Superhero berpostur gagah dan besar itupun terbang lagi dan memadamkan api dengan meniupkan udara dingin dari mulutnya. Dan tak butuh waktu lama, seluruh api padam. Semua orang bertepuk tangan.
"Terimakasih!" seru warga, "Kau memang superhero sejati!"
Si wanita tua pun turut senang, lalu menatapku marah dan memberiku penilaian 'bintang satu' pada aplikasi.
"Lambat, payah! Tak pantas jadi superhero!" tulisnya sebagai ulasan.
Ahh, dasar wanita itu!
"Jangan berkecil hati, Keris Man!" hibur High Quality Man menghampiriku setelah berhasil memadamkan api, "Aku hanya menjalankan tugasku. Kau harap kau juga bisa menjalankan tugasmu dengan baik. Mau tumpangan pulang?"
"Tidak! Aku bisa naik ojek!"
"Oke, bye!" jawab superhero itu segera terbang pergi.
"Aku kasih 'bintang lima'!" seru warga yang memesannya.
Huh, aku segera pergi dari sana dengan perasaan kesal. Ini 'bintang satu' untuk kesekian kalinya yang kudapatkan.
Banyak warga yang mengejekku di sepanjang gang. Para pemadam kebakaran menggeleng-gelengkan kepala kagum pada High Quality Man dari luar gang. Mereka tak menghiraukanku lewat.
Aku kembali ke warung kopi Pak Yono. Menunggu pelanggan berikutnya.
"Jangan lesu Kris!" hibur Pak Yono, "Ini cuma pagi yang buruk."
"Darimana Bapak tahu?"
"Kejadianmu sudah ada di Herostube!"
"Apa?!"
Pak Yono memutar Herostube di televisi warung. Itu bukan televisi biasa, namun televisi pintar yang tersambung internet.
Herostube adalah situs penyedia layanan video superhero. Semua hal tentang superhero dapat diunggah dan disaksikan di sana.
Terlihat rekaman amatir bagaimana High Quality Man berhasil menyelamatkan wanita itu dan mendapatkan sorak sorai. Sedangkan aku mendapatkan hujatan.
"High Quality Man tadi juga menyiarkannya siaran langsung proses penyelamatan itu di Herogram." Imbuh Istri Pak Yono.
Herogram adalah aplikasi media sosial yang membahas para superhero. Biasanya berisi foto-foto, video pendek dan video siaran langsung.
"Menolong orang sambil live di Herogram?" gerutuku, "Sangat tak profesional!"
"Tapi nyatanya ia berhasil!" balas istri Pak Yono, "Mereka memasang kamera kecil di kelopak mata. Bisa merekam segala kejadian yang dilihat, dan bisa langsung diunggah ke internet."
"Uhh!"
"Teknologi yang keren, ya Kris?!" tanya Pak Yono.
"Bukankah itu berbahaya? Baik bagi mata mereka sendiri ataupun profesionalitas pekerjaan!"
"Yah, dasar superhero jaman sekarang, Kris! Hanya ingin tampil di media sosial, mendapatkan banyak like dan subcriber. Mirip orang-orang kurang kerjaan yang coba-coba terkenal dan cari uang dari internet."
"Betul, Pak! Minta es burjo dong."
"Oke. Hari yang berat dan panas begini memang paling enak didinginkan dengan es burjo."
"Kau harus bersyukur kami masih menyediakan burjo," ujar istri Pak Yono menyiapkan burjo, "Sekarang ini banyak yang mengaku sebagai warung burjo tapi tak menyediakan bubur kacang hijau. Hanya menyediakan mie instan! Menyedihkan."
"Padahal ini makanan bergizi daripada mie instan," sahutku, "Aku paling suka paduan manis ketan hitam dan gurihnya santan dan kacang hijau. Ini menu sehat yang mulai banyak dilupakan orang."
"Yah, kebanyakan makan mie instan," balas Pak Yono, "kemana-mana naik ojek online! Bagaimana kesehatan pemuda-pemudi negeri ini kelak?!"
Baru beberapa saat menikmati burjo, muncul pesanan lagi di aplikasi. Tertulis; seorang anak menangis. Butuh pertolongan superhero.
Teman-temanku yang lain belum kembali. Akupun mengambil pesanan itu dan segera menuju ke sana.
Lagi-lagi harus naik ojek online karena lokasinya cukup jauh.Ternyata pesanan datang dari sebuah apartemen mewah. Kutanyakan tempat pastinya kepada si pemesan. Jawabnya, berada di kamar 815. Lantai delapan.
Aku pun naik lift untuk menuju ke kamar itu. Ada bahaya apa gerangan? Aku harus waspada!
