Hargai lah dirimu karena yakin lah saat kamu tidak menghargai dirimu sendiri maka jangan harap orang akan menghargai mu.
- Ines - ******* Sejak kejadian itu Ines memutuskan untuk berubah. Tak lagi jujur soal keuangan kepada Adi karena cantik itu bisa asal ada dananya, HP nya dan dari sananya hehe. Dan Ines cantik dari sana nya hanya Adi saja yang tidak bersyukur bisa mendapatkan Ines yang mau menerima Adi apa adanya. Atas perjuangan Ines mencapai target tidak hanya jabatan yang naik tapi gaji Ines juga naik. Dari gaji pokok 7 juta menjadi 10 juta, bahkan bos nya Ines menambahkan 2 juta extra apabila Ines mencapai target bulanan. Adi hanya tau gaji Ines naik dari 7 menjadi 8 juta, ada selisih 2-4 juta perbulannya yang Adi tidak tau. Begitupula bonus, dari yang per 6 bulan sekali sekarang Ines terima bonus per 3 bulan sekali itupun nominalnya hanya 10-15 juta yang diketahui Adi. Padahal yang sebenarnya, IneGenggam sebelum hilang, Jaga sebelum tiada, Hargai saat ada disisi, karena sesuatu yang tak dihargai akan dirindui saat dia pergi.. ******* Percakapan dengan Koko kemarin benar-benar menampar Ines. Masalah rumah tangganya dengan Adi sudah sampai ketelinga orang lain. Selama ini selain ustad Didi yang biasa diminta Ines saran dalam pandangan agama hanya Mimi dan Lian sahabat terdekat Ines yang tau masalahnya. Sebisa mungkin memang Ines menutup hal ini. Bahkan Bapak pun tau nya Ines dan Adi baik-baik saja. Mimi dan Lian pun sebenarnya sering menyarankan Ines untuk berpisah dengan Adi tapi masalahnya tidak semudah itu ada Twins yang harus dipikirkan. " Tau ini Tante, Ines masih aja maunya kerja, padahal setiap bulan selalu aku kasih uang puluhan juta. Dasar dia aja yang terlalu boros.." kata Adi saat kumpul keluarganya. Siang ini kebetulan adik Mamak yang bernama Tante
Jika Suami menyakiti hati Istri berkali-kali, namun masih di maafkan bukan berarti istri takut kehilangan atau sangat mencintai.. Tapi karena ada hal berharga yang dipertahankan, yaitu BUAH HATI - Ines - ***** Bunyi suara mobil terdengar memasuki rumah suara pagar terbuka, memang Ines tidak pernah mengunci pintu pagar hanya di tutup selain lingkungan komplek aman, untuk menuju kerumah pun harus melalui dua kali pemeriksaan, dan apabila diatas jam 11 malam yang bisa masuk hanya orang-orang yang memiliki kartu khusus penghuni. Adi masuk kedalam rumah dan langsung masuk ke kamar. Kebiasaan Adi yang Ines tidak suka dari mana-mana tidak pernah bersih-bersih diri dulu padahal punya anak kecil, untungnya Twins ti
Berdoalah kalian kepada Allah dengan kondisi yakin bahwasannya Allah akan mengabulkan doa kalian. Dan ketahuilah Allah tidak akan mengabulkan doa seseorang yang lalai hatinya. -HR Tirmidzi-*******Senin setelah sekian purnama dinyatakan hari bersejarah untuk Ines, dihari itu Adi sukses membuat happy keluarga Ines. Tidak hanya ditraktir makan, dibelikan kebutuhan pokok. Bapak, Adik-adik Ines, Twins bahkan suster pun kebagian baju & celana baru. Untuk Ines, Adi spesial membelikan satu set perhiasan. Malamnya Adi ikutan menginap dirumah Bapak, biasanya banyak sekali alasannya untuk menolak. Keesokan malamnya lagi-lagi Adi mentraktir Ayam-ayaman ( Daging Burung ), cemilan dan ikut seru-seruan diacara family time keluarga Ines.Setiap menginap dirumah Bapak memang ada satu malam khusus kumpul keluarga, acaranya simpel hanya nonton bersama, main kartu cangkulan yang kalah dicoreti lipstick ditemenin Ayam-ayaman, snack dan minuman ringan.
