Share

bab 35

Penulis: Fizchanayla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 35

"Ingat, Mas, selama bertahun-tahun aku bersabar dengan tingkahmu. Bahkan keluargamu pun sudah enggan berurusan denganmu. Tapi kamu bukan berterima kasih, justru menikamku lebih dalam," ujar Kinar dengan amarah yang hampir pecah.

"Kinar ... maaf," ucap Reza lirih.

"Kata maafmu sudah tidak berguna, Mas." Dengan cepat Kinar berdiri, lalu melangkah meninggalkan ruangan Reza. Makin lama berbicara dengan suaminya, Kinar makin muak.

"Aku akan menikahi Niken minggu ini," seru Reza dari balik meja kerjanya.

Kinar yang sudah memegang handle pintu pun berbalik lagi. Menatap Reza dengan wajah datar. Meski pernyataan Reza itu sukses mencabik hatinya, dengan susah payah Kinar menutupinya.

"Itu tidak ada urusannya denganku. Jadi ... aku nggak peduli," balas Kinar penuh penekanan. Dia gegas keluar dari ruangan itu. Rasanya debaran jantungnya sudah tak bisa dia kendalikan. Antara sakit hati, juga emosi yang merajai.

Kinar memutuskan duduk di sofa lobi lebi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
allaamakkk thoorr sikiitt sekalih tak puas aku,,,capee menunggu,, byeee laah thoirr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 36

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 36"Ndre!" panggil Kinar yang berdiri tak jauh dari Andre."Kenapa? Fitri sudah berangkat?" tanya Andre, tanpa menoleh. Dia fokus pada layar laptop di depannya. Duduk bersila di depan meja berkaki pendek untuk menaruh laptop.Hening. Tak ada sahutan dari Kinar. Membuat Andre mengernyitkan dahi. Jarinya yang menari di atas keyboard pun berhenti. Perlahan memutar tubuhnya, dan mendongak, menatap Kinar yang hanya diam mematung."Kinar ... kenapa?" tanyanya. Beruntung ruangan itu sepi. Jendela dan pintu memang terbuka, jadi siapa saja yang lewat pasti akan melihat mereka.Ruangan tiga kali dua meter yang khusus digunakan sebagai kantor. Untuk menaruh berkas-berkas penting agar tidak berserak dan lebih mudah mencarinya. Karena beragamnya barang yang ada di sanggar, juga lalu lalang orang yang bebas keluar masuk.Kinar terkesiap. Sekian detik dia melamun di tempatnya. Hingga pertanyaan Andre yang kesekian kalinya membuyarkan bayang masa lalu.Tanga

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 37

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 37"Apa maksudmu?" sentak Niken tak terima. Dadanya naik turun dengan napas memburu, pertanda dia sedang diliputi emosi.Pak Asep meneguk ludahnya kasar. Dia bisa menebak arah pembicaraan Fitri. Bisa dipastikan salah satu orang terdekat Kinar itu sudah tau masalah Kinar. Pak Asep hanya bergeming. Dia tak bisa berbuat banyak karena putrinya memang salah. Yang dia takutkan kalau sampai Kinar mengganti orang untuk barang kerajinannya, sudah pasti mata pencahariannya akan terganggu. Selama ini dia hanya mengandalkan sanggar Kinar untuk menjual hasil kerajinannya, karena di tempat lain dihargai murah. Jika di jual sendiri belum tentu laku semua."Nggak ada maksud apa-apa," jawab Fitri santai. Dia menyilangkan kaki, menatap sinis Niken."Pekerjaan di sanggar nggak cocok buat kamu yang selama ini kerja kantoran dengan dandanan yang mengalahi bosnya," sindir Fitri.Dia tidak mempedulikan jika orang tua Niken tersinggung. Toh tidak terlalu dekat. Juga

