Polisi? Kelopak mata Andrian bergerak-gerak menandakan dia sangat gelisah. Ah, tidak! Dia tidak ingin berurusan dengan polisi. Apa kata media dan mitra bisnis jika mengetahui dirinya menganiaya Cassandra?Dunia Andrian pasti akan berhenti di saat itu juga. Hujatan dan makian akan dialamatkan padanya. Sedangkan Cassandra? Dia pasti berbondong-bondong mendapatkan simpati publik. Cukuplah Andrian dilabeli "player boss" karena kebiasaannya bergonta-ganti pasangan kencan. Itu hal lumrah di kalangan laki-laki kelas atas Italia. Namun, tidak untuk berurusan dengan hukum. Nama besar La Stampa akan hancur dan itu bisa dimanfaatkan Cassandra mengambil alih kepemimpinan perusahaan. Belum lagi, jika dia dipenjara, si Brengsek Antonio akan balas menikungnya. Mengambil Cassandra dan kedua anaknya. Tidak! "Arrghh!" Andrian mengerang sambil menjambak rambutnya sendiri.Dokter yang masih berada di kamar itu menaikkan sebelah alis, melihat reaksi Andrian."Bagaimana, Tuan? Apa yang Anda pikirkan?" ta
Cassandra pun ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Andrian. Dia takut Andrian akan semakin kecewa pada Gennaro. Namun, seandainya dia terus bungkam, Andrian akan selalu menuduhnya menjadi pengkhianat. Padahal, saat itu Cassandra sudah memohon pada Gennaro berkali-kali supaya memberikan maaf pada Andrian. Akan tetapi, keputusan Gennaro tidak bisa diintervensi oleh siapa pun. Termasuk Cassandra dan Ivo!"Apa yang kamu sembunyikan dariku, Cassandra?" tanya Andrian lagi. Kali ini, nada suaranya melunak."Ingat-ingatlah apa yang membuat Kakek sangat marah, selain hubunganmu dengan Fiona. Kamu lebih mengenal kakekmu, daripada aku. Tapi, demi Tuhan aku tidak pernah mempengaruhi Kakek untuk membuat surat wasiat itu. Aku tidak menyangka Kakek benar-benar kecewa padamu, Andrian!" Cassandra menepis pelan tangan Andrian, kemudian keluar dari kamar mandi terlebih dahulu. Andrian terdiam di situ sembari mengingat-ingat. Namun, sampai kepalanya pusing, dia tidak ingat, ucapan apa yang me
"Sekretaris?" ulang Cassandra memastikan. Tiba-tiba ada perasaan tidak nyaman di hatinya.Wanita di depan Cassandra itu pun mengangguk. "Iya, benar! Saya juga sudah lolos seleksi. Jadi, bisa Anda antarkan saya pada Tuan Andrian?" tanyanya, dengan senyum dibuat seramah mungkin.Cassandra yang masih kecewa dengan sikap Andrian, hanya bisa mengangguk kaku. Terpaksa, dia pun mengantarkan wanita itu bertemu Andrian, sekaligus Cassandra memberikan berkas untuk sang suami. Andrian yang sedang sibuk, langsung mendongak saat pintu dibuka dari luar, tanpa diketuk terlebih dahulu. Tentu saja membuat wanita yang bersama Cassandra itu merasa heran.Ada raut terkejut di wajah Andrian, saat menatap wanita yang bersama istrinya itu. Sejenak laki-laki itu terpaku, sampai pada akhirnya, dia tersentak ketika Cassandra meletakkan map di depan Andrian sedikit kasar."Maaf, kalau saya membuyarkan lamunan Anda!" sindir Cassandra."Tidak apa-apa. Apa semua sudah selesai?" tanya Andrian menutupi rasa gugupnya
Marta kembali ke ruangannya dengan hati masgul. Namun, dia tidak menunjukkan rasa marah itu pada Angelica, mengingat dirinya baru masuk La Stampa. Masih banyak waktu membuat Andrian kembali jatuh ke pelukannya seperti sepuluh tahun yang lalu. Ya, Marta adalah gadis cinta pertama Andrian. Mereka sering menghabiskan waktu berdua ketika akhir pekan.Andrian yang seorang anak yatim piatu dan diasuh sendiri oleh kakek-neneknya, menjadi remaja bebas bergelimang kemewahan. Jadi, tidak heran jika dia dikelilingi gadis-gadis cantik. Namun, Andrian adalah type laki-laki setia sehingga cintanya hanya untuk Marta. Akhirnya, hubungan kedua remaja itu pun sampai pada telinga Gennaro dan ditentangnya. Cinta Andrian pada Marta pun terpaksa kandas. Marta ikut kedua orang tuanya pulang ke Republic Ceko. Sedangkan Andrian, melanjutkan studi ke Amerika. Andrian berubah menjadi laki-laki petualang cinta, apalagi dia kecewa untuk kedua kali dengan wanita berbeda. "Apa, Tuan Andrian tidak berada di tempat
