Jemmy terperangah, begitupun Cassandra dan Fiona. Tatapan ketiganya tertuju pada laki-laki yang sudah tak bernyawa, tergeletak di ambang pintu. Tidak hanya terkejut, umpatan beruntun keluar dari mulut Jemmy.Rahang laki-laki itu mengeras, bibirnya mengerut geram. Belum hilang rasa terkejut, pandangan mereka tertuju pada Andrian yang melangkah ke arah mereka. Kemarahan Jemmy semakin memuncak saja."Brengsek kamu, Andrian!"Andrian tersenyum satu sudut. "Simpan saja umpatanmu, Jemmy! Masih ada kejutan untukmu!" sahutnya santai. Andrian menunjuk luar kamar. Di sana, dua anak buah Jemmy terkapar tak sadarkan diri. Atau malah sudah mati? Entahlah, yang jelas hal itu membuat Jemmy semakin murka. Sekali lagi, Jemmy mengumpat.Ketegangan itu, dimanfaatkan oleh Cassandra dan Fiona. Mereka kompak mendorong tubuh Jemmy sehingga terhuyung. Jemmy hampir membentur sisi tempat tidur.Cassandra segera menarik tangan Fiona dan mengajaknya keluar dari kamar laknat itu. Andrian segera melindungi kedua
Tubuh Jemmy meluruh akibat terjangan peluru mengenai bahu dan lehernya. Genangan darah membasahi salju di bawah mobil. Semua terperanjat mendengar suara tembakan dari sebuah mobil berwarna hitam.Di sana, tangan Helena gemetar memegang pistol yang baru saja mengakhiri perjalanan hidup suaminya. Tatapannya nanar pada tubuh Jemmy yang meringkuk di dekat pintu mobil.Refleks, pistol terjatuh dari tangan Helena. Lalu, wanita itu melangkah gontai ke arah Jemmy. Jemmy menatapnya sayu dan menggerakkan tangan lemah ke arah sang istri."Jaga anak kita baik-baik," ucapnya lirih.Helena mengangguk, lalu mengangkat kepala Jemmy ke pangkuannya. "Maafkan aku harus melakukan ini, Honey." Helena memeluk tubuh lemah Jemmy. Jemmy tersenyum sekilas, tatapannya semakin sayu pada Helena. Dia hendak memegang wajah Helena, tetapi tangannya terlalu lemah dan terkulai ke samping tubuh.Helena mengeratkan pelukan. Bahunya berguncang karena tangisan lirih. Semua mematung menatap adegan mengharukan itu. Cassand
"Aku ingin merawat Papa, Andrian, Cassandra. Itu pun jika kalian izinkan!" Helena berdiri ragu di ambang pintu. Sontak, Cassandra dan Andrian saling pandang kemudian menatap Gennaro. Mereka justru seperti meminta persetujuan Gennaro."Kenapa kalian justru menatapku?" tanya Gennaro pada keduanya, lalu beralih menatap Helena. "Masuklah, Helena. Kita bicara!" titah laki-laki tua itu.Helena tersenyum kaku. Andrian menatap interaksi keduanya tanpa ekspresi. Ada rasa tak rela karena kini harus mulai berbagi. Bukan uang yang Andrian pikirkan. Namun, dia takut Gennaro akan selalu mengandalkan Helena dan tidak membutuhkan dirinya lagi.Bila itu terjadi, tentu sangat menyakitkan bagi Andrian. Karena selama dua puluh tujuh tahun, dia mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari Gennaro. Terlebih, ketika kedua orang tua Andrian meninggal, hanya Gennaro dan Anna yang menjadi pelindung Andrian.Menyadari sikap tak nyaman Helena, Andrian menatap sang istri. "Amore, bukankah hari ini kita haru
Halo teman-teman reader, aku lanjutkan kisah mereka di season 2. Semoga teman-teman masih setia membacanya, ya.Berawal dari surat wasiat yang ditinggalkan Gennaro untuk Cassandra, Andrian merasa dikhianati dan menjadi orang kedua dalam keluarga Petruzzelli.Dia ingin merebut kembali posisi nomor satu di La Stampa Group meskipun harus berhadapan dengan istrinya sendiri. Terlebih kedatangan wanita yang merupakan cinta masa remaja Andrian ke La Stampa Group, membuatnya seolah menemukan jalan.Di sisi lain, Cassandra harus kembali merasakan sakit hati atas kehadiran orang ketiga, kini menjadi ragu dengan perasaan Andrian padanya. Di saat yang sama, Antonio datang membawa luka.Cassandra dilema. Apakah harus mempertahankan rumah tangga, atau berpaling pada Antonio dan sama-sama menyembuhkan luka?****Note: Halo teman-teman pembaca. Ada give away koin periode Ramadhan, mulai tanggal 13-31 Maret 2024. 500 koin akan dibagikan untuk 3 pembaca yang beruntung!Baca terus cerita ini, ya. Semak
