MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 35"Ingat, Mas, selama bertahun-tahun aku bersabar dengan tingkahmu. Bahkan keluargamu pun sudah enggan berurusan denganmu. Tapi kamu bukan berterima kasih, justru menikamku lebih dalam," ujar Kinar dengan amarah yang hampir pecah."Kinar ... maaf," ucap Reza lirih."Kata maafmu sudah tidak berguna, Mas." Dengan cepat Kinar berdiri, lalu melangkah meninggalkan ruangan Reza. Makin lama berbicara dengan suaminya, Kinar makin muak."Aku akan menikahi Niken minggu ini," seru Reza dari balik meja kerjanya.Kinar yang sudah memegang handle pintu pun berbalik lagi. Menatap Reza dengan wajah datar. Meski pernyataan Reza itu sukses mencabik hatinya, dengan susah payah Kinar menutupinya."Itu tidak ada urusannya denganku. Jadi ... aku nggak peduli," balas Kinar penuh penekanan. Dia gegas keluar dari ruangan itu. Rasanya debaran jantungnya sudah tak bisa dia kendalikan. Antara sakit hati, juga emosi yang merajai.Kinar memutuskan duduk di sofa lobi lebi
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 36"Ndre!" panggil Kinar yang berdiri tak jauh dari Andre."Kenapa? Fitri sudah berangkat?" tanya Andre, tanpa menoleh. Dia fokus pada layar laptop di depannya. Duduk bersila di depan meja berkaki pendek untuk menaruh laptop.Hening. Tak ada sahutan dari Kinar. Membuat Andre mengernyitkan dahi. Jarinya yang menari di atas keyboard pun berhenti. Perlahan memutar tubuhnya, dan mendongak, menatap Kinar yang hanya diam mematung."Kinar ... kenapa?" tanyanya. Beruntung ruangan itu sepi. Jendela dan pintu memang terbuka, jadi siapa saja yang lewat pasti akan melihat mereka.Ruangan tiga kali dua meter yang khusus digunakan sebagai kantor. Untuk menaruh berkas-berkas penting agar tidak berserak dan lebih mudah mencarinya. Karena beragamnya barang yang ada di sanggar, juga lalu lalang orang yang bebas keluar masuk.Kinar terkesiap. Sekian detik dia melamun di tempatnya. Hingga pertanyaan Andre yang kesekian kalinya membuyarkan bayang masa lalu.Tanga
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 37"Apa maksudmu?" sentak Niken tak terima. Dadanya naik turun dengan napas memburu, pertanda dia sedang diliputi emosi.Pak Asep meneguk ludahnya kasar. Dia bisa menebak arah pembicaraan Fitri. Bisa dipastikan salah satu orang terdekat Kinar itu sudah tau masalah Kinar. Pak Asep hanya bergeming. Dia tak bisa berbuat banyak karena putrinya memang salah. Yang dia takutkan kalau sampai Kinar mengganti orang untuk barang kerajinannya, sudah pasti mata pencahariannya akan terganggu. Selama ini dia hanya mengandalkan sanggar Kinar untuk menjual hasil kerajinannya, karena di tempat lain dihargai murah. Jika di jual sendiri belum tentu laku semua."Nggak ada maksud apa-apa," jawab Fitri santai. Dia menyilangkan kaki, menatap sinis Niken."Pekerjaan di sanggar nggak cocok buat kamu yang selama ini kerja kantoran dengan dandanan yang mengalahi bosnya," sindir Fitri.Dia tidak mempedulikan jika orang tua Niken tersinggung. Toh tidak terlalu dekat. Juga
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 38"Kenapa dengan jabatanmu, Mas?" tanya Rudi penuh selidik.Reza gelagapan. Dia duduk dengan gelisah. Melirik sang papa mencoba meminta bantuan, tapi justru diabaikan."Sial! Kenapa juga Papa harus bahas itu. Aku sudah diam saja biar nggak keceplosan masalah itu, ini malah dibongkar sama Papa," batin Reza penuh kesal.Rudi makin menatapnya tajam. Seolah ingin menerkam saat itu juga. "Kenapa, Mas?""I-itu, nggak apa-apa, kok," jawab Reza terbata."Ck, nggak perlu berbelit-belit. Jawab saja yang jujur. Kalau sudah nggak ada Mbak Kinar, memang siapa lagi yang mau bantu kamu, Mas?" sungut Rudi kesal. Meski dia enggan, tapi namanya saudara tetaplah ada rasa iba dan kasihan. Sikap tegasnya hanya agar kakaknya berubah lebih baik.Reza menghembus napas kasar, lalu menunduk. "Kinar mencopot jabatanku. Angga yang akan menggantikan mulai bulan depan.""Jadi ... kamu nganggur mula
