Hari ini hari yang sangat bahagia buatku. Kenapa?? Kalian pasti penasaran ya?? ha ha ha. Karena hari ini adalah hari pertamaku masuk mata kuliah dan aku sudah resmi menjadi mahasiswi baru, byee mospek yang sudah aku jalan dengan rintangan. Kalian tau kan bagaimana saya melewati mospek yang amat tidak saya sukai tapi demi cita-cita mospek pun saya jalani.
Dan kalian tau hari ini aku kebingungan memilih baju untuk ke kampus hingga akhirnya setelah sekian lama memilih mataku tertuju pada blus pink yang ku lapisi dengan blazer jins dan celana jins.
Sebelum turun, aku berkaca dulu takut ada yang kurang. Aku perhatikan diriku di cermin dari atas sampai ke bawah dan hasilnya sempurna, aku langsung mengambil tas ranselku dan turun ke bawah lalu memakai sepatu kets warna pink karena warna pink adalah warna kesukaanku. Mas Dadang, supirku sudah menunggu dan siap untuk mengantarku ke kampus.Setiba dikampus, aku langsung turun dari mobil, semua orang memandangku seolah penampilanku ada yang kurang. Tapi aku tahu mereka semua memandangku bukan karena penampilanku tapi karena kejadian pas mospek kemarin.
Aku berjalan menuju mading untuk mencari ruanganku berada dimana tanpa aku peduli terhadap orang-orang yang memandangku.
" Heiii.. " seseorang menyapaku dan membuatku sedikit terkejut.
" Apa lagi sih mau loe Kee... " ucapanku terhenti ketika aku tau itu bukan si Kenan tapi sosok yang aku kagum, Kak Bima. Sebenarnya aku terpaksa bikin surat itu untuk Kak Bima karena aku bingung mau buat surat cinta untuk siapa. Kalau ke Kenan entar dia terbang dan baper lagi, Kalau cewek kan nggak mungkin banget nanti dikira lesbi lagi jadi lebih baik ke Kak Bima padahal aku cuma kagum aja.
" Ehhh .., Kak Bima. " aku tersenyum paksa karena aku hampir salah nyebut nama dan aku juga belum bisa melupakan kejadian semalam.
Bima mengerutkan kening karena kebingungan, " Kee.., siapa ? "Aku tersenyum dan langsung kujawab, " Bukan siapa-siapa kok Kak. "
Kak Bima tersenyum, " Lagi cari apa ? "
" Cari ruangan Kak. Oh iya Kak, surat cinta kemarin jangan dibawa perasaan ya Kak, itu gue terpaksa karena gue nggak tau mau bikin untuk siapa. Aku duluan ya Kak. "Aku melambaikan tanganku pada Kak Bima.
Aku pergi ke ruangan kuliah ku sambil ngedumel dan ketuk ketuk kepala sendiri.
" Aduuhh.., Maurinne..Maurineee..
untung loe nggak sempat sebut nama Kenan, bikin malu aja loe Maurinne. "Aku menemukan ruanganku lalu duduk di bangku yang kosong. Ruangan masih belum ramai jadi bebas mau duduk dimana.
" Hayoo.. loe lagi ngelamunin apa ?? pagi-pagi begini udah ngelamun, jauh loh nanti jodohnya. "
" Ehhh.. elo Yaya. "
" Ngelamunin apa Buk ? "
" Nggak ada kok Ya, gue kepikiran aja sama Kak Bima karena gue bilang surat cinta kemarin jangan baper, kira-kira dia sakit hati nggak ya ? "
" Ya ampun Rinnee.., loe nih gimana sih? Ya nggak mungkinlah, itu kan bukan beneran tapi cuma untuk hiburan jadi gue rasa nggak mungkinlah dia sakit hati. "
" Iya ya, bener juga yang loe bilang. "
Meisya hanya mengangguk dan tiba-tiba Meisya bertanya, " Kalau Kenan loe beneran suka nggak? "
" Ihhh.., apaan sih loe Ya. Kok jadi bahas Kenan sih ? gue nggak suka sama Kenan. Amit-amit deh gue jatuh cinta sama dia. "
" Jangan bilang gitu, nanti loe jatuh cinta beneran. Thats real.., sudah banyak buktinya yang ngomong kayak loe gini. "
Aku udah memasang wajah malas tapi ocehan Meisya masih aja terdengar di telingaku yang asyik ngebahas tentang Kenan dan cinta.
* * *
" Sama supir gue, kenapa ? " Aku malah balik bertanya sambil merapikan buku ku yang masih berserakan di meja.