"Aaah, aku akan membalasmu, Andrian!" pekik Cassandra manja.Dia memberontak, berusaha melepaskan diri dari pelukan erat Andrian. Tak hanya itu, Andrian menghujani wajah dan leher Cassandra dengan ciuman. "Hentikan, Andrian! Aku harus menyiapkan perlengkapan sekolah Emillia besok!" pintanya memelas.Andrian tidak menggubris. Dia justru mendorong tubuh Cassandra pelan ke arah tempat tidur. Tubuh seksi Cassandra pun akhirnya terjatuh di atas kasur berukuran king size itu. Andrian tidak mau memberi kesempatan sedikit pun pada Cassandra untuk meloloskan diri.Sejak sore, dia menahan diri untuk melahap istrinya itu. Andrian yang pulang dari kantor, tanpa sengaja melihat Cassandra berenang dengan mengenakan bikini two peace. Teramat seksi. Saat itu, Andrian hendak menuntaskan hasratnya yang menggelora, tetapi apalah daya, Davidde tiba-tiba datang minta susu.Andrian harus menahan diri sampai malam karena Cassandra sibuk menyiapkan ini itu. Wanita cantik berambut cokelat tersebut seakan men
Adrian menepis pelan tangan Cassandra, lalu meninggalkan ruang meeting dengan hati masgul. Cassandra yang tak enak hati, menatap sekilas pada Ivo, notaris, dan kuasa hukum keluarga Petruzelli.Ivo bangkit dari tempat duduknya. "Cassandra!" panggil pria itu lirih. Ivo beralih menatap kedua orang yang masih duduk di tempat semula. "Maaf, saya rasa ada kesalahpahaman di sini," ucap Ivo lagi."Tidak, Zio!" Cassandra menyela. "Ini bukan hanya salah paham, tapi sesuatu yang sangat serius. Kita akan membicarakannya lagi. Saya tidak mau ada ketidakadilan di dalam surat wasiat Kakek. Andrian yang berhak atas aset Petruzzelli, bukan saya!" ucapnya kemudian meninggalkan ruangan.Ivo kembali ke tempat duduknya, lalu memijit pelipis gusar. Dua orang laki-laki sebayanya itu pun ikut tak mengerti dengan jalan pikiran Gennaro yang memberikan sebagian besar asetnya pada Cassandra, bukan Andrian.Adalah hal yang sangat wajar jika Andrian kecewa dan merasa dikhianati. Sebagai cucu tunggal yang disiapkan
"Lalu, siapa yang menjemput Emillia?" tanya Cassandra semakin khawatir.Dia melongok ke sana kemari, kemudian mengecek handphone. Berharap Andrian menghubungi balik. Namun, faktanya laki-laki itu tidak menghubungi juga tak membuka pesan singkatnya."Maafkan kami, Nyonya. Seperti biasa, Emillia menunggu di dekat locker. Lebih baik, kita cek CCTV!" usul seorang guru ikut khawatir."Saya harus mencari putri saya!" sahut Cassandra tidak sabar. Bergegas, dia kembali ke taksi yang masih menunggu. Dengan cepat, taksi itu pun melaju menuju kediaman Andrian. Suara tangisan Davidde dari dalam rumah terdengar nyaring. Seorang Nanny berusaha menenangkan bocah berusia satu tahun itu.Di meja makan, Andrian memperhatikan sang putra dengan tatapan tanpa ekspresi. Dia tidak berniat menyentuh, apalagi menenangkan bocah itu. Davidde terus menangis dan melempar mainan ke sembarang arah."Fermati, shut up, Davidde!" sentak Andrian yang membuat Davidde berjingkat kaget. Seketika, bocah itu terdiam ketaku
"Zio, Papa dan Mama baik sekali. Mereka sayang padaku dan Davidde. Setiap akhir pekan, mereka membawa kami ke villa bersejarah!" Emillia justru berceloteh lucu, tanpa merasa berdosa sedikit pun. Sepasang manik berwarna cokelat itu tampak berbinar. Emillia ingat betul, kedua orang tua mereka sering mengajaknya ke Villa del Duomo.Tempat itu memang bersejarah bagi Andrian dan Cassandra. Keduanya disatukan dalam pertunangan tak sengaja akibat ulah Gennaro. Kini, siapa sangka setelah kepergian Gennaro, hubungan keduanya kembali renggang.Emillia cemberut ketika Antonio menggendongnya dan memasukkan ke troli belanjaan. Laki-laki itu tidak sabar lagi. Dia memasukkan beberapa mainan yang ditunjuk Emillia ke keranjang. Bergegas, Antonio ke kasir dengan gelisah.Diulurkan beberapa lembar ratusan Euro pada kasir, sambil sesekali melirik arloji. Ya, Antonio sangat gusar karena tanpa sengaja telah menculik Emillia. Dia tahu konsekuensi setelah ini. Bisa saja, Andrian akan menendangnya."Tuan, ua