Share

KERIS MAN
KERIS MAN
Penulis: Cahyo Sumarsongko

1

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-23 16:46:32

Pahala besar melekat pada tindakan yang melindungi orang-orang di muka bumi ini. 

(Mahabharata) 

Jadi superhero itu sulit. Kalau ada yang bilang mudah, berarti ia belum pernah jadi superhero. 

Dan kesulitan itu semakin bertambah saja di jaman ini. Jaman serba canggih, namun serba sulit. 

Salah-satu kesulitannya adalah; orang-orang semakin pintar. Banyak akal dan keinginan. Ada-ada saja kelakuannya setiap hari. Membikin susah untuk membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. 

Dulu penjahat mudah dikenali. Bertampang seram, kostum menakutkan, suara garang dan suka tertawa terbahak-bahak. 

Sekarang, penjahat nampak seperti orang baik-baik. Bahkan kadang mirip superhero. Itu yang membuat manusia semakin terhimpit dalam kesulitan. 

Kian hari, kian banyak kejahatan terjadi. Membuat superhero semakin banyak dibutuhkan. 

Alhasil, muncul beragam superhero dengan berbagai kekuatan dan latar belakang. Salah-satunya aku. Keris Man; Manusia Keris!

Akan kuceritakan bagaimana perjalanan hidupku sebagai superhero di jaman yang tak menentu ini. Jaman dimana orang waras hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala dan orang jahat bersuka cita. 

Setiap pagi, seperti biasa; aku bangun, mandi, gosok gigi, dan keluar dari rumah kos. Sedikit pemanasan dan peregangan agar tubuh siap untuk menghadapi penjahat. 

Yah, meskipun seorang superhero, namun aku masih tinggal indekos di kota besar ini. Rumah kos biasa, tak mewah. 

Mungkin hanya aku (atau entah jika ada superhero lain) yang tinggal indekos. Kebanyakan superhero menyembunyikan kehidupan pribadi mereka. 

Teman-teman kos kebanyakan belum bangun. Hanya Tomo, seorang mahasiswa yang sudah bangun dan mengurusi sepeda motor skuternya. 

Kamar-kamar kos terletak agak terpisah di samping rumah utama. Dan di antaranya terdapat halaman kecil untuk menjemur cucian. 

Dinda, anak ibu kos, kelas dua SMP, terlihat menyiapkan baju-baju mereka untuk dicuci. 

"Pagi Din," sapaku, "Wah, rajin amat, pagi-pagi udah mau nyuci!"

"Hehe, iya dong Mas! Aku kan anak baik! Mau berangkat Mas?"

"Iya nih."

Aku berangkat cukup pagi. Siapa tahu ada yang membutuhkan superhero pagi-pagi. Kejahatan kadang tak kenal waktu. 

Ibu pemilik kos menyapaku saat ia sedang menyapu halaman depan rumah. Seorang janda yang cukup cantik dan baik hati. Kadang ia memberiku mangga, jambu, rambutan atau buah-buahan lainnya jika berlebih. 

"Hari Minggu tetap berangkat, Mas Kris?" sapanya manis. 

"Iya Bu. Seperti biasa."

"Sekali-kali minta libur, Mas! Jangan terforsir kerja, nanti nggak dapat-dapat cewek! Haha. Sudah sarapan belum, Mas?" 

"Nanti saja, Bu."

"Yah, hati-hati, Mas!"

Akupun segera berangkat. Yang orang-orang ketahui, aku bekerja di sebuah warung kopi. Namun itu hanya untuk samaran saja.

Aku berangkat kerja dengan berjalan kaki. Tujuanku untuk memberi contoh pada orang-orang di negeri ini. Mereka kemana-mana naik sepeda motor. Kalau tak punya sepeda motor, ojek online kini semakin mudah didapat. Sangat memanjakan manusia. 

Aku khawatir dengan kesehatan mereka dalam jangka panjang. Mereka kurang bergerak. 

Sebenarnya aku juga ingin menaiki mobil bagus dan tinggal di rumah mewah seperti Bruce Wayne. Namun tidak semua superhero adalah anak orang kaya. 

Keluargaku miskin. Tinggal di suatu desa di Jawa Tengah. Dan aku harus mengumpulkan sebagian gajiku untuk mereka. Karena itulah, aku masih tinggal indekos dan tak punya sepeda motor! 