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 38

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 38"Kenapa dengan jabatanmu, Mas?" tanya Rudi penuh selidik.Reza gelagapan. Dia duduk dengan gelisah. Melirik sang papa mencoba meminta bantuan, tapi justru diabaikan."Sial! Kenapa juga Papa harus bahas itu. Aku sudah diam saja biar nggak keceplosan masalah itu, ini malah dibongkar sama Papa," batin Reza penuh kesal.Rudi makin menatapnya tajam. Seolah ingin menerkam saat itu juga. "Kenapa, Mas?""I-itu, nggak apa-apa, kok," jawab Reza terbata."Ck, nggak perlu berbelit-belit. Jawab saja yang jujur. Kalau sudah nggak ada Mbak Kinar, memang siapa lagi yang mau bantu kamu, Mas?" sungut Rudi kesal. Meski dia enggan, tapi namanya saudara tetaplah ada rasa iba dan kasihan. Sikap tegasnya hanya agar kakaknya berubah lebih baik.Reza menghembus napas kasar, lalu menunduk. "Kinar mencopot jabatanku. Angga yang akan menggantikan mulai bulan depan.""Jadi ... kamu nganggur mula

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 39

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 39"Apa ada masalah, Mbak?" tanya Rudi pelan setelah Kinar memutuskan panggilan.Hati Rudi mendadak gelisah. Sepertinya pertemuan kali ini akan gagal. Tapi dia juga tidak bisa memaksakan kehendaknya."Ahh ... enggak," jawab Kinar setenang mungkin, meski kini hatinya sedang teramat gelisah.Kinar duduk dengan tatapan mata tak fokus. Ingin pergi, tapi dia juga penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Rudi. Kepalanya dipenuhi banyak tanya. Pasalnya, sang papa mertua kini juga sedang bertandang ke rumah. Dan Rudi juga mendadak ingin bertemu dengannya. Sebenarnya, apa yang sedang mereka rencanakan?"Kalau memang ada hal penting, kita bisa ngobrol lain waktu, Mbak," ujar Rudi setelah hening menyelimuti keduanya.Kinar tersenyum. Dari keluarga suaminya, hanya Rudi yang bisa dia percaya. Dia sedikit lebih waras ketimbang papanya juga kakaknya. Setidaknya, Rudi lebih baik dari Rudi waktu a

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 40

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 40"Kinar rasa ... Papa sudah tau semua masalah Kinar dengan Mas Reza," ucap Kinar dengan mata memicing menatap mertuanya.Pak Baskara mengerjap, lalu salah tingkah."Ada baiknya Papa menyaring semua informasi yang didapat, benar akurat atau banyak yang dipotong. Jadi tidak seenaknya menekan orang untuk kepentingan sendiri.""Jaga bicaramu, Kinar! Aku ini masih mertuamu. Yang sopan kalau ngomong!" sentak Pak Baskara yang merasa tidak terima dan terpojok. Tidak menyangka menantunya berani melawannya dan bersikap setegas itu.Kinar tersenyum kecil. "Saya sudah menjaga bicara saya, tapi Papa terus menekan seolah saya yang salah. Kalau kemarin saya akan mudah mengalah, tapi tidak mulai sekarang! Saya akan melindungi harga diri saya, juga apa yang saya punya. Karena apa? Karena orang yang harusnya melindungi saya justru menikam saya dari belakang. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali."Bahka

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 41

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 41"Pak, Bu, jangan begini!" seru Kinar panik saat Pak Asep dan Bu Asih tiba-tiba bersimpuh di depannya."Bapak sama Ibu kenapa?" tanyanya kemudian. Dia beranjak dari kursinya, memegang bahu Bu Asih, memintanya berdiri dan duduk di tempatnya semula. Sementara itu, Pak Asep mengekori di belakang.Baru duduk sebentar di samping Bu Asih, ponsel Kinar berdering. Dia pun gegas berdiri lagi untuk mengambil ponsel yang dia taruh di atas sofa."Sebentar ya, Pak, Bu, saya angkat telpon dulu," pamit Kinar lalu keluar rumah. Memilih ke teras samping agar tidak ada yang mendengar."Halo, assalamualaikum, Pak Angga," ucap Kinar begitu dia menerima panggilan itu."Waalaikumsalam, Bu Kinar. Maaf saya menghubungi anda. Apa hari ini Bu Kinar nggak ke kantor?" tanya Pak Angga setelah menjawab salam Kinar."Memang kenapa, Pak?" tanya Kinar penasaran."Ini, Bu. Pak Reza tidak mau mengembalikan rekening yang dia gunakan kemarin," jawab Pak Angga.Kinar membuang n