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 39"Apa ada masalah, Mbak?" tanya Rudi pelan setelah Kinar memutuskan panggilan.Hati Rudi mendadak gelisah. Sepertinya pertemuan kali ini akan gagal. Tapi dia juga tidak bisa memaksakan kehendaknya."Ahh ... enggak," jawab Kinar setenang mungkin, meski kini hatinya sedang teramat gelisah.Kinar duduk dengan tatapan mata tak fokus. Ingin pergi, tapi dia juga penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Rudi. Kepalanya dipenuhi banyak tanya. Pasalnya, sang papa mertua kini juga sedang bertandang ke rumah. Dan Rudi juga mendadak ingin bertemu dengannya. Sebenarnya, apa yang sedang mereka rencanakan?"Kalau memang ada hal penting, kita bisa ngobrol lain waktu, Mbak," ujar Rudi setelah hening menyelimuti keduanya.Kinar tersenyum. Dari keluarga suaminya, hanya Rudi yang bisa dia percaya. Dia sedikit lebih waras ketimbang papanya juga kakaknya. Setidaknya, Rudi lebih baik dari Rudi waktu a
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 40"Kinar rasa ... Papa sudah tau semua masalah Kinar dengan Mas Reza," ucap Kinar dengan mata memicing menatap mertuanya.Pak Baskara mengerjap, lalu salah tingkah."Ada baiknya Papa menyaring semua informasi yang didapat, benar akurat atau banyak yang dipotong. Jadi tidak seenaknya menekan orang untuk kepentingan sendiri.""Jaga bicaramu, Kinar! Aku ini masih mertuamu. Yang sopan kalau ngomong!" sentak Pak Baskara yang merasa tidak terima dan terpojok. Tidak menyangka menantunya berani melawannya dan bersikap setegas itu.Kinar tersenyum kecil. "Saya sudah menjaga bicara saya, tapi Papa terus menekan seolah saya yang salah. Kalau kemarin saya akan mudah mengalah, tapi tidak mulai sekarang! Saya akan melindungi harga diri saya, juga apa yang saya punya. Karena apa? Karena orang yang harusnya melindungi saya justru menikam saya dari belakang. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali."Bahka
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 41"Pak, Bu, jangan begini!" seru Kinar panik saat Pak Asep dan Bu Asih tiba-tiba bersimpuh di depannya."Bapak sama Ibu kenapa?" tanyanya kemudian. Dia beranjak dari kursinya, memegang bahu Bu Asih, memintanya berdiri dan duduk di tempatnya semula. Sementara itu, Pak Asep mengekori di belakang.Baru duduk sebentar di samping Bu Asih, ponsel Kinar berdering. Dia pun gegas berdiri lagi untuk mengambil ponsel yang dia taruh di atas sofa."Sebentar ya, Pak, Bu, saya angkat telpon dulu," pamit Kinar lalu keluar rumah. Memilih ke teras samping agar tidak ada yang mendengar."Halo, assalamualaikum, Pak Angga," ucap Kinar begitu dia menerima panggilan itu."Waalaikumsalam, Bu Kinar. Maaf saya menghubungi anda. Apa hari ini Bu Kinar nggak ke kantor?" tanya Pak Angga setelah menjawab salam Kinar."Memang kenapa, Pak?" tanya Kinar penasaran."Ini, Bu. Pak Reza tidak mau mengembalikan rekening yang dia gunakan kemarin," jawab Pak Angga.Kinar membuang n
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 42"Pak Bagas, ada apa?" tanya Kinar setelah mengucap salam."Anda nggak ngantor, Bu?" Pak Bagas justru balik bertanya."Setelah makan siang. Ada urusan mendadak tadi, jadi balik rumah lagi. Tadi Pak Angga menghubungi saya, sekarang anda, ada apa sebenarnya?" tanya Kinar penasaran.Pak Bagas justru terkekeh. Kinar sampai heran dan mengerutkan kening."Kalau nggak penting banget jangan ganggu saya, Pak!" ucap Kinar kesal."Justru anda yang akan menyesal kalau melewatkan drama ini," sahut Pak Bagas dari seberang telpon."Baiklah, setelah ini saya ke kantor," balas Kinar akhirnya mengalah.Kinar menutup telpon setelah tak ada lagi yang harus dibicarakan. Dia memotret sepiring buah mangga di depannya lalu mengirimkan foto itu ke Pak Bagas.[Setidaknya, biarkan saya mengisi tenaga dulu sebelum melihat drama di kantor. Butuh banyak tenaga untuk menghadapi drama yang tidak kunjung usai.]Send. Tak berapa lama centang biru, menandakan pesannya sudah