Kulihat orang-orang mulai sibuk di jalanan. Tidak terlalu ramai. Biasanya anak-anak sekolah dan orang kantoran bangun siang di hari libur begini. Balas dendam atas ketatnya peraturan di hari kerja. 

Hanya beberapa orang yang hilir mudik di jalanan untuk melakukan aktivitas Minggu-nya. Sebagian berlari pagi atau bersepeda.

Orang di negeri ini tak terbiasa naik sepeda untuk bekerja. Hanya untuk olahraga dan ikut-ikutan trend saja. Ini negara tropis yang cukup panas. Bersepeda ke tempat kerja terlalu banyak mengeluarkan keringat. Lain dari negara sub tropis. 

Dan mereka juga tidak terbiasa untuk berjalan kaki. Selain trotoar yang tak nyaman, banyak terjadi kejahatan jalanan. Yang akhir-akhir ini marak adalah jambret ponsel dan 'begal payudara'. Orang meremas dada wanita yang berdiri di pinggir jalan, lalu melesat pergi dengan sepeda motornya. Ada-ada saja!

Itulah kenapa banyak orang lebih memilih naik kendaraan bermotor. Membuat polusi dan kemacetan di kota besar begini semakin susah diatasi. 

Di sepanjang perjalanan, tak ada orang yang mengenaliku. Lelaki desa dan kampungan ini. 

Tampang biasa saja. Postur juga biasa. Penampilan, apa lagi! Cuma memakai kemeja dan celana panjang murahan. Mirip pengangguran yang sedang mencari pekerjaan. 

Yah, tak ada yang mengenali lelaki lajang berumur tiga puluh tahun ini, Krismantoro. 

"Krismantoro!" sapa Pak Yono, si pemilik warung kopi saat aku masuk ke kedainya, "Datang agak telat, seperti biasanya! Kenapa tak pernah seperti Jago Man? Dia datang selalu pagi!"

Yah, inilah warung kopi yang orang sangka tempatku bekerja. Hanya kedai biasa di pinggir jalan. Tepat di depan sebuah gedung mangkrak yang tak beres-beres pembangunannya. 

"Yuhuu, Kris!" sapa Jago Man membaca koran di pojok warung.

"Masih aja kau baca koran di jaman ini?" balasku pada manusia ayam itu. 

"Kadang kau bisa menemukan hal yang tak ada di internet di sini!" jawabnya. 

"Seperti?"

"Cerpen! Atau kartun menggelitik."

"Dia kemari sambil berkokok membangunkan orang!" kelakar Pak Yono, "Sangat klasik, ayam jantan! Sarapan, Kris?"

"Yah." jawabku.

"Nasi orak-arik dan kopi hitam?"

"Yah, seperti biasa, Pak!"

"Ingat petuah orang tua, Kris?!" ledek Jago Man lagi, "Bangun siang membuat rezekimu hilang dipatuk ayam! Haha!"

"Yah, tapi ayam sehabis senja sudah tidur!" jawabku, "Tak heran mereka bisa bangun pagi!" 

"Itu karena mereka rabun senja!" sahut Anginia membelaku. Ia duduk di sudut lain warung.

"Jangan meledek tentang rabun senja!" balas Jago Man kesal, "Itu seperti menghina umat kami!"

Anginia hanya tertawa. 

"Lagipula kau kemari naik sepeda motor!" keluhku lagi pada Jago Man, "Aku berjalan kaki, biar sehat!"

"Bilang saja kau tak mampu beli motor!" balasnya tertawa. 

"Kenapa kau tak ambil kredit motor atau beli second saja, Kris?" tanya Gajah Man, "Siapa yang tak butuh motor sekarang ini?"

"Keluargaku di kampung butuh banyak uang," jawabku, "Aku punya tiga orang adik. Dan yang tertua mau masuk kuliah. Aku harus membantu mereka. Orangtuaku hanya petani biasa."

"Yah, kehidupan makin sulit memang," balas Gajah Man, "Apalagi gaji kita di sini tak menentu! Untung aku mewarisi sepeda motor gede dari ayahku."

"Yah, semakin sulit!" jawabku layu, "Andai saja ada kuliah second! Bisa lebih murah! Kuliah sekarang harus bayar uang kuliah tunggal! Tak bisa dicicil!"

