MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 40
"Kinar rasa ... Papa sudah tau semua masalah Kinar dengan Mas Reza," ucap Kinar dengan mata memicing menatap mertuanya.Pak Baskara mengerjap, lalu salah tingkah."Ada baiknya Papa menyaring semua informasi yang didapat, benar akurat atau banyak yang dipotong. Jadi tidak seenaknya menekan orang untuk kepentingan sendiri.""Jaga bicaramu, Kinar! Aku ini masih mertuamu. Yang sopan kalau ngomong!" sentak Pak Baskara yang merasa tidak terima dan terpojok. Tidak menyangka menantunya berani melawannya dan bersikap setegas itu.Kinar tersenyum kecil. "Saya sudah menjaga bicara saya, tapi Papa terus menekan seolah saya yang salah. Kalau kemarin saya akan mudah mengalah, tapi tidak mulai sekarang! Saya akan melindungi harga diri saya, juga apa yang saya punya. Karena apa? Karena orang yang harusnya melindungi saya justru menikam saya dari belakang. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali."BahkaMEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 41"Pak, Bu, jangan begini!" seru Kinar panik saat Pak Asep dan Bu Asih tiba-tiba bersimpuh di depannya."Bapak sama Ibu kenapa?" tanyanya kemudian. Dia beranjak dari kursinya, memegang bahu Bu Asih, memintanya berdiri dan duduk di tempatnya semula. Sementara itu, Pak Asep mengekori di belakang.Baru duduk sebentar di samping Bu Asih, ponsel Kinar berdering. Dia pun gegas berdiri lagi untuk mengambil ponsel yang dia taruh di atas sofa."Sebentar ya, Pak, Bu, saya angkat telpon dulu," pamit Kinar lalu keluar rumah. Memilih ke teras samping agar tidak ada yang mendengar."Halo, assalamualaikum, Pak Angga," ucap Kinar begitu dia menerima panggilan itu."Waalaikumsalam, Bu Kinar. Maaf saya menghubungi anda. Apa hari ini Bu Kinar nggak ke kantor?" tanya Pak Angga setelah menjawab salam Kinar."Memang kenapa, Pak?" tanya Kinar penasaran."Ini, Bu. Pak Reza tidak mau mengembalikan rekening yang dia gunakan kemarin," jawab Pak Angga.Kinar membuang n
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 42"Pak Bagas, ada apa?" tanya Kinar setelah mengucap salam."Anda nggak ngantor, Bu?" Pak Bagas justru balik bertanya."Setelah makan siang. Ada urusan mendadak tadi, jadi balik rumah lagi. Tadi Pak Angga menghubungi saya, sekarang anda, ada apa sebenarnya?" tanya Kinar penasaran.Pak Bagas justru terkekeh. Kinar sampai heran dan mengerutkan kening."Kalau nggak penting banget jangan ganggu saya, Pak!" ucap Kinar kesal."Justru anda yang akan menyesal kalau melewatkan drama ini," sahut Pak Bagas dari seberang telpon."Baiklah, setelah ini saya ke kantor," balas Kinar akhirnya mengalah.Kinar menutup telpon setelah tak ada lagi yang harus dibicarakan. Dia memotret sepiring buah mangga di depannya lalu mengirimkan foto itu ke Pak Bagas.[Setidaknya, biarkan saya mengisi tenaga dulu sebelum melihat drama di kantor. Butuh banyak tenaga untuk menghadapi drama yang tidak kunjung usai.]Send. Tak berapa lama centang biru, menandakan pesannya sudah
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 43"Kamu itu benar-benar nggak tau diri dan nggak tau malu, Mas!" hardik Kinar sudah tak bisa lagi menahan amarahnya.Dia mengusap kasar wajahnya, dengan satu tangan lainnya berkacak pinggang. Kinar benar-benar murka. Entah laki-laki macam apa yang selama ini dia pertahankan itu. Belum kering luka yang ditorehkan, kini justru dengan entengnya menaburi kucuran air jeruk di atas lukanya. Hanya karena Kinar terlihat tegar dan kuat, suaminya justru makin semena-mena."Nggak mungkin aku hanya bawa badan saja ke sana, kan," sahut Reza dengan tak tau malu."Harusnya kamu itu mikir, Mas!" Ujar Kinar penuh penekanan dengan jari telunjuk menekan pelipisnya sendiri. Dia benar-benar geram juga gregetan dengan laki-laki di depannya."Bukannya menyesal, minta maaf, ini malah terus merongrong untuk gundikmu itu. Sudah matikah perasaan dan hatimu, hah? Masih kurang aku sudah membebaskanmu dari masalah tadi, dan kini justru mau merampokku," lanjutnya menggebu
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 44"Papa akan tetap menemani Reza saat pernikahannya nanti," ucap Pak Baskara pelan."Terserah! Tapi aku nggak akan ikut, apalagi menerimanya sebagai ipar. Kakak ipar aku hanya Mbak Kinar!" balas Rudi ketus.Pak Baskara menghela napas berat. Rudi sejak dulu memang lebih sering bersebrangan dengan Reza. Tapi sebagai seorang ayah, Pak Baskara tentu tak tega membiarkan anaknya seorang diri. Meskipun dia tau Reza salah."Apa kata orang tua Niken kalau tak ada seorang pun dari keluarga Reza yang mendampingi. Pasti nanti akan jadi gunjingan tetangga.""Itu sudah resiko perbuatan mereka, untuk apa dikasihani. Harusnya Papa menghukumnya, bukan malah membantunya. Apa Papa nggak kasihan sama Mbak Kinar? Setidaknya pikirkan Farraz," kata Rudi penuh kesal."Papa nggak membantu!" elak Pak Baskara. Dia bungkam soal pertemuannya dengan Kinar, bisa habis dimaki jika sampai Rudi tau dia menemui Kinar untuk menekannya."Terserah!" pungkas Rudi frustasi.Tanpa
