Adrian menepis pelan tangan Cassandra, lalu meninggalkan ruang meeting dengan hati masgul. Cassandra yang tak enak hati, menatap sekilas pada Ivo, notaris, dan kuasa hukum keluarga Petruzelli.Ivo bangkit dari tempat duduknya. "Cassandra!" panggil pria itu lirih. Ivo beralih menatap kedua orang yang masih duduk di tempat semula. "Maaf, saya rasa ada kesalahpahaman di sini," ucap Ivo lagi."Tidak, Zio!" Cassandra menyela. "Ini bukan hanya salah paham, tapi sesuatu yang sangat serius. Kita akan membicarakannya lagi. Saya tidak mau ada ketidakadilan di dalam surat wasiat Kakek. Andrian yang berhak atas aset Petruzzelli, bukan saya!" ucapnya kemudian meninggalkan ruangan.Ivo kembali ke tempat duduknya, lalu memijit pelipis gusar. Dua orang laki-laki sebayanya itu pun ikut tak mengerti dengan jalan pikiran Gennaro yang memberikan sebagian besar asetnya pada Cassandra, bukan Andrian.Adalah hal yang sangat wajar jika Andrian kecewa dan merasa dikhianati. Sebagai cucu tunggal yang disiapkan
"Lalu, siapa yang menjemput Emillia?" tanya Cassandra semakin khawatir.Dia melongok ke sana kemari, kemudian mengecek handphone. Berharap Andrian menghubungi balik. Namun, faktanya laki-laki itu tidak menghubungi juga tak membuka pesan singkatnya."Maafkan kami, Nyonya. Seperti biasa, Emillia menunggu di dekat locker. Lebih baik, kita cek CCTV!" usul seorang guru ikut khawatir."Saya harus mencari putri saya!" sahut Cassandra tidak sabar. Bergegas, dia kembali ke taksi yang masih menunggu. Dengan cepat, taksi itu pun melaju menuju kediaman Andrian. Suara tangisan Davidde dari dalam rumah terdengar nyaring. Seorang Nanny berusaha menenangkan bocah berusia satu tahun itu.Di meja makan, Andrian memperhatikan sang putra dengan tatapan tanpa ekspresi. Dia tidak berniat menyentuh, apalagi menenangkan bocah itu. Davidde terus menangis dan melempar mainan ke sembarang arah."Fermati, shut up, Davidde!" sentak Andrian yang membuat Davidde berjingkat kaget. Seketika, bocah itu terdiam ketaku
"Zio, Papa dan Mama baik sekali. Mereka sayang padaku dan Davidde. Setiap akhir pekan, mereka membawa kami ke villa bersejarah!" Emillia justru berceloteh lucu, tanpa merasa berdosa sedikit pun. Sepasang manik berwarna cokelat itu tampak berbinar. Emillia ingat betul, kedua orang tua mereka sering mengajaknya ke Villa del Duomo.Tempat itu memang bersejarah bagi Andrian dan Cassandra. Keduanya disatukan dalam pertunangan tak sengaja akibat ulah Gennaro. Kini, siapa sangka setelah kepergian Gennaro, hubungan keduanya kembali renggang.Emillia cemberut ketika Antonio menggendongnya dan memasukkan ke troli belanjaan. Laki-laki itu tidak sabar lagi. Dia memasukkan beberapa mainan yang ditunjuk Emillia ke keranjang. Bergegas, Antonio ke kasir dengan gelisah.Diulurkan beberapa lembar ratusan Euro pada kasir, sambil sesekali melirik arloji. Ya, Antonio sangat gusar karena tanpa sengaja telah menculik Emillia. Dia tahu konsekuensi setelah ini. Bisa saja, Andrian akan menendangnya."Tuan, ua
Andrian kehilangan keseimbangan. Tubuhnya terhuyung hampir membentur pintu. Melihat kejadian yang begitu cepat itu, Cassandra mematung. Butuh beberapa detik untuk menyadarkan diri, kemudian dia bergegas mendekati Andrian.Dipegangnya kedua lengan sang suami, tanpa menghiraukan luka di hati. Seharusnya dia senang melihat Andrian mendapatkan luka memar di pelipis. Dengan begitu, Andrian bisa merasakan sakit yang dia alami. Namun, sayangnya, hati dan egonya tidak mau diajak kompromi. Cassandra melindungi Andrian dari amukan Antonio. Di depannya, Antonio menatap tajam pada Andrian, seolah hendak menelannya."Antonio, sudah! Sebaiknya kamu pulang. Terima kasih sudah mengantar Emillia!" ucap Cassandra dengan suara serak.Andrian langsung menepis tangan Cassandra sedikit kasar. Ditatapnya wanita itu sinis. "Jadi, kalian berdua merencanakan sesuatu? Pura-pura Emillia menghilang supaya kalian diam-diam bisa bertemu?" ejeknya, sambil mengusap pelipis.Ocehan Andrian kembali menorehkan luka di