"Yah, padahal sepeda motor dan ponsel aja bisa dicicil!" sahut Anginia, "Entah bagaimana pemerintah dan institusi pendidikan mengambil kebijakan?! Membuat orang lebih memilih ambil kredit motor daripada kuliah!"

"Yah, yah," sambung Gajah Man, "Membuat tingkat kaum terpelajar menurun dan kejahatan meningkat!"

"Kadang kejahatan besar justru datang dari orang terpelajar," sahut Cahayani, superhero dengan kekuatan cahaya yang duduk tak jauh dari Anginia, "Sudah lihat berita terbaru, Kris?" tanyanya padaku. 

"Apa?"

"Ulah gerombolan Kerbau Merah," jawabnya, "Mereka merampok toko emas semalam!"

"Kerbau Merah?" balasku terkejut, "Bukankah mereka hanya desas-desus? Tak ada di dunia nyata!"

Bab terkait

  • KERIS MAN   2

    "Dari mereka yang tertangkap," sahut Gajah Man, "mengaku sebagai anggota kriminal Kerbau Merah!" "Mereka bahkan memiliki tattoo organisasi itu," imbuh Cahayani, "Lihat beritanya!" Cahayani memencet remote control televisi pintar di warung kopi dan memutarkan berita tentang kriminal Kerbau Merah. Nasi orak-arik dan kopi hitam telah dihidangkan oleh Pak Yono. Istrinya yang memasak di belakang. "Ahh, kelompok Kerbau Merah," gerutu Pak Yono, "mereka sadis. Tak segan untuk membunuh orang!" "Lihat tattoo-nya!" ujar Cahayani. Kulihat mereka memang memiliki tattoo berbentuk kerbau merah di lengan atau leher. "Siapa yang menangkap mereka?" tanyaku. "Para superhero dari aplikasi sebelah." Jawab Cahayani. "Ahh, mereka lagi!" keluh Gajah Man. "Kita semakin tertinggal dari mereka," Imbuh Anginia, "Mereka lebih canggih dan terlatih." "Kudengar mereka dilatih dan diberi berbagai fasilitas dari perusahaan." Susul Jago Man. "Yah, tidak seperti kita!" keluh Gajah Man, "Dan parahny

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • KERIS MAN   3

    Superhero berpostur gagah dan besar itupun terbang lagi dan memadamkan api dengan meniupkan udara dingin dari mulutnya. Dan tak butuh waktu lama, seluruh api padam. Semua orang bertepuk tangan."Terimakasih!" seru warga, "Kau memang superhero sejati!"Si wanita tua pun turut senang, lalu menatapku marah dan memberiku penilaian 'bintang satu' pada aplikasi."Lambat, payah! Tak pantas jadi superhero!" tulisnya sebagai ulasan.Ahh, dasar wanita itu!"Jangan berkecil hati, Keris Man!" hibur High Quality Man menghampiriku setelah berhasil memadamkan api, "Aku hanya menjalankan tugasku. Kau harap kau juga bisa menjalankan tugasmu dengan baik. Mau tumpangan pulang?""Tidak! Aku bisa naik ojek!""Oke, bye!" jawab superhero itu segera terbang pergi."Aku kasih 'bintang lima'!" seru warga yang memesannya.Huh, aku segera pergi dari sana dengan perasaan kesal. Ini 'bintang satu' untuk kesekian kalinya yang k

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • KERIS MAN   4

    Dasar anak sekarang! Akupun terpaksa menunjukkan kekuatan superku. Dari dalam dadaku, muncul keris gaib yang bersinar terang. Orang-orang menutup mata karena silau. "Keris sakti api!" ujarku memamerkan kekuatan panas dari keris dan tubuhku. Lalu kekuatan air yang menimbulkan hawa dingin dan kekuatan angin. Kukurangi kadar kekuatannya agar tak membahayakan orang-orang atau gedung ini. Segera kumasukkan lagi kekuatan sakti ke dalam tubuhku setelah semua terpana. "Kereenn!" seru anak-anak bertepuk tangan. Gadis kecil tadi memberiku dua jempol tangan, "Top! Hebat!" Ibunya tersenyum manis dan turut bertepuk tangan. Tiba-tiba terdengar jeritan seorang wanita dari luar. "Lihat, ada orang butuh pertolongan!" seru salah seorang melongok ke luar jendela. Kulihat ponsel, tak ada pesanan di aplikasi. "Dia butuh pertolongan!" seru yang lain. Kulongok