" Gue nebeng ya. " Meisya bersikap manis padaku dan itu karena ada maunya.
Aku tersenyum datar, " Iya .., nggak usah sok manis deh kalo ada maunya loe manis begini kalo nggak ..hmmm bisa peka nih telinga gue kalo sama loe terus-terusan. "
Meisya menyenggol badanku sambil tertawa, " Hahahaha.., loe marah karena tadi gue panjang lebar bahas si Kenan ? "
Aku melototkan mataku, " Nggak usah disebut juga kali namanya. Nanti orangnya datang gimana. "
Meisya hanya tertawa melihat tingkahku yang aneh. Namun disaat Meisya tertawa dengan lepas seketika itu juga terhenti karena datang sekelompok cewek menghampiri mereka.
" Maurinne.., ikut gue. Gue mau ngomong sesuatu sama loe empat mata. "
Upsss..,ternyata yang datang adalah kakak mentor kami dulu yang gosipnya suka sama Kenan.
" Kenapa nggak disini aja ? "
Cewek itu melototkan matanya, " Mana tata krama loe ? "
Aku dipenuhi dengan kebingungan atas ucapan kakak tingkat yang sok belagu itu barusan.
" Maksudnya ? "" Gue kan kakak tingkat loe, mana tata krama loe ? "
Kakak tingkat itu namanya Rara, anak semester 5 yang gosipnya memang suka cari sensasi di kampus ini kalau ada mahasiswi baru apalagi kalau berkaitan dengan Kenan.
" Masalahnya dimana ? Jadi temen gue harus manggil Kakak gitu sama loe ? " Meisya membantu Maurinne untuk menjawab pertanyaan si Rara.
Rara langsung memandang Meisya dengan tajam, " Loe diam.., ini urusan gue sama Maurinne apa loe mau gue suruh temen-temen gue ini buat bekap mulut loe. "
" Udah..Udahhh.., jangan berantem. Kayak anak kecil aja, udah mahasiswa kan ?? " Maurinne meleraikan perdebatan antara Rara dan Meisya.
Rara dan Meisya terdiam mendengar perkataan Maurinne. Rara menatap sinis Maurinne, " Gue ingetin ya, jangan mentang-mentang loe lagi viral di kampus ini karena didekatin sama Kenan loe jadi merasa diri loe ratu di kampus ini dan suka-sukanya loe di kampus ini. Jangan pernah juga loe deketin Kenan. "
Maurinne hanya menatap Rara selama berbicara setelah selesai Maurinne pun menjawab, " Udah selesai bicaranya ? gini ya Kak Rara, udah semester berapa sih ? kok pikirannya masih pendek ya ? seperti anak kecil yang baru masuk sekolah. Gue nggak pernah mau dan ngarep bisa di deketin sama Kenan dan gue nggak pernah merasa bangga karena gue viral di deketin sama kakak tingkat yang hits, disukai cewek-cewek di kampus ini. Justru gue akan bangga kalau gue viral karena gue berprestasi di kampus ini bukan karena cowok aneh itu, ngerti ?? penjelasan gue ini kurang jelas atau gue harus jelasinnya pelan-pelan seperti ngajar anak tk ?? "
Maurinne beranjak pergi sambil menggandeng tangan Meisya untuk pergi dari ruangan kuliahnya. Mereka berdua berlari menuju pagar kampus, " Berani juga loe ya Rinne, salut gue sama loe. " Meisya memuji Maurinne sambil berlari namun di tengah perjalanan Maurinne menabrak seseorang.
" Aduuhh.. " Maurinne kesakitan tapi berinisiatif membantu orang yang ditabrak nya untuk merapikan buku yang berserakan di lantai.
" Sorry ya, nggak sengaja. "
Maurinne memberikan buku itu namun saat itu juga dia langsung kaget karena ternyata yang ditabrak Maurinne itu adalah Bima dan Bima sedang bersamaan dengan Kenan.
Maurinne bingung harus ngapain tapi Maurinne berusaha memasang wajah biasa saja, " Maaf ya Kak Bima. Gue nggak sengaja karena tadi kami buru-buru. "" Emangnya ada apa ?" Bima penasaran karena melihat Maurinne dan Meisya yang terburu-buru.
"Taaddd.." Maurinne kutipan Meisya, "Tak ada apa-apa kok Kak, permisi ya Kak. "
"Eiittss..tunggu, loe nggak ada yang luka kan?" Bima memeriksa keadaan Maurinne.
"Tidak ada kok Kak, Kalau pun ada kan ada Meisya ya kan?"
Meisya mengangguk cepat sambil senyum terpaksa lalu mereka berdua pergi.