Polisi? Kelopak mata Andrian bergerak-gerak menandakan dia sangat gelisah. Ah, tidak! Dia tidak ingin berurusan dengan polisi. Apa kata media dan mitra bisnis jika mengetahui dirinya menganiaya Cassandra?Dunia Andrian pasti akan berhenti di saat itu juga. Hujatan dan makian akan dialamatkan padanya. Sedangkan Cassandra? Dia pasti berbondong-bondong mendapatkan simpati publik. Cukuplah Andrian dilabeli "player boss" karena kebiasaannya bergonta-ganti pasangan kencan. Itu hal lumrah di kalangan laki-laki kelas atas Italia. Namun, tidak untuk berurusan dengan hukum. Nama besar La Stampa akan hancur dan itu bisa dimanfaatkan Cassandra mengambil alih kepemimpinan perusahaan. Belum lagi, jika dia dipenjara, si Brengsek Antonio akan balas menikungnya. Mengambil Cassandra dan kedua anaknya. Tidak! "Arrghh!" Andrian mengerang sambil menjambak rambutnya sendiri.Dokter yang masih berada di kamar itu menaikkan sebelah alis, melihat reaksi Andrian."Bagaimana, Tuan? Apa yang Anda pikirkan?" ta
Cassandra pun ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Andrian. Dia takut Andrian akan semakin kecewa pada Gennaro. Namun, seandainya dia terus bungkam, Andrian akan selalu menuduhnya menjadi pengkhianat. Padahal, saat itu Cassandra sudah memohon pada Gennaro berkali-kali supaya memberikan maaf pada Andrian. Akan tetapi, keputusan Gennaro tidak bisa diintervensi oleh siapa pun. Termasuk Cassandra dan Ivo!"Apa yang kamu sembunyikan dariku, Cassandra?" tanya Andrian lagi. Kali ini, nada suaranya melunak."Ingat-ingatlah apa yang membuat Kakek sangat marah, selain hubunganmu dengan Fiona. Kamu lebih mengenal kakekmu, daripada aku. Tapi, demi Tuhan aku tidak pernah mempengaruhi Kakek untuk membuat surat wasiat itu. Aku tidak menyangka Kakek benar-benar kecewa padamu, Andrian!" Cassandra menepis pelan tangan Andrian, kemudian keluar dari kamar mandi terlebih dahulu. Andrian terdiam di situ sembari mengingat-ingat. Namun, sampai kepalanya pusing, dia tidak ingat, ucapan apa yang me
"Sekretaris?" ulang Cassandra memastikan. Tiba-tiba ada perasaan tidak nyaman di hatinya.Wanita di depan Cassandra itu pun mengangguk. "Iya, benar! Saya juga sudah lolos seleksi. Jadi, bisa Anda antarkan saya pada Tuan Andrian?" tanyanya, dengan senyum dibuat seramah mungkin.Cassandra yang masih kecewa dengan sikap Andrian, hanya bisa mengangguk kaku. Terpaksa, dia pun mengantarkan wanita itu bertemu Andrian, sekaligus Cassandra memberikan berkas untuk sang suami. Andrian yang sedang sibuk, langsung mendongak saat pintu dibuka dari luar, tanpa diketuk terlebih dahulu. Tentu saja membuat wanita yang bersama Cassandra itu merasa heran.Ada raut terkejut di wajah Andrian, saat menatap wanita yang bersama istrinya itu. Sejenak laki-laki itu terpaku, sampai pada akhirnya, dia tersentak ketika Cassandra meletakkan map di depan Andrian sedikit kasar."Maaf, kalau saya membuyarkan lamunan Anda!" sindir Cassandra."Tidak apa-apa. Apa semua sudah selesai?" tanya Andrian menutupi rasa gugupnya
Marta kembali ke ruangannya dengan hati masgul. Namun, dia tidak menunjukkan rasa marah itu pada Angelica, mengingat dirinya baru masuk La Stampa. Masih banyak waktu membuat Andrian kembali jatuh ke pelukannya seperti sepuluh tahun yang lalu. Ya, Marta adalah gadis cinta pertama Andrian. Mereka sering menghabiskan waktu berdua ketika akhir pekan.Andrian yang seorang anak yatim piatu dan diasuh sendiri oleh kakek-neneknya, menjadi remaja bebas bergelimang kemewahan. Jadi, tidak heran jika dia dikelilingi gadis-gadis cantik. Namun, Andrian adalah type laki-laki setia sehingga cintanya hanya untuk Marta. Akhirnya, hubungan kedua remaja itu pun sampai pada telinga Gennaro dan ditentangnya. Cinta Andrian pada Marta pun terpaksa kandas. Marta ikut kedua orang tuanya pulang ke Republic Ceko. Sedangkan Andrian, melanjutkan studi ke Amerika. Andrian berubah menjadi laki-laki petualang cinta, apalagi dia kecewa untuk kedua kali dengan wanita berbeda. "Apa, Tuan Andrian tidak berada di tempat