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • KERIS MAN   5

    "Tak bisa tidur?" tanyaku terbangun."Entahlah!" jawabnya sayu."Tenanglah, biar kujaga! Sana, tidur!""Tidak, bukan itu. Aku hanya merasa kau melakukan banyak hal untukku. Baru kali ini ada orang seperti itu."Kudengarkan curahan hatinya. "Saat ayahku bangkrut, aku minta bantuan pada saudara-saudara dan teman. Tapi tak ada yang bisa menolong.""Aku," lanjutnya tak diteruskan."Tenanglah Selly, aku yakin kamu bisa menemukan jalan keluar. Kamu pintar!""Terimakasih banyak telah menolongku. Kalau tidak, aku pasti sudah diperkosa atau mati! Atau dijual jadi pelacur! Tak terbayangkan bagaimana nasibku!""Tak perlu dirisaukan. Sudah tugasku! Kau sudah aman!""Aku bahkan tak memanggilmu pakai aplikasi!" lanjutnya menatap wajahku dalam, "Kau tak dibayar telah menolongku. Bahkan untuk menjagaku begini juga!""Tenanglah, tak masalah bagiku, Sel!""Tidak, aku ingin membayarnya," bisiknya lal

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • KERIS MAN   6

    "Bapak melacak lokasi ponselku?" "Tentu saja, Geeglo saja bisa, kenapa kami tidak? Semua orang sekarang bisa melacak lokasi ponsel!" Aku lagi-lagi hanya bisa menghela nafas. Betapa rapuhnya privasi orang di jaman modern ini. "Kau sudah tak profesional, Kris!" lanjutnya, "Aku sudah mmemperingatkamu berkali-kali. Ini bintang satu-mu yang kesekian kalinya. Mempengaruhi pamor perusahaan kita. Semakin tertinggal dari pesaing. Lihat aplikasi sebelah! Makin melejit dengan High Quality Man sebagai andalan." "Yah, apa yang harus kukatakan, Pak? Kadang ada hal-hal yang tak bisa diselesaikan oleh superhero." Ia terdiam. Tubuh pendek dan agak gembulnya terlihat lucu memendam amarah. Wajahnya terkesan lebih mirip komedian daripada direktur. Namun kegalakannya melebihi debt collector. "Dan kadang ada hal penting yang harus kami selamatkan!" lanjutku. "Apa? Cinta, perasaan? Melebihi keselamatan kawan-kawan dan perusahaan?!" "Maaf, aku benar-benar tak tahu kejadian semalam, Pak." "Ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • KERIS MAN   7

    "A, aku tak bisa menunjukkannya.""Huh, bawa dia!" perintahnya pada para polisi yang lain."Tunggu!" tolakku mundur."Lepaskan dia, komandan!" seru seseorang mendekat."Siapa kau?!" tanya polisi tadi."Intelejen pusat," jawab orang yang berpakaian jas hitam itu menunjukkan kartu identitasnya, "Kasus ini biar kami tangani!""Intelejen? Huh!"Para polisi meninggalkan kami. Dan orang intelejen itu membawaku keluar dari garis polisi menuju sebuah mobil di pinggir jalan."Apa yang terjadi Kris?" tanyanya menghela nafas."Kau tahu aku?""Yah, kami badan yang bertugas mengawasi para superhero online. Kami tahu siapa kau, Keris Man.""Ah, syukurlah.""Namaku Rahmat. Apa yang terjadi?""Saat aku kemari, ibu kos dibunuh orang.""Sepertinya ada yang mengetahui tempat persembunyianmu. Tempat mangkal kalian, warung kopi, juga diserang bukan?""Y

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • KERIS MAN   8

    Aku kembali untuk menemui Selly. Ia sudah menunggu di depan kantor. Semoga para debt collector tak memburunya."Hai," sapaku, "gimana?""Hmm, tak diterima." jawabnya lesu."Nggak papa, bisa cari yang lain.""Susah cari kerja sekarang. Yang dibutuhkan kebanyakan hanyalah penjaga minimarket dan sales girl. Atau reseller online.""Kenapa tak coba?""Mana bisa kerja disitu mendapatkan satu milyar untuk bayar hutang? Bahkan jadi manajer pun belum tentu bisa.""Yah, kita hidup di negara dengan tingkat gaji yang sangat kecil dibandingkan negara-negara lain.""Iya, makanya banyak orang berhutang."Kami pun beranjak pulang. "Yah, negara saja banyak hutang," sahutku berjalan di sampingnya, "Apalagi rakyatnya.""Kau kan tak punya hutang?!""Aku berhutang pada teman-temanku. Juga pada Pak Yono, istrinya dan ibu kos. Kematian mereka harus kubalaskan.""Jangan terlalu mendendam, Kris! Nanti kau jadi pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • KERIS MAN   9