Orang bodoh kalah dengan orang pintar, orang pintar kalahnya dengan orang beruntung, Makanya kamu harus jadi orang pintar yang beruntung. Mau pintar harus banyak belajar, mau beruntung banyak mendekatkan diri dengan Allah.. - Bapak - ******* 2 bulan lagi Lebaran, Adi semakin sumringah disetiap kesempatan ada saja caranya menyindir Ines soal Mobil. Ingin rasanya Ines mengambil mobil secara kredit, DP nya Ines ada tapi Ines takut kalau cicilannya akan memberatkan. Lagipula mobil itu investasi turun, jadi kalau membeli secara kredit nanti saat lunas dijual karena ada kepentingan harga jual jauh dibawah harga beli. Untuk membeli cash seken tabungan rahasia Ines pun belum mencukupi, lagipula Ines tidak mengerti mesin ngerinya malah da
Subahanalloh, Allah Maha Baik. Sepertinya ini jalan Allah agar Ines bisa punya mobil tanpa harus kredit. Ingin rasanya Ines sujud syukur sekarang juga tapi masih ada bos Fuji. " Selain mobil nanti saya info lagi ya pak, apa aja yang diperlukan untuk keperluan pengurusan importnya. Yang pasti izin-izin nya kita sudah komplit kan ? " " Izin sepertinya sudah, tapi coba kamu pastikan lagi ke Gita. Lalu sekalian info ke dia juga untuk mobil, mau warna apa trus maunya Matik atau Manual. " " Hmm... Ada lagi Nes yang kamu mau tanyakan ?" " Oya pak, ini kan diluar job desk Ines, yang artinya kewajiban saya bertambah lalu apa ada tambahan .." Dengan Bos Fuji, Ines tidak malu-malu apalagi bos Fuji tau kalau Ines tulang
Hari raya pun tiba, selesai solat ied Adi, Ines dan Twins menuju kontrakan Bapak. Biasanya setelah sungkem di rumah Bapak , mereka langsung menuju kerumah Mbah Uti ibunya Bapak diPondok Gede ,selepas dari sana baru lanjut ke Depok untuk berziarah kemakam Ibu dan Yudi terakhir mampir kerumah Nenek, ibu dari alm Ibu yang rumahnya tak jauh dari situ. Dijalan menuju rumah Bapak, Adi tak berhenti-hentinya nyinyir.. " Tuh kan, mana katanya lebaran kali ini kamu ada mobil baru. Lagi-lagi pakai mobilku. Coba deh nanti bilang sama Bapak, dia sama Lily naik motor aja, kalau Cici nga apa-apa ikut kita. Sayang soalnya shockbreaker ku dinaikin segitu banyak orang.." gerutu Adi " Astagfirullah pa, kamu kok gitu banget sama keluarga ku. Mobilnya kan muat, Kamu sama Bapak didepan, aku sama Lily, Cici dan Twins dibelakang. " jelasku sambil melirik kesal ke Adi. " Harusnya dibelakang maksimal cuma 4 orang, ini 5 ora
Setelah mengantar Bapak pulang, Adi mulai lagi. Sepanjang jalan dari rumah Bapak menuju rumah tak berhenti-hentinya Adi bicara. Katanya Ines dan Bapak sok mentang-mentang baru ada mobil. Tidak menghargai Adi lah ini lah itu lah apalagi setelah tau kalau itu mobil Ines. Ines sampai menahan kantuk mendengar semua keluhan Adi. Yang menghina siapa yang dituduh siapa. Benar-benar playing victim sejati. Ines hanya diam sampai.. " Kalau kamu nga menghargai aku, kita pisah aja. " ancamnya. " Kamu ya, ribut dikit bilang pisah. Nga cocok dikit bilang cerei. Kamu itu laki-laki, ucapan Kamu itu TALAK tau. Aku anggap Kamu bodoh nga paham agama, makanya berusaha maklum. Tapi sekali lagi Kamu bilang gitu aku anggap itu TALAK paham kamu.." bentak Ines.