Semua tampak tenang-tenang saja. Ada bahaya apa ini?! Kutempelkan telinga di pintu. Samar-samar terdengar jeritan anak-anak.
Wah, bahaya! Kudobrak pintu sekuat tenaga. Brakk!
Pintu roboh, dan sekitar sepuluh anak berteriak kaget.
Lalu mereka berseru-seru, "Yeee, Keris Man, Keris Man!"
"Dia sudah datang!" seru seorang anak lelaki bertubuh agak gendut.
Mereka pun segera mengerumuniku. Beberapa orang dewasa tampak senang mengamati mereka di berbagai sudut kamar yang cukup luas dan mewah ini.
"Ada apa?" tanyaku, "Siapa yang memesanku?"
"Aku," jawab seorang bapak dengan tampang dan badan agak gendut. Pakaiannya rapi, mungkin seorang manajer atau direktur perusahaan, atau mungkin programmer sukses.
"Begini Keris Man," jelasnya mendekatiku dengan tatapan kagum dan sedikit gugup, "Anakku ini sedang ulang tahun," katanya mengelus seorang lelaki agak gendut yang tadi menyambutku, "Ia ingin dirayakan bersama teman-teman dan seorang superhero. Karena itulah, aku memanggilmu. Tolong, hibur anakku."
"Astaga, superhero bukan untuk ini Pak," jawabku, "Tapi untuk keadaan darurat!"
"Saya tahu, saya tahu, maaf. Saya tahu saya salah. Tapi tolonglah, untuk kali ini saja. Demi anakku. Aku akan beri uang banyak."
"Tidak Pak. Cari badut atau tukang sulap saja untuk ulang tahun. Superhero bukan untuk hiburan! Sekarang banyak aplikasi badut dan musisi online."
"Lalu kenapa orang-orang bikin film dan komik superhero jika bukan untuk hiburan?" sahut seorang ibu sinis. Ia tampak cantik dan terpelajar. Sepertinya pengusaha atau karyawan sukses. Entah dia ibu atau istri siapa.
"Itu cuma film Bu," jawabku, "Untuk cari duit!"
"Kan kau jadi superhero juga untuk cari duit?!"
"Tapi untuk menolong orang, Bu. Bukan hiburan."
"Apa bedanya?!" debatnya mendekatiku.
Ia terlihat semakin cantik dan aromanya pun wangi. Pengusaha atau orang kantoran biasanya memang suka berdebat dan ingin menang sendiri. Semakin sukses, semakin tak mau kalah.
Lebih baik kutinggalkan saja pesta para eksekutif sukses ini. Mereka memang orang-orang yang merasa paling segalanya. "Maaf, aku harus pergi!" pamitku.
"Jangan, jangan!" rengek anak-anak mencegahku. Sebagian menarik-narik tanganku.
Aku tetap beranjak pergi.
"Yahhh!" seru anak-anak itu kecewa, "Mamaa..."
Aku berhenti melangkah dan menghela nafas. Hatiku tak tahan melihat kekecewaan mereka.
"Baiklah," kataku kemudian berbalik, "Tapi hanya untuk kali ini saja! Lain kali, jangan begini. Superhero bukan mainan!"
"Yeee!" seru anak-anak girang.
Aku pun mengikuti pesta ulang tahun itu. Ternyata cukup seru. Entah kapan terakhir kali aku merayakan ulang tahun. Orang desa tak terbiasa merayakannya. Apalagi yang miskin sepertiku.
Anak-anak bermain dengan riang mengitariku. Sesekali berpura-pura jadi penjahat dan bertarung denganku.
Kami lalu bernyanyi-nyanyi. Ada yang meminta lagu dangdut! Ah, dasar anak sekarang. Kekurangan lagu anak!
Mereka lalu menanyakan banyak hal padaku, "Apakah sulit jadi superhero?"
"Yah, lumayan." jawabku seramah mungkin.
"Bagaimana caranya jadi superhero?" tanya si anak gendut, pemesanku, "Aku juga ingin jadi salah-satunya kalau besar nanti."
"Ehm, yah. Minimal kau harus berusia delapan belas tahun," jawabku, "Punya kekuatan super, dan lolos uji verifikasi dari negara. Setelah itu, kau bisa mendaftar di aplikasi online pilihanmu."
"Kereen!"
"Tapi yang paling penting," sambungku, "untuk jadi superhero, kau harus punya keinginan untuk membantu orang lain."
"Yeeah!"
Para ibu menatapku kagum dan senang. Bahkan si ibu yang suka berdebat tadi. Kulihat ia tak bersama suaminya.
"Aku sering lihat tips-tips jadi superhero di Herostube!" ujar perempuan cilik yang cantik, sepertinya anak ibu tadi, "Tidak sulit! Kita bisa belajar apa saja dari internet!"