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 42

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 42"Pak Bagas, ada apa?" tanya Kinar setelah mengucap salam."Anda nggak ngantor, Bu?" Pak Bagas justru balik bertanya."Setelah makan siang. Ada urusan mendadak tadi, jadi balik rumah lagi. Tadi Pak Angga menghubungi saya, sekarang anda, ada apa sebenarnya?" tanya Kinar penasaran.Pak Bagas justru terkekeh. Kinar sampai heran dan mengerutkan kening."Kalau nggak penting banget jangan ganggu saya, Pak!" ucap Kinar kesal."Justru anda yang akan menyesal kalau melewatkan drama ini," sahut Pak Bagas dari seberang telpon."Baiklah, setelah ini saya ke kantor," balas Kinar akhirnya mengalah.Kinar menutup telpon setelah tak ada lagi yang harus dibicarakan. Dia memotret sepiring buah mangga di depannya lalu mengirimkan foto itu ke Pak Bagas.[Setidaknya, biarkan saya mengisi tenaga dulu sebelum melihat drama di kantor. Butuh banyak tenaga untuk menghadapi drama yang tidak kunjung usai.]Send. Tak berapa lama centang biru, menandakan pesannya sudah

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 43

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 43"Kamu itu benar-benar nggak tau diri dan nggak tau malu, Mas!" hardik Kinar sudah tak bisa lagi menahan amarahnya.Dia mengusap kasar wajahnya, dengan satu tangan lainnya berkacak pinggang. Kinar benar-benar murka. Entah laki-laki macam apa yang selama ini dia pertahankan itu. Belum kering luka yang ditorehkan, kini justru dengan entengnya menaburi kucuran air jeruk di atas lukanya. Hanya karena Kinar terlihat tegar dan kuat, suaminya justru makin semena-mena."Nggak mungkin aku hanya bawa badan saja ke sana, kan," sahut Reza dengan tak tau malu."Harusnya kamu itu mikir, Mas!" Ujar Kinar penuh penekanan dengan jari telunjuk menekan pelipisnya sendiri. Dia benar-benar geram juga gregetan dengan laki-laki di depannya."Bukannya menyesal, minta maaf, ini malah terus merongrong untuk gundikmu itu. Sudah matikah perasaan dan hatimu, hah? Masih kurang aku sudah membebaskanmu dari masalah tadi, dan kini justru mau merampokku," lanjutnya menggebu

Bab terbaru

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 64

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 64"Papa bisa jelaskan semuanya, Za.""Nggak ada yang perlu dijelaskan pada anak yang sengaja Papa buang," sahut Reza dengan penuh kekecewaan.Reza masih tak menyangka orang tuanya setega itu. Dan bodohnya dia, Tuhan sudah menggantikan dengan Kinar yang teramat baik, tapi justru dia sia-siakan. Rasa menyesal, marah, juga kecewa, berjejalan dalam dadanya."Aku pulang dulu," kata Reza seraya beranjak berdiri."Tak ada tempat bagiku di rumah ini," lanjutnya lagi menatap sinis Papanya.Pak Baskara menggeleng pelan. Menatap Reza dengan tatapan penyesalan. Nyatanya, alih-alih mendapatkan kepuasan, juga apa yang diinginkan, dendamnya justru menghancurkan keluarganya.Reza berjalan gontai keluar dari rumah orang tuanya. Pikirannya kini berkecamuk. Kini, dia benar-benar merasa sendiri. Dibuang orang tuanya, kehilangan anak dan istri yang dengan tulus menerimanya.Terngiang kemba

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 63

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 63"Mas, jangan diam saja. Mbak Kinar sudah menginjak harga diri kita," sungut Niken dengan wajah merah padam, seraya mengguncang lengan Reza.Reza mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar melihat sisi lain dari Kinar yang selama ini tidak pernah dia sangka. Dia hanya bisa membisu, menatap punggung Kinar yang kian menjauh dari tempatnya.Pikiran Reza justru tertuju pada pernyataan Kinar tentang sang papa juga pernikahannya. Apa yang sebenarnya terjadi, dan disembunyikan oleh orang tuanya? Batin Reza penuh terka."Mas!" sentak Niken karena Reza hanya diam saja. Ucapannya seolah angin lalu."Aku bisa apa? Memang fakta, yang dibicarakan Kinar, bukan? Aku bergantung pada Kinar, dan hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan saat ini. Belum tentu di luaran sana aku bisa mendapat pekerjaan. Namaku juga pasti sudah diblacklist dari perusahaan-perusahaan. Aku sudah miskin sekarang, itu fakta