    Aku berusaha menolong Selly. Satu orang yang mengekang tangannya kuserang. Si wanita berusaha menghadangku, namun berhasil kuatasi. Kudorong tubuhnya dengan bahuku. Dua orang lelaki yang lain hendak menyerangku pula. Dapat kutangkis dan kuhajar dengan pukulan dan tendangan hingga tersungkur.Si pengekang Selly kutarik tangannya kucekik lehernya. Ia melepaskan tangkapannya dan menghadapiku. Dapat kuatasi dengan mudah dan kusungkurkan. Kugenggam tangan Selly dan menjauh. Kelimanya terus maju dan mengepung kami. "Kalian yang menyerang teman-teman dan ibu kos-ku?!" tanyaku geram, "Apa mau kalian?!""Haha, teman-temanmu cukup tangguh," jawab si badan besar, "tapi bukan tandinganku! Ibu kos-mu juga cukup cantik! Haha!""Kenapa kalian membunuhnya?!" balasku, "Kenapa menyerang teman-temanku?!""Kami ingin menghabisi semua superhero! Haha!""Kenapa?! Siapa sebenarnya kalian?!""Gampang, karena kalian selalu menghalangi kami! Kami dari kelompok Kerbau Merah!"Si badan besar menyerangku lagi d

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18

Bab terbaru

  • KERIS MAN   119

    Kucium mesra pipi Cahayani. Begitu lembut dan hangat. Aroma tubuhnya pun segar. Sahabatku itu terdiam memejamkan mata. Seolah menikmati ciumanku. Aku lalu beralih pada Anginia. Kucium lembut bibirnya. Kueratkan dekapan untuk menikmati kehangatannya. Dua superhero cantik ini. Tak kalah cantik dengan ketiga istriku. Kuciumi bergantian pipi halus mereka. Tak ada protes ataupun keberatan. Anginia kemudian memandangi bibirku. Aku sudah hafal gairah wanita macam begini. Segera saja kukecup bibirnya. Ia pun membalasnya dengan hangat. Bibir yang begitu manis dan lembut. Sepadan dengan pesona dan keanggunannya. Kukencangkan ciuman, dan ia pun makin ganas melumat-lumat bibirku. Kenikmatan sabahat yang luar biasa! "Kau pencium yang hebat!" puji Anginia selepas ciuman sambil memandangiku dalam, "Tak heran punya tiga istri!" Aku tersenyum dan mengecupi bibirnya. Lalu beralih pada Cahayani di sisi lain. Superhero cantik itu terdiam dengan nafas memberat. Kupandangi wajahnya

  • KERIS MAN   118

    Sistem informasi kantor lama ini belum secanggih kantor baruku. Untuk melacak keberadaan Gajah Man dan Jago Man pun kesulitan. "Mereka tak bisa ditemukan!" ungkap beberapa staf pegawai. "Alat pelacak kita?" tanya mantan bos "Tak terdeteksi Pak!" jawab staf yang lain. "Bagaimana bisa?!" "Entahlah Bos," "Alat komunikasi radio bagaimana?" tanya mantan bos kian resah. "Tak bisa juga!" "Coba pantau lewat media sosial dan live!" "Baik!" jawab beberapa staf pegawai yang segera memperhatikan berbagai media sosial dan siaran televisi. Kami tunggu beberapa saat. Berharap menemukan petunjuk dimana Gajah Man dan Jago Man berada. "Tak ada tanda-tanda atau liputan tentang mereka!" ungkap beberapa staf. Bos nampak kian kebingungan. "Sebaiknya kalian sementara berlindung ke kantor kami," pintaku pada Anginia dan Cahayani. "Mereka superhero-ku, Kris!" sahut mantan bos, "Biar mereka tetap dalam perlindungan kami!" "Tapi kalian tak punya sistem keamanan memadai!" balasku.