" Maurinneee .. " terdengar suara meisya yang cukup membuat sakit telinga Maurinne. Maurinne yang berada di koridor kampus berhenti melangkahkan kaki dan menoleh ke gerbang koridor kampus. " Yayaaa..!! apaan sih ?? pagi-pagi udah teriak-teriak manggil gue, suara loe itu udah cempreng loe teriak lagi makin sakit nih tau telinga gue. " " Ya sorry., gue lagi semangat nih kuliah hehehe. " " Ya elah.., gue kira ada apa loe manggil gue sampe segitunya. " " Hehehe.., ayuk ke ruangan. " ajak Meisya penuh semangat. Saat mereka jalan menuju ruangan tiba-tiba seseorang menghampiri Maurinne sambil menodongkan bunga, Maurinne yang melihatnya langsung kebingungan, " apaan ini ? " orang itu langsung pergi tanpa kata sedikitpun.
Aku termenung di bawah pohon kampus yang cukup rindang sambilku tatap langit yang indah. Udara di pagi hari sangat sejuk sekali rasanya ingin membuatku tidur disini, hahaha. Saat aku sedang menikmati udara pagi hari, seseorang datang menutup mataku. " Meisya ya?? Yayaa., nggak lucu tau. Udah ahh ya, lepas. " aku menarik tangan orang itu dari mataku. Saat aku melihat siapa orang itu, spontan aku terkejut, " Kenan..?? Ngapain loe disini?? " " Pingin jumpa loe, nggak boleh? " " Ishhh.., Ngapain sih loe harus hadir di hidup gue?? bisa nggak sih loe pergi jauh-jauh dari hidup gue?? Semenjak ketemu loe, hidup gue nggak tentram tau. " Kenan hanya tersenyum setelah aku ngomong panjang lebar, " Mayaaa.., Maayaa.., loe ngomong panjang bener kayak kereta api, masih pagi nih Maya. Jam 7 malam gue jemput loe, loe siap-siap ya. Nggak boleh nolak, ok. " &nb
Namaku Maurinne Annatasya. Aku baru saja meninggalkan seragam putih abu-abuku. Dan sekarang aku mau melanjutkan pendidikanku di salah satu Universitas ternama di Jakarta. Dan hari ini merupakan hari pertamaku memasuki kampus dan menghadapi yang namanya MOSPEK. nggak di sekolah, nggak di kampus pasti ada aja namanya MOSPEK. Bagiku mospek itu adalah hal yang paling berbahaya dalam kemungkinan, Kenapa?? Karena harus berhadapan dengan senior yang galak atau sok dan belagu. Tapi mau tidak mau tidak suka harus kujalani demi masa depan.
Mospek hari kedua..." Hooammm ..." aku mencoba merenggangkan badanku dan mengambil jam beker di samping ku .Aku melihat jam menunjukkan pukul 08.00." OH MY GOD ..., nih bener jam segini ? "Mataku melotot dan aku langsung bangun dari tempat tidur, tanpa ku sadari luka di lututku, spontan aku teriak kencang, " Awww.. "Mas Dadang langsung menghampiriku di balik pintu kamarku, " Ada apa non kok teriak-teriak? "" Nggak apa-apa Mas. Mas, sekarang jam berapa? "" Jam 07.30 non. "Aku mendengar itu, langsung membuka pintu kamar dan melototkan mataku ke Mas Dadang seakan tak percaya, " Whatttsss..!! seriously ..?? kok nggak ada yang bangunin ?? aduuu ..gimana ini, telat parah sih ini. Belum lagi nanti macetnya, mana terkejar lagi ini. "" Udah Mas Dadang bangunin, Mas ketok-ketok pintu kam
Mospek hari ketiga... Sekarang jam menunjukkan pukul 6.30 wib, dan aku sudah selesai mempersiapkan perlengkapan mospekku hari ini. Sekarang aku pergi turun untuk sarapan, sedikit sedih sih karena hari ini aku harus sarapan sendiri karena mamaku belum pulang dari Jepang. Disaat aku lagi sibuk menenangkan pikiran yang entah lagi ngeracau kemana tiba-tiba terdengar suara Mas Dadang memanggilku. " Non Innee .. " Aku menyahut panggilan Mas Dadang, " Iya Mas, ada apa ? lagi sarapan nih. " Mas Dadang tiba di tempatku, " Non..,udah ada yang nunggu non di ruang tamu. " Mendengar perkataan Mas Dadang membuatku kaget dan bingung. " Siapa Mas ? " " Itu loh non..,yang semalam bawa