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 62

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 62"Mas ... ngapain, sih?" tanya Niken menghampiri Reza. Dia heran melihat suaminya duduk di kursi teras sambil memijit pelipisnya. Tidak biasanya pulang kerja Reza duduk dulu di teras rumah.Niken yang berdiri di ambang pintu, dengan leluasa melihat amplop coklat berlogo pengadilan agama yang sedang dipegang Reza. Dia menyunggingkan senyum tipis, sedang hatinya bersorak. Apa yang dia inginkan akhirnya akan segera terwujud. Menjadi satu-satunya istri Reza.Reza menoleh dan mendongak, menatap Niken yang sudah berdiri di sampingnya."Pengen duduk aja di sini," jawab Reza sekenanya."Itu apa?" tanya Niken menunjuk amplop di tangan Reza dengan dagunya.Reza menatap amplop cokelat di tangannya."Ini, dari pengadilan," jawab Reza pelan. Tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat, dengan dada penuh sesak.Niken tersenyum miring, lalu bersidekap dada."Bagus dong, jadi seb

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 61

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 61Fitri berjalan tergesa meninggalkan ruangan itu. Bahkan dia sampai menabrak Andre yang berdiri di ambang pintu. Mendadak hatinya cemas. Meski Kinar terlihat baik-baik saja, kenyataannya adalah sebaliknya. Fitri takut Kinar nekad.Halaman belakang jadi tujuan Fitri. Biasanya Kinar senang dengan tempat itu. Namun, bahunya mendadak luruh saat tak mendapati Kinar di sana."Ndre, di sini juga nggak ada!" teriak Fitri.Kepala Andre menyembul dari balik jendela kantor yang memang berhadapan dengan halaman belakang."Emang nggak pamit tadi?""Enggak. Tadi dia bilang mau kerja cepat, biar bisa cepat santai, habis itu ya aku tinggal karena kerjaanku sudah numpuk," jawab Fitri sambil menatap kesekeliling. Saung yang jadi tempat favorit Kinar juga kosong. Fitri bahkan sampai melongok ke bawah kolong saung, barangkali Kinar sembunyi di sana."Kinar bukan anak kecil yang sedang main petak umpet. Mana ada di kolong saung, ck ada-ada saja kamu, Fit," ucap

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 60

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 60Andre duduk bersila di atas sejadah yang dia bentangkan di samping ranjangnya. Melangitkan begitu banyak doa, juga meminta ampun atas segala dosa. Tak lupa nama Kinar selalu terselip dalam doanya, selain Bu Nisa sang bunda, tentu saja. Bukan doa meminta Kinar menjadi jodohnya, tapi meminta agar Kinar selalu dalam lindungan-Nya.Sudah ada beberapa rencana dalam benak yang akan Andre lakukan esok hari. Kini, dia benar-benar ingin ikhlas melepas Kinar dari hatinya. Biarlah semesta yang bekerja. Jika memang berjodoh, suatu saat pasti akan bersatu."Nak, belum tidur?" Kepala Bu Nisa menyembul dari balik pintu yang hanya terbuka separuh.Andre menoleh, lalu tersenyum menatap sang Bunda yang juga tersenyum padanya. Bu Nisa membuka pintu lebih lebar, lalu masuk ke kamar Andre."Bunda, kok belum tidur?" Andre justru balik bertanya. Dia lalu beranjak dari duduknya, melipat sejadah, dan menaruhnya di tempat semula."Belum ngantuk," jawab Bu Nisa sing