  • KERIS MAN   117

    Mereka terus maju dan berusaha menyerang kami. Segera saja kami balas untuk mengalahkan mereka. Aku dan High Quality Man menghadapi empat orang. Sementara Anginia dan Cahayani menghadapi dua yang lain. Lagi-lagi musuh yang cukup kuat. Kami harus bersiaga dan waspada. Pukulan-pukulan mereka cukup kuat dan cepat. Kami tangkis dan hindari sebagian. Berusaha kami balas serangan mereka dengan pukulan-pukulan kami. Namun nampaknya tak membuat luka berarti. Pukulan-pukulan mereka memiliki kekuatan bagai kerbau. Kadang kuat seperti gajah. Sebisa mungkin kami halau atau hindari. Satu pukulan kutangkis, dan kekuatannya cukup membuatku terhempas mundur. Lawan High Quality Man pun demikian. Kekuatannya cukup besar untuk dilawan. Untung saja sahabatku itu memiliki postur yang cukup besar untuk menanganinya. Mereka juga menggunakan serudukan dan serangan-serangan lutut yang cukup merepotkan. Benar-benar mirip kerbau atau gajah. Kami sedikit kewalahan menghadapi mereka. Kukerahka

  • KERIS MAN   116

    Kucumbui dan kugumuli tiga wanita menawan itu. Meredakan ketegangan dan kelelahan. Kuelus dan kuraba ketiganya penuh kasih dan hasrat. Ciuman pun mendarat di manapun gairah ini menggelora. Leher perempuan muda yang begitu menggoda untuk diciumi dan dicumbui. Lalu berlanjut ke pundak, bahu dan dada mereka. Tak tahan lagi, segera kami raih kehangatan asmara dengan ganas. Tiga istri yang menjadi sumber kebahagiaanku hingga puas. Sesuai menikmati asmara, kami pun menjalani malam untuk beristirahat. Semoga para penjahat juga beristirahat. Pagi harinya, kami jalani hari masih dalam keresahan. Masih berusaha keras menemukan teman-teman kami yang diculik. Bos memutuskan untuk melapor pada polisi. Tak lama kemudian para petugas pun datang. Dipimpin oleh seorang reserse yang terlihat cukup berpangkat. Kami paparkan segala kejadian. Termasuk memperlihatkan alat bukti rekaman kamera pengawas. "Cukup parah," gumam pemimpin aparat yang datang itu, "Baiklah, akan kami catat. Akan ka

  • KERIS MAN   115

    Aku pun kembali ke kantor. Teman-teman menanyaiku. "Bagaimana Kris?' "Aku sudah bicara dengan mereka," jawabku, "Sebagian mau offline, sebagian tidak. Tapi tetap waspada." "Yah, kucek, Anginia dan Cahayani offline," balas Dina, "Sedangkan Gajah Man dan Jago Man tetap online." "Yah, begitulah," jawabku. "Jadi kita sekarang baby sitter perusahaan sebelah?" seloroh Dina. "Yah, barangkali." "Sebaiknya kalian beristirahat!" perintah Dina pada kami, "Biar kantor dibersihkan dan diamankan ulang!" "Yah," jawabku, "Kau juga, beristirahatlah Din!" "Yah," Aku masuk ke kamar bersama tiga istriku. Begitu juga High Quality Man yang kembali ke kamarnya. Aku mandi di kamar dan segera beristirahat. Tirtasari dan si kembar melayaniku. Menghilangkan makanan dan kami santap bersama. Kami menikmati hidangan nikmat itu di meja makan kamar. "Kemana mereka menculik teman-teman?!" kesah Tirtasari. "Tenang saja, kita pasti akan menemukan mereka!" jawabku. "Yah, semoga." Seusai makan,

  • KERIS MAN   114

    Kuikuti Anginia mengembalikan tas yang dicopet kepada pemiliknya. Ia melesat terbang rendah. Kupacu ringan Motokris di belakangnya. Ibu itu berterima kasih banyak pada Anginia. "Terimakasih, aku habis mengambil uang di bank," ucapnya, "Ini sebagai ucapan terimakasih!" lanjutnya menyerahkan beberapa lembar uang dari tasnya kepada Anginia. "Sama-sama Bu," jawab Anginia, "Ibu yang memesan lewat aplikasi?" "Bukan! Ponselku ada di dalam tas." "Saya yang memesan lewat aplikasi," papar seorang wanita muda tak jauh dari situ. "Jangan khawatir, Bu," ungkapnya pada sang korban, "Sudah kubayar lewat aplikasi." "Ah, terimakasih!" balas sang ibu menyerahkan uang pada wanita itu, "Ini untuk gantinya!" "Ah, tidak usah Bu!" balas sang wanita, "Murah saja kok pesannya! Tidak perlu diganti!" "Kau tak mau dibayar!" balas Sang Ibu, "Superhero ini juga tak mau dibayar! Lalu aku harus bagaimana?!" "Jangan pikirkan, Bu," jawab Anginia tersenyum, "Saya sudah dapat gaji dari perusahaan! Tak