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 45Fitri memekik melihat darah keluar dari buku-buku jari Andre. Kilat amarah itu jelas terpancar dari mata tajam Andre."Kenapa kamu diam saja selama ini, Fitri?" tanya Andre berbalik hendak menatap Fitri, tapi pandangannya justru tertuju pada Kinar yang berdiri mematung di ambang pintu.Fitri menoleh, menatap lega karena kedatangan Kinar. Setidaknya, apa yang disembunyikan dari Andre selama ini belum dia bongkar semuanya.Hati Kinar kini gamang. Entah apa lagi yang akan dia hadapi setelah ini. Kinar menatap tangan Andre yang terkulai di samping tubuhnya. Jelas terlihat luka itu. Perlahan Kinar mendekat. Sepertinya percuma menutupi semuanya dari Andre. Toh serapat apapun dia berusaha menutupi semua ini, nyatanya Andre mendengar dari orang lain."Apa yang kamu lakukan, Ndre? Jangan bertingkah konyol!" sentak Kinar.Dia menarik pelan lengan Andre dan memintanya duduk. Tak ada penolakan. Andre mengikuti apa yang dimau Kinar."Fit, tolong ambil
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 46"Bener-bener kelewatan kamu, Mas. Apa maksud kamu bicara seperti itu dengan Farraz? Ini nggak bisa dibiarkan," batin Kinar penuh geram.Terpaksa Kinar mengalihkan bahasan agar Farraz tidak mendesaknya untuk menjawab. Sungguh, sebagai seorang ibu Kinar begitu sakit hati melihat suaminya sendiri mencoba memperkenalnya adik tirinya yang bahkan belum lahir. Tidakkah dia berpikir jika tindakan itu melukai istrinya? Jika sang anak tau apakah tidak murka melihat kelakuan ayahnya?"Kita bobok dulu, yuk. Nanti mama janji ajak Farraz main di luar, sekalian makan malam di luar. Tapi sekarang bobok dulu, biar nggak ngantuj nanti," pinta Kinar dengan suara lembutnya seraya mengusap kepala Farraz."Beneran, Ma?" tanya Farraz dengan bola mata berbinar.Kinar tersenyum mengangguk. "Iya."Kinar lalu memeluk Farraz. Mencoba memberi ketenangan dan kenyamanan pada putranya, bahwa dia akan selalu ada di sampingnya. Hingga suara dengkuran halus keluar dari mulu
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 47"Masa laluku sudah terkubur, dan selesai. Tidak akan pernah muncul kembali." Bu Nisa berucap tegas dengan wajah datar. Meskipun hatinya kini tengah gundah.Pak Baskara terkekeh pelan. Dia menatap Bu Nisa dengan menarik satu sudut bibir. "Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, Nisa. Termasuk takdir yang bisa aku rubah, seperti ... anakmu," ujar Pak Baskara pelan, tapi tajam.Bu Nisa terkesiap mendengar ucapan Pak Baskara, tapi sebisa mungkin dia bersikap tenang. Menghadapi orang seperti Pak Baskara tidak boleh gegabah. Pikirannya kini melanglang ke masa silam yang sudah lama dia tutup rapat."Bunda, ada apa?" tanya Andre yang berjalan mendekati mereka. Posisi Pak Baskara yang menghapad Bu Nisa membuat Andre tak mengenalinya.Bu Nisa bernapas lega melihat putranya telah kembali. Pak Baskara menoleh ke belakang dan tersenyum menatap Andre. Senyum yang penuh misteri."Loh ... Pak Baskara, anda di sini juga?" tanya Andre lalu menyalaminya."Iya
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 48Bu Nisa menghela napas panjang, tatapannya menerawang jauh ke masa silam."Jika benar semua saling terkait, itu artinya Pak Baskara menyimpan dendam selama ini," tutur Bu Nisa pelan."Dendam. Dengan siapa, Bun?" tanya Andre penasaran."Dengan bunda." Bu Nisa menjawab singkat tanpa menatap putranya.Andre seketika terkesiap. Bagaimana bisa seorang Pak Baskara dendam dengan bundanya? Sendangkan setau dia selama ini sang bunda tidak pernah punya musuh. Mendiang ayahnya juga tidak pernah menceritakan keburukan bunda. Mendadak kepala Andre penuh tanya yang baginya tak masuk logika.Bu Nisa perlahan menoleh, menatap Andre yang masih menegang. Tentu putranya itu terkejut dengan apa yang diucapkannya."Dulu ... bunda berhubungan dengan Pak Baskara. Setelah bunda pikir-pikir, mungkin ... mirip kisahmu dengan Kinar dan suaminya," aku Bu Nisa. Lagi, Andre dibuat terkejut dengan fakta yang baru saja dia dengar."Dulu, sebelum dengan ayahmu, bunda pern