada Andrian."Tidak! Kesempatanmu hanya sebagai ayah dari kedua anakku, bukan suamiku!" jawabnya tegas.Andrian tidak menyerah. Sudah kepalang tanggung karena dia telah memberanikan diri mendekati Cassandra lagi. Meskipun di sisi lain ada rasa rendah diri setelah terlalu sering melukai hati Cassandra."Aku janji, Cassandra! Aku akan melakukan apa pun yang kamu mau. Bahkan, aku tidak peduli dengan semua hartaku, asalkan kamu ...""Apa pun?" sahut Cassandra cepat hingga membuat Andrian langsung mengangguk."Ya, apa pun. Katakan, Cassandra!" desak Andrian tidak sabar.Cassandra tersenyum penuh arti lalu mengangguk pelan. Dia menatap sekeliling yang sepi karena karyawan sudah sibuk di mejanya masing-masing."Apa pun. Hm, baiklah. Sepertinya kamu ingin sekal
Jelas, itu bukan tanda kepemilikan dari Andrian. "Sial kenapa harus ada jejak begini?" Marta menjadi bingung ketika semakin digosok, bekas kissmark itu tidak menghilang melainkan tambah memerah. Dia tidak perlu sekhawatir ini jika saja Andrian tidak datang mendadak.Entah apa yang membuat Andrian tiba-tiba datang. Padahal, sore tadi laki-laki itu mengatakan pergi ke rumah Gennaro. Marta melirik sekilas ke arah ruang tamu di mana Andrian tampak fokus dengan handphone."Oke, aku ke sana sekarang!" Laki-laki itu menarik napas panjang kemudian bangkit.Dia menoleh ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup. Marta yang mendengarkan pembicaraan Andrian justru menarik napas lega. Dia segera memakai kimono dan mengikat di depan perut, lalu segera menemui Andrian."Aku sudah selesai. Tapi sepertinya kamu mau pergi!" Marta pura-pura cemberut kecewa.Andrian menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Maaf, Davidde sedang demam. Aku harus mengantar ke rumah sakit!" ucapnya.Marta mende
Cassandra mendorong pelan dada Antonio dan kembali menatap laki-laki tampan itu. "Apa kamu tidak keberatan, Antonio? Seharusnya kamu mendapatkan wanita yang sepadan, bukan sepertiku!" "Apa yang membuatmu berpikir begitu? Aku mencintaimu sejak dulu sampai sekarang Cassandra!" ucap Antonio tegas.Cassandra mengangguk samar diiringi senyuman. Senyum manis yang tidak dibuat-buat dan baru Antonio lihat semenjak wanita itu mengalami perceraian. Antonio bertekad ingin membuat Cassandra selalu menyunggingkan senyum manis dan melupakan kegagalan pernikahannya."Aku terima!" ucap Cassandra sambil mengangguk berkali-kali.Antonio tertegun sejenak, kemudian memeluk Cassandra. Sementara di depan pintu, Andrian semakin mematung menatap keduanya. Laki-laki itu membalikkan badan, yang membuat Antonio tanpa sengaja menatapnya.Lantas, Antonio melepaskan pelukan dan bangkit. Kemudian dia melangkah mendekati Andrian yang hendak beranjak dari situ."Andrian, sudah lama kamu di situ?" tanya Antonio pelan