  • KERIS MAN   113

    Yah, kami kembali kebingungan untuk mencari teman-teman kami. Ternyata truk itu bukan termasuk bagian dari komplotan Kerbau Merah. Sopir truk dikembalikan pada kendaraannya oleh pegawai kantor. Diberi uang kompensasi atas apa yang telah kami lakukan. "Bagaimana kita mencari teman-teman?" tanya High Quality Man. "Entahlah," jawab Dina, "Pelacakan dari laptop itu belum berhasil?" tanyaku. Kami pun kembali ke ruang kontrol dan menanyakan pada para pegawai IT, "Bagaimana?" tanya Dina, "Ada perkembangan?!" "Susah!" jawab salah satu dari mereka. "Ini memakai teknologi tinggi yang susah diretas," imbuh yang lain, "Sepertinya memakai ahli IT yang tak main-main. Sulit ditundukkan!" "Coba terus!* perintah Dina. *Hei, lihat!* ungkap salah seorang pegawai IT, "Ada sesuatu!* Kami amati layar laptop yang telah disambungkan ke sebuah layar kantor yang cukup besar. Program itu memunculkan nama-nama baru. Gajah Man, Jago Man, Anginia, Cahayani. "Astaga, mereka teman-temanku!* gum

  • KERIS MAN   112

    "Belum," jawab para pegawai, "Kami coba lacak dari beberapa kamera cctv yang dapat kita akses! Tapi butuh waktu lama!" "Teruskan!" perintah Dina. "Kami menemukan sesuatu," ungkap salah seorang petugas IT yang memeriksa laptop, "Lihat!" Kami bergegas menuju ke meja pegawai ahli IT yang memeriksa laptop. Terlihat progam di layar laptop seperti yang kami dapati kemarin. Hanya saja sekarang tertulis; Elistrik, Buaya Budiman, Manusia Elang serta para superhero perusahaan yang lain "Nama mereka dicentang," ungkap Tirtasari, "Mungkin menunjukkan korban yang berhasil mereka culik!" "Astaga!" kesah Dina. "Apa maksud semua ini?!* tanya High Quality Man, "Target mereka berubah?! Semula para superhero yang lain tidak ada dalam daftar!" "Entahlah," jawabku, "Apakah sebelumnya hanya mengecoh kita?! Atau memang menyesuaikan dengan apa yang ada?!" "Mereka sengaja memancing kita keluar?!" tanya High Quality Man. "Barangkali?" jawabku. "Kami dapati sesuatu," ungkap pegawai IT yang lain, "Mere

  • KERIS MAN   111

    Kalau saja Tirtasari terlambat atau kurang dalam menyemburkan air, barangkali monster itu bisa membakarku. Sebenarnya ini tindakan yang cukup nekat. Menyerap api ke dalam diri sendiri! Namun untungnya aku dapat mempercayai istriku. Barangkali ini yang dinamakan ikatan setelah pernikahan?! Sang monster perlahan terus memudar seiring hisapanku dan semburan air Tirtasari. Ia berusaha berontak dan marah. Namun tetap tak berdaya dalam jebakan kami. Dengan wajah penuh amarah, ia lalu berusaha menghujam dan menyerangku dengan ganas. Untung saja Tirtasari mampu melihatnya dan menyemburkan air padanya lebih deras sebelum mengenai diriku. Splasshh, splasshh, splasshh! Tubuh api itu kian mengecil dan akhirnya musnah ditelan air. Aku dan Tirtasari mampu bernafas lega. Masyarakat pun berteriak-teriak senang. Mereka mengelukan kami yang telah menyelamatkan mereka. Para superhero yang terkalahkan sebelumnya segera kembali ke kantor. Beberapa warga memberi mereka pakaian karena kostum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status