Namaku Ridho, pekerjaanku pengusaha kontraktor. Walau berapa kali ditipu orang salah satunya teman dekatku sendiri hak ku milyaran tidak dibayar, namun aku terbilang cukup sukses. Bahkan sempat dipercaya merenovasi rumah presiden dan wakil presiden. Tapi hidupku berubah 180 derajat setelah istriku meninggal dan aku menikah dengan janda tetangga dekat rumah bernama Ani. Awalnya Ani mengusulkan kepadaku untuk membantu memperbesar cateringnya. Sebelum kami dekat memang dia biasa membuat kue-kue dan masakan untuk dijual di tokonya dipasar. Aku pun menyanggupinya bahkan membantu pemasarannya. Dari yang awalnya dapur di rumah Ani, kami pun mengontrak rumah khusus untuk dapur, melengkapi peralatan catering bahkan menggaji tukang masak padahal saat itu belum ada pesanan khusus, karena lagi dimabuk cinta aku pun iya-iya saja. Untungnya kami mulai mend
[ Sexy mbaa, hapus atau aku kerumahmu sekarang biar aku yang hapus langsung ] ancam Hadi. Belum sempat Ines membalas, Hana dan Hani berteriak ribut memanggil Ines. Kali ini mereka rebutan kardus bebek, tidak ada yang mau mengalah diantara mereka. Ini dinamika nya punya anak kembar, kalau mainan sudah jelas masing-masing akan dibelikan sama, begitu juga baju atau sepatu. Tapi kadang Twins suka random rebutannya. Rebutan sapu biru, baskom sayur dan yang sekarang ini rebutan dus yang bergambar bebek, tidak mungkin kan barang-barang seperti itu Ines harus sediakan masing-masing dua. " Sust, semalam kan saya bawa dua dus, kasih saja masing-masing satu. " perintah Ines ke suster Emy. " Dan kalian, kalau masih ribut terus, nanti mama
" Meja 5 kak, jadi berapa ? " tanya Ines saat tiba di depan kasir, setelah dari tadi mengantri. Terdengar bunyi suara print nota dicetak, " Dicek lagi bu, sudah sesuai belum ? " tanya balik kak kasir. Ines mengambil nota tsb dan mengeceknya, " Loh, ini kok ada bebek 2 ekor mba ? " ucap Ines heran sambil menunjukan nota. " Iya bu, tolong tunggu sebentar, lagi disiapkan. " Ines melihat ke Hadi dan meminta Hadi mendekat. " Kamu pesan take away bebek 2 ekor ? " tanya Ines setelah Hadi ikutan berdiri didepan kasir. " Iya
" Udah masa lalu maksudnya ? kalian sudah pisah mba ? " ujar Hadi harap-harap cemas. Entah kenapa perkataan Ines tadi menyala-kan asa didalam dadanya. " Memang pisah kan mas, aku disini dia di Sulawesi. " jawab Ines ambigu. Lagi-lagi Ines tidak mau memberikan harapan kepada Hadi. Rumah tangganya dengan Adi memang sudah berakhir tapi tidak dengan rumah tangga Hadi kan monolog Ines didalam hati. " Maksudnya ku pisah, cerai gitu mba ? Bukan pisah jarak. " " Hmm---- " Ines sengaja mengantung pertanyaan Hadi, dan kali ini sepertinya semesta mendukungnya. Karena tiba-tiba pelayan datang, membawakan air putih hangat pesanan Ines. Kesempatan ini dipergunakan Ines untuk izin ke toilet. Lima menit berlalu dengan cepatnya, tapi Ines belum keluar ju
" Ngga mas, Yudi kecelakaan, ditabrak metromini. " Ines menunduk sedih selepas menjawab pertanyaan. " Ya Allah Yudi. Dimana kejadiannya mba ? " Ines bisa menangkap raut kaget Hadi mendengar kabar itu. " Di Kali Malang mas, dulu kan belum ada pembatas tuh, nah kebetulan metromini itu masuk kejalurnya Yudi. Jadilah, adu banteng antara motor dan metromini, ya wis selesailah, metromini kok dilawan. " kelekar Ines ironi. Dipandangi wajah Ines tajam, ciri khas Ines, menyembunyikan kesedihan dengan sifat cerianya. " Kalau Bapak gimana sehat kan ? kegiatannya apa sekarang ? " Hadi mengalihkan pembicaraan, tak tahan rasanya melihat wajah sendu Ines saat membalas Yudi.