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 59

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 59"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, Kinar!"Teriakan Reza membuat Kinar menghentikan langkah kakinya. Dia menghela napas panjang dengan mata terpejam. Selalu saja ada drama jika bertemu dengan suaminya itu. Rasanya dia sudah muak menjalani ini semua. Perlahan Kinar berbalik, dan menatap Reza dengan wajah datar."Itu urusanmu. Urusanku adalah menggugat cerai kamu, Mas. Sudah tidak ada yang bisa diperbaiki dari pernikahan toxic ini. Tunggu saja surat dari pengadilan agama. Aku pastikan kamu tidak bisa berkutik karena semua bukti sudah sangat jelas memberatkanmu," ucap Kinar dengan tenang tanpa ekspresi.Tanpa menunggu balasan dari Reza, Kinar gegas pergi dan sedikit berlari menaiki tangga. Hatinya perih tiap kali melihat Reza. Seakan luka itu sengaja ditaburi garam dan dikucuri air jeruk.Dengan menahan kesal, Reza pergi ke kamar tamu. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Melipat ke dua tangan, dan menjadikannya batalan. Menatap langit-l

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 58

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 58"Aku nggak nyangka kebodohanmu dalam berpikir menerima takdir membuat banyak orang terluka."Ucapan Bu Nisa sontak membuat dada Pak Baskara bergemuruh. Dia mengepalkan tangannya kuat, dan menatap tajam lawan bicaranya itu."Kemana Baskara yang dulu begitu baik? Nyatanya kamu lebih dari seorang iblis hanya gara-gara cinta. Mendadak otakmu tak bekerja, dan semua kepintaranmu hilang karena tak terima dengan takdir yang Tuhan tuliskan. Aku sangat beruntung dan bersyukur pada akhirnya tidak berjodoh denganmu. Tuhan begitu baik menjauhkan aku dari orang berhati buruk sepertimu.""Tutup mulutmu!" sentak Pak Baskara dengan mata merah menatap nyalang Bu Nisa.Andre yang melihat pertengkaran itu sudah melangkahkan kakinya dari tempat persembunyian, tapi Bu Nisa segera memberi kode agar tetap diam di tempat. Bu Nisa tersenyum meremehkan. Ternyata sangat mudah memancing amarah seorang Baskara yang dulu dia kenal begitu baik."Tak perlu marah jika it

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 57

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 57"Andre ijin nggak masuk hari ini."Kinar langsung menoleh, menatap Fitri dengan alis yang hampir bertaut."Tumben nggak kasih kabar ke aku?"Fitri hanya menghendikkan bahu."Aku sudah memutuskan untuk menggugat cerai, Mas Reza."Keputusan itu Kinar ambil setelah dia memikirkan segala dampak baik dan buruknya. Semoga keputusannya itu yang terbaik untuk masa depan putranya juga dirinya."Kamu serius?" tanya Fitri antusias yang diangguki Kinar."Aku menyerahkan semua pada pengacara. Biar cepat selesai dan aku tidak capek. Karena kerjaanku sekarang tiga kali lipat lebih banyak. Di sini, di rumah, di kantor. Dan semua itu gudang masalah."Fitri tertawa lepas mendengar ucapan Kinar. Kabar ini jadi angin segar buatnya. Ikut senang karena Kinar akhirnya memilih tegas."Apa kamu sudah memasukkan gugatan cerainya?"Kinar menggeleng pelan. "Belum, aku baru bilang ini ke kamu. Rencananya besok akan menemui pengacaraku sekalian ke kantor."Kinar menari

  • KINARIAN MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU   bab 56

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU 56"Oh ya, Mas, jangan lupa besok sudah mulai bekerja karena jatah cuti sudah habis. Biasakan berangkat lebih awal, karena semua sudah tidak akan sama lagi," ucap Kinar dengan senyum kemenangan, menatap Reza juga Niken yang justru salah tingkah."Dan kamu, Niken. Banyak-banyak bersyukur, meskipun mimpi kamu sepertinya tidak akan pernah terwujud. Jalani dan nikmati prosesnya, barangkali di kemudian hari akan jadi ratu yang sesungguhnya," lanjutnya menatap Niken dengan senyum meremehkan.Tangan Niken sudah terkepal erat, dengan rahang mengeras. Jika tidak dipegangi Reza mungkin sudah menyerang Kinar. Perempuan itu jika sudah tersulut emosi kadang lupa dengan dirinya, bahkan janin yang ada di rahimnya.Kinar tersenyum menyeringai lalu meninggalkan mereka berdua dengan langkah anggun, tak lupa melambaikan tangan. Meski tak dipungkiri hatinya perih, tapi terlihat menang dan tenang ternyata membuat Niken cukup kepanasan."Lepasin, Mas! Biar ku tamp

DMCA.com Protection Status