Share

PART 5

" Maurinneee .. " terdengar suara meisya yang cukup membuat sakit telinga Maurinne.

Maurinne yang berada di koridor kampus berhenti melangkahkan kaki dan menoleh ke gerbang koridor kampus.

" Yayaaa..!! apaan sih ?? pagi-pagi udah teriak-teriak manggil gue, suara loe itu udah cempreng loe teriak lagi makin sakit nih tau telinga gue. "

" Ya sorry., gue lagi semangat nih kuliah hehehe. "

" Ya elah.., gue kira ada apa loe manggil gue sampe segitunya. "

" Hehehe.., ayuk ke ruangan. " ajak Meisya penuh semangat.

Saat mereka jalan menuju ruangan tiba-tiba seseorang menghampiri Maurinne sambil menodongkan bunga, Maurinne yang melihatnya langsung kebingungan, " apaan ini ? " orang itu langsung pergi tanpa kata sedikitpun.

" Cieee ..., pagi-pagi udah dapat bunga aja, nggak sia-sia kan gue teriak-teriak manggil loe. "

Meisya meledek Maurinne hingga tertawa Meisya meledak.

" Apaan sih Ya.. nggak ada hubungannya tau sama suara loe yang cempreng itu. "

Mereka masih berjalan menuju ruangan. Dan di depan Maurinne ada seseorang yang menghampiri Maurinne dan ngasih bunga ke Maurinne lagi tapi ini lebih parah bukan satu orang tapi lebih dari satu orang sehingga sekarang tangan Maurinne penuh dengan bunga.

" Eitss.., tunggu ...ini apaan sih ? siapa yang suruh ? nih kan bukan hari valentine .. Helowww, kalian dengar gue nggak sih?? "

Tak ada yang menggubris Maurinne, mereka semua pergi setelah kasih bunga ke Maurinne.

Meisya pun ikut shock melihat kejadian itu semua.

" Rinne.., gue rasa loe punya pengagum rahasia deh. "

" Yaaa.., coba loe cubit gue ini mimpi apa bukan sih ? habis gue ngomong mereka nggak ada yang jawab. "

Maurinne tak percaya seolah-olah ini semua mimpi dan tidak nyata. Maurinne sih berharap ini semua hanya mimpi. Meisya yang disuruh Maurinne untuk mencubitnya pun mengikuti perintah Maurinne.

" Aaawww..!! loe kalau nyubit pelan-pelan ngapa, sakit tau. "

" Nyata berarti kan ?? terlalu kuat ya nyubitnya ?? hehehe nggak apa-apa ya sekalian untuk gue juga mastiin ini mimpi atau nyata. "

" Errgghhh.. untung loe sahabat gue kalau nggak ... udah yuk, bantu gue pegang nih bunga atau buat loe aja deh. "

" Siapa sih Rinne yang ngasih bunga sama loe ? "

" Mana gue tau, kan kita daritadi berdua. "

Saat mereka berdua asyik membicarakan soal bunga, seseorang menjawab pertanyaan mereka.

" Gue yang ngasih bunga. "

Sontak mereka bedua langsung menoleh ke belakang dan ternyata itu semua ulah Kenan.

Maurinne yang tau itu bunga semua dari Kenan, langsung menodorkan sisa bunga yang ada ditangannya ke Meisya, " Ini untuk loe aja Ya semuanya. "

Maurine langsung membalikkan badan dan beranjak pergi tapi tanpa disadari kaki Maurinne kesandung kaki Meisya sehingga membuat Maurinne terjatuh tapi Kenan sontak langsung menangkap Maurinne .

Maurinne kaget dan sempat terdiam menatap Kenan lalu Maurinne langsung membangunkan dirinya dari Kenan, " Jangan cari kesempatan. "

Maurinne langsung menggandeng Meisya dan pergi dari hadapan Kenan.

Kenan menatap Maurinne dari jauh sambil tersenyum, " ternyata susah juga menaklukkan hati loe Maya. Tapi gue tetap mau liat apa bener loe cewek yang menurut meinset gue kalo nggak ada lagi didunia ini cewek yang nggak matre. "

Kenan langsung pergi ke ruangannya.

" Bimmm.. " Kenan menangkap Bima, sepupunya.

Bima langsung menoleh dan langsung merangkul Kenan, " Ada apa saudaraku? "

" Menurut loe, si Maya itu gimana? "

" Mayaa?? siapa bro? " Bima bingung dengan nama Maya.