"Yah, kadang apa yang kau lihat di internet tak semudah kenyataannya." Jawabku.
"Tunjukkan kekuatan keris saktimu!" pinta gadis cilik itu.
"Jangan, itu bukan untuk mainan!"
"Yaah, ayo dong! Ayo dong!" tuntut anak-anak.
"Tidak, tidak boleh!"
"Aku jadi ragu, kau superhero betulan atau tidak!" cecar gadis itu lagi, "Pantas ulasan tentangmu selalu buruk! Apakah kekuatan supermu itu nyata atau cuma editan?!"
Dasar anak sekarang! Akupun terpaksa menunjukkan kekuatan superku. Dari dalam dadaku, muncul keris gaib yang bersinar terang. Orang-orang menutup mata karena silau. "Keris sakti api!" ujarku memamerkan kekuatan panas dari keris dan tubuhku. Lalu kekuatan air yang menimbulkan hawa dingin dan kekuatan angin. Kukurangi kadar kekuatannya agar tak membahayakan orang-orang atau gedung ini. Segera kumasukkan lagi kekuatan sakti ke dalam tubuhku setelah semua terpana. "Kereenn!" seru anak-anak bertepuk tangan. Gadis kecil tadi memberiku dua jempol tangan, "Top! Hebat!" Ibunya tersenyum manis dan turut bertepuk tangan. Tiba-tiba terdengar jeritan seorang wanita dari luar. "Lihat, ada orang butuh pertolongan!" seru salah seorang melongok ke luar jendela. Kulihat ponsel, tak ada pesanan di aplikasi. "Dia butuh pertolongan!" seru yang lain. Kulongok
"Tak bisa tidur?" tanyaku terbangun."Entahlah!" jawabnya sayu."Tenanglah, biar kujaga! Sana, tidur!""Tidak, bukan itu. Aku hanya merasa kau melakukan banyak hal untukku. Baru kali ini ada orang seperti itu."Kudengarkan curahan hatinya. "Saat ayahku bangkrut, aku minta bantuan pada saudara-saudara dan teman. Tapi tak ada yang bisa menolong.""Aku," lanjutnya tak diteruskan."Tenanglah Selly, aku yakin kamu bisa menemukan jalan keluar. Kamu pintar!""Terimakasih banyak telah menolongku. Kalau tidak, aku pasti sudah diperkosa atau mati! Atau dijual jadi pelacur! Tak terbayangkan bagaimana nasibku!""Tak perlu dirisaukan. Sudah tugasku! Kau sudah aman!""Aku bahkan tak memanggilmu pakai aplikasi!" lanjutnya menatap wajahku dalam, "Kau tak dibayar telah menolongku. Bahkan untuk menjagaku begini juga!""Tenanglah, tak masalah bagiku, Sel!""Tidak, aku ingin membayarnya," bisiknya lal
"Bapak melacak lokasi ponselku?" "Tentu saja, Geeglo saja bisa, kenapa kami tidak? Semua orang sekarang bisa melacak lokasi ponsel!" Aku lagi-lagi hanya bisa menghela nafas. Betapa rapuhnya privasi orang di jaman modern ini. "Kau sudah tak profesional, Kris!" lanjutnya, "Aku sudah mmemperingatkamu berkali-kali. Ini bintang satu-mu yang kesekian kalinya. Mempengaruhi pamor perusahaan kita. Semakin tertinggal dari pesaing. Lihat aplikasi sebelah! Makin melejit dengan High Quality Man sebagai andalan." "Yah, apa yang harus kukatakan, Pak? Kadang ada hal-hal yang tak bisa diselesaikan oleh superhero." Ia terdiam. Tubuh pendek dan agak gembulnya terlihat lucu memendam amarah. Wajahnya terkesan lebih mirip komedian daripada direktur. Namun kegalakannya melebihi debt collector. "Dan kadang ada hal penting yang harus kami selamatkan!" lanjutku. "Apa? Cinta, perasaan? Melebihi keselamatan kawan-kawan dan perusahaan?!" "Maaf, aku benar-benar tak tahu kejadian semalam, Pak." "Ka
"A, aku tak bisa menunjukkannya.""Huh, bawa dia!" perintahnya pada para polisi yang lain."Tunggu!" tolakku mundur."Lepaskan dia, komandan!" seru seseorang mendekat."Siapa kau?!" tanya polisi tadi."Intelejen pusat," jawab orang yang berpakaian jas hitam itu menunjukkan kartu identitasnya, "Kasus ini biar kami tangani!""Intelejen? Huh!"Para polisi meninggalkan kami. Dan orang intelejen itu membawaku keluar dari garis polisi menuju sebuah mobil di pinggir jalan."Apa yang terjadi Kris?" tanyanya menghela nafas."Kau tahu aku?""Yah, kami badan yang bertugas mengawasi para superhero online. Kami tahu siapa kau, Keris Man.""Ah, syukurlah.""Namaku Rahmat. Apa yang terjadi?""Saat aku kemari, ibu kos dibunuh orang.""Sepertinya ada yang mengetahui tempat persembunyianmu. Tempat mangkal kalian, warung kopi, juga diserang bukan?""Y