" Maaf Mas, lama ya... " ucap Ines memasuki mobil Hadi. Akhirnya Ines setuju untuk bertemu. Hadi yang menawarkan menjemput Ines dikantor, saat jam pulang kerja, hanya bisa pasrah untuk menunggu karena Ines ada meeting dadakan. " Ya Allah mba, udah disuruh nunggu 10 tahun eh masih disuruh nunggu lagi hampir satu jam-an " canda Hadi ambigu saat melihat Ines. " Halah mas, nunggu kok punya anak bojo itu piye.. " balas Ines tak mau kalah. Hadi tersenyum sedih, tidak membalas lagi kata-kata Ines tapi diulurkan tangannya kearah perempuan itu. Melihat hal ini, walau kaget Ines menyambut tangan Hadi lalu menyiumnya dengan khidmat. Biarlah toh bagaimanapun Hadi lebih tua pikir Ines.
Sudah hampir satu minggu ini Hadi tidak bisa menghubungi Ines. Ditelpon kerumah ataupun kekantor jawabnya selalu sama tidak ada. Handphone Ines sendiri juga tidak aktif. Ingin mendatangi Ines tapi pekerjaan dikantor tidak ada habisnya dan tidak hanya itu Hadi juga merasa badannya kurang sehat. Tak putus asa, kali ini dikirimkan pesan ke Ines. [ Mba, aku sakit. Temenin aku ke dokter mau ? ] send. [ Kamu sakit apa mas ? Mau ke dokter mana ? ] Trunk Trunk .. bunyi pesan berbunyi. Hadi yang tadinya sudah tidak semangat, tersenyum lebar membaca pesan dari Ines. Ditelponnya pujaan hatinya itu.
" Iih-- " ucapnya sambil mencubit pinggangku. Aku tertawa lepas, belagak kesakitan. Mba Genduk-ku , mau berapapun anak aku terima, selama itu darimu monologku dalam hati. " Mba, ini kamu pegang ya ... " ucapku lalu menyerahkan kartu ATM kepadanya. " Isinya belum banyak, baru mau 50 juta, tapi insha Allah nanti tiap bulan aku tambah. Nanti kita cari rumah sama-sama. " " Loh, kok kasih aku mas. Nanti kalau aku pakai gimana ? atau aku bawa kabur hehe " candanya. " Ya bawa kaburnya sekalian yang punya tho. " sambil ku kedipkan mata. " Iih, dasar. Tapi serius mas, jangan deh. Uang itu sensitif, udah kamu pegang saja. " tolak Ines lagi. Ah, Ines kalau kemarin aku dengarkan kata orang dan tak berani mendekati mu, aku ngga akan tahu kalau kamu jauh dari kata matre dan berat di ongkos.
Ines Dewita, nama yang tidak pernah hilang dalam hati dan pikiranku. Sosoknya yang cantik, periang dan juga pintar melekat erat tak bisa pergi. Kedekatan kami yang awalnya hanya dianggap teman olehnya berubah saat ibunya meninggal. Aku yang apa adanya akhirnya berhasil menarik perhatian Ines. Hal ini terjadi setelah aku membelikan adiknya yang bernama Cici boneka Teletubbies Lala. Saat aku menyerahkan boneka itu, Ines menatapku lekat dan haru. " Makasih ya Mas. Aku belum sempat belinya. Eh kamu udah beliin. " senang sepertinya Ines, padahal aku pernah memberinya tas yang tidak akan diterimanya kalau tidak ku paksa. " Sama-sama mba. Kemarin aku pas lewat, lihat boneka ini, eh inget Cici kan dari kemarin aku denger dia merengek terus. " Jujur aku kasihan dengan Cici, anak itu masih berumur tiga tahun saa
Tapi semenjak kedekatannya yang mulai intens dengan Hadi, apalagi sudah mencari rumah bersama. Ines menjaga jarak dengan semua pengagumnya. Walau Hadi tidak pernah menyatakan cinta, tapi perhatian dan pembicaraan mereka sudah serius. Selain mencari rumah bersama, Hadi juga menitipkan atm tabungannya ke Ines. " Aku juga lagi deket sama perempuan lain .. " ucap Hadi. Ines yang kaget mengurai pelukan mereka lalu menatap tajam Hadi. " Maksudnya mas ? " Sesak rasanya hati Ines. Ines tidak habis pikir dengan kata-kata Hadi barusan. Jadi dianggap apa hubungan mereka selama ini batin Ines sedih. " Ya, aku juga lagi deket sama temen kantor. " Hadi menegaskan. Kepala Ines mulai terasa pusing, dadanya sesak. Ines teringat pembicaraan dengan tante Telly, saat dia menanyakan kedekatannya dengan Hadi. " Kalau or