Si Kenan langsung menepuk keningnya, " Iya gue lupa, Maurinne maksud gue. "

Bima langsung nangkap pembicaraan Kenan, " Ohhhh.., si Maurinne yang imut itu, gue nggak tau jg bro hahaha. Kenapa emangnya bro? "

" Imutt..?? Amit iya. Loe kan tau gosip kampus kan, gue lagi deket sama Maya. Nah.., gue itu deketin dia karena gue pingin tau dia itu beneran sama kayak cewek lain apa nggak? "

" Ohhh.., iya gue juga nilai sih dia itu beda deh Bro. Tapi loe deket-deket dia nanti loe beneran naksir Bro. "

" Iya justru itu, gue deketin dia buat pendamping gue tapi gue pingin tau dulu bro apakah dia bener beda apa pura-pura. "

Kenan dan Bima terdiam sambil memikirkan sesuatu. Namun otak Kenan lebih encer saat itu," Gimana kalo loe bantu gue deketin Maya?? jadi gue tau dia gimana orangnya. "

Bima mendengar itu langsung menyetujui idenya Kenan.

Mereka berdua sepakat dan Kenan pamit ke Bima menuju ruangannya.

                                    * * *

Mata kuliah hari ini sudah selesai, Maurinne dan Meisya membereskan buku mereka untuk pulang.

" Mauuuriinnnee.. " terdengar suara dari pintu ruangan mereka.

Maurinne tetap merapikan bukunya tanpa menggubris orang yang memanggil namanya karena Maurinne tahu itu siapa.

" Yukk.., kita pulang Ya..Udah ada hawa-hawa nggak enak nih kayaknya disini " kata Maurinne mengajak Meisya untuk pulang.

Merekapun keluar ruangan tapi Rara mengejar mereka berdua.

" Loe mau apa lagi sih? " kataku dengan males menghadapi Rara dan gengnya.

" Gue kan udah bilang loe jauhin Kenan, kok susah amat sih.? "

" Yang susah siapa?  Loe yang buat susah, loe yang bikin ribet ini semua. Loe kan tinggal  bilang sama Kenan untuk nggak udah dekatin gue, simpel kan? Susahnya dimana coba. " 

" Ya loe nggak udah layan dia kan bisa. "

" Aduuhh, susah ya ngomong sama loe. Kasihan banget sih loe, Kenan nggak mau sama loe ya?  Udah berapa tahun loe dekatin Kenan tapi dia nggak mau ya? Berarti gue beruntung kali ya, nggak perlu capek-capek nyamperin dia. " kataku yang sudah mulai emosi karena tinggal nih senior.

" Kurang ajar banget sih loe. " Rara mengangkat tangannya dan mulai mengayunkan tangannya tapi seseorang menahannya. 

" Nggak usah main kasar sama Maya bisa nggak?  "

Kenan menepiskan tangannya Rara cukup kasar sih menurutku. Kenan langsung membawaku pergi dan Meisya mengikutiku.

Di pertengaham jalan, aku langsung menepiskan tangannya dari Kenan.

" Gue nggak perlu bantuan loe, gue bisa kok ngadepin ini sendiri. "

" Gue cuma nggak mau loe kenapa-kenapa Ya. "

Kenan menatapku dengan lembut dan matanya seperti berbinar-binar.

Aku langsung mengalihkan pembicaraan, " Ayoo Ya.., kita pulang. "

Aku dan Meisya pergi masuk mobil, kebetulan Mas Dadang sudah menjemputku.

                                  ***

Maurinne berada di taman dan duduk di sebuah kursi ayunan yang terbuat dari rotan biasanya untuk santai-santai.

Maurinne memandang langit yang tidak ada bintang sama sekali sambil memikirkan kejadian tadi, bukan tentang Bima namun tentang Kenan.

" Kok aneh banget ya ?? Gue bisa ketemu cowok yang seperti itu ?? Rasanya kalau Gue tiap hari ketemu dia bisa mati Gue.  "

Terdengar suara Mas Dadang memanggil namanya dan seketika itu Maurinne langsung tersadar dari lamunannya.

" Ada apa mas ? "

" Ada yang cariin non. "

" Siapa ? "

" Non Inne turun saja nanti juga tahu. "

Maurinne mengerutkan keningnya, " Siapa ya yang nyariin gue ? penasaran gue. "

Maurinne beranjak dari tempat dan pergi turun. Wajah Maurinne yang penasaran langsung berubah menjadi gembira dan langsung memeluk orang itu, " Mommm.., u coming. Why u dont tell with me Mom? I miss u so much mom, aku kesepian tau. "

" Kok nangis anak mama? udah gede malu tau. "

Maurinne langsung menghapus air matanya sambil tersenyum.

" Hehehe .., habis kangen banget sama Mama gue yang cantii dan baik hati ini. "

" Hmmm.. bisa aja kamu. Ya udah, ayuk masuk Mama capek nih, ngantuk. "

Tiba-tiba aku menguap di depan Mama, aku langsung nyengir ke Mama.

" Aduhh ..besar kali nguapnya. " kata Mama sambil tersenyum.

" Hehehe, iya. Maurinne juga ngantuk nih ma. "

" Ya udah, kamu istirahat duluan gih. "

" Hehehe, Maurinne tidur duluan ya mom. Love u. "

Aku mencium kedua pipi mamaku dan pergi tidur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status