Marta menatap aneh pada Angelica yang masih senyum-senyum kecil. Merasa diperhatikan, Angelica menoleh padanya. "Ada yang salah?" tanya gadis itu dengan alis terangkat sebelah. Marta masih bungkam. Merasa tidak ada jawaban, Angelica lantas meneruskan pekerjaan yang tinggal sedikit. Dia harus segera menyelesaikan rincian anggaran acara bazar dan penggalangan dana musim panas, yang akan dilaksanakan minggu depan. Jari-jari Angelica seketika berhenti di atas keyboard saat mendengar ucapan Marta, yang entah ditujukan pada siapa. Akhirnya, Angelica kembali menatap pada Marta. "Maaf, kamu tadi bicara apa?" tanyanya."Tidak. Aku hanya tidak yakin jika kamu tadi membicarakan seseorang." Marta menjawab tanpa menatapnya.Angelica melongo. "Ya, aku tidak salah bicara. Kalau kamu mau tahu, Tuan Andrian itu pernah berpacaran lama dengan supermodel Italia, Fiona Magdalena. Namun, cinta mereka tidak murni. Aah, bos itu enak banget hidupnya. Bisa pacaran dengan siapa saja, asal ada uang. Tapi tidak
"Amore, sudah lama kamu di situ?" Andrian menatap tak enak hati pada Cassandra. Dia menoleh sekilas pada Marta yang masih bergeming. Di sana, Cassandra hanya menjawab dengan anggukan samar. Tanpa menunggu Andrian, wanita cantik itu bergegas memasuki mobil. Andrian sempat kembali menatap sekilas pada Marta sembari tersenyum kaku, sebelum meninggalkan wanita itu.Dari dalam mobil, Cassandra bisa melihat raut tidak suka Marta atas kehadirannya. Cassandra mengalihkan pandangan dari Marta, lalu melirik sekilas ke arah sang suami yang duduk di belakang kemudi."Ada apa sampai sedekat itu?" tanya Cassandra dengan wajah berpaling.Andrian berdehem lirih, "Ehm, itu sebenarnya tidak seperti yang ada di pikiranmu!" jawabnya jujur. "Memangnya kamu berpikir apa yang ada di benakku?" selidik Cassandra dengan wajah masam.Andrian menoleh pada Cassandra sesaat, dengan sebelah sudut bibir tertarik ke atas. "Kamu salah paham, Amore. Kamu melihat hanya sekilas, kan?" jawabnya datar.Kening Cassandra me
"Rencana untuk Andrian?" ulang Cassandra memastikan. Ivo mengangguk sekali lagi. Dia mengisyaratkan pada Cassandra untuk segera mengikutinya. Tanpa membuang waktu, Cassandra mensejajari langkah Ivo. Sampailah mereka di ruangan Ivo. Cassandra segera menutup pintu dan duduk di seberang laki-laki itu. Ivo menautkan jari-jarinya di atas meja, dengan tatapan lurus pada Cassandra. "Saya rasa kamu sudah tahu alasan Tuan Gennaro memberikan sebagian besar aset padamu ..."Cassandra mengangguk samar. "Iya, saya pikir ini memang tidak adil untuk Andrian, Zio. Jadi, sangat wajar dia kecewa dan menuduh kita berkhianat!'' sahutnya cepat. Alih-alih setuju dengan pendapat Cassandra, Ivo lantas menggeleng tegas. Dia begitu mengenal sifat Gennaro. Laki-laki itu sangat tegas dan tidak segan mengambil keputusan kontroversial jika menurutnya benar. Memang terkesan tidak adil untuk Andrian, tetapi lebih tidak adil lagi jika pada akhirnya Gennaro meninggal tanpa membuat keputusan apa pun sebelumnya. "In
Marta menghentikan gerakan tangannya yang tengah mengetik, ketika handphone di atas meja itu menyala. Dia melirik sekilas pada Angelica yang juga fokus dengan pekerjaan. Lantas, Marta menggeser benda persegi panjang itu ke depan keyboard.Masih dengan posisi menghadap komputer, dia nyalakan handphone. Sebaris kalimat dari Andrian membuat kedua bola matanya membesar. Ada yang aneh. Ya, Marta tidak percaya itu, apalagi beberapa saat lalu ketika mereka bertemu, Andrian bersikap begitu dingin.Tak ingin mati penasaran, Marta mengetikkan balasan untuk memastikan. Tak berapa lama, Andrian juga membalasnya, bahkan mengirim foto posisi laki-laki itu sedang duduk sendirian di pojok ruangan sebuah restaurant.Kedua sudut bibir Marta melengkung sempurna. Tunggu apa lagi? Sebuah kesempatan baik baru saja didapatkan tanpa mengemis perhatian Andrian. Namun, laki-laki itu sendiri yang mengajaknya makan siang."Marta, apa kamu ingin nitip sesuatu?" tanya Angelica sembari bangkit.Marta tampak terkeju