Aku kembali untuk menemui Selly. Ia sudah menunggu di depan kantor. Semoga para debt collector tak memburunya."Hai," sapaku, "gimana?""Hmm, tak diterima." jawabnya lesu."Nggak papa, bisa cari yang lain.""Susah cari kerja sekarang. Yang dibutuhkan kebanyakan hanyalah penjaga minimarket dan sales girl. Atau reseller online.""Kenapa tak coba?""Mana bisa kerja disitu mendapatkan satu milyar untuk bayar hutang? Bahkan jadi manajer pun belum tentu bisa.""Yah, kita hidup di negara dengan tingkat gaji yang sangat kecil dibandingkan negara-negara lain.""Iya, makanya banyak orang berhutang."Kami pun beranjak pulang. "Yah, negara saja banyak hutang," sahutku berjalan di sampingnya, "Apalagi rakyatnya.""Kau kan tak punya hutang?!""Aku berhutang pada teman-temanku. Juga pada Pak Yono, istrinya dan ibu kos. Kematian mereka harus kubalaskan.""Jangan terlalu mendendam, Kris! Nanti kau jadi pe
Aku berusaha menolong Selly. Satu orang yang mengekang tangannya kuserang. Si wanita berusaha menghadangku, namun berhasil kuatasi. Kudorong tubuhnya dengan bahuku. Dua orang lelaki yang lain hendak menyerangku pula. Dapat kutangkis dan kuhajar dengan pukulan dan tendangan hingga tersungkur.Si pengekang Selly kutarik tangannya kucekik lehernya. Ia melepaskan tangkapannya dan menghadapiku. Dapat kuatasi dengan mudah dan kusungkurkan. Kugenggam tangan Selly dan menjauh. Kelimanya terus maju dan mengepung kami. "Kalian yang menyerang teman-teman dan ibu kos-ku?!" tanyaku geram, "Apa mau kalian?!""Haha, teman-temanmu cukup tangguh," jawab si badan besar, "tapi bukan tandinganku! Ibu kos-mu juga cukup cantik! Haha!""Kenapa kalian membunuhnya?!" balasku, "Kenapa menyerang teman-temanku?!""Kami ingin menghabisi semua superhero! Haha!""Kenapa?! Siapa sebenarnya kalian?!""Gampang, karena kalian selalu menghalangi kami! Kami dari kelompok Kerbau Merah!"Si badan besar menyerangku lagi d
"Di rumah Selly." Jawabku. "Bagaimana kalau mereka kembali lagi?" tanya Selly padaku, "Aku takut! Mereka sangat kuat!""Kenapa tak kita undang ke tempat kita saja?" tanya Dara pada kedua temannya, "Di sana aman. Lagipula kalau kita bersama bisa lebih kuat!""Kalau mereka tak keberatan." Jawab si Harimau dingin. "Yah, aku senang dapat teman lagi!" imbuh si Kuda jalanan. "Aku ingin mencari dan menyelidiki mereka!" jawabku bersikeras, "Mereka yang menyerang dan membunuh teman-temanku!""Tapi tampaknya kau yang dihajar habis-habisan!" sahut si Harimau jalanan, "Mau mati menyusul teman-temanmu?!"Aku mendesah kesal. Dara lalu menenangkan suasana dengan merangkul pundakku dan berkata, "Dendam bisa kau selesaikan nanti! Yang penting sekarang cari tempat berlindung dulu sambil menyelidiki mereka!""Yah, aku juga penasaran dengan kelompok Kerbau Merah itu!" imbuh si Kuda jalanan. "Mungkin kita bisa membantunya menyelidiki gerombolan itu?!" tanya Dara pada dua temannya, "Ya kan? Kelompok k
Makanan terasa lezat. Oseng-oseng sayuran yang lama tak kumakan."Enak kan, masakan Selly?" tanya Dara, "Dia pinter banget masak!""Ah, kami berdua kok yang masak!" balas Selly."Jadi ceritakan," lanjut Dara, "Bagaimana kalian bisa sampai dikejar orang-orang itu?"Dan aku pun menceritakan apa yang telah kualami. Begitu juga dengan Selly yang mengisahkan perjalanan hidupnya hingga bertemu denganku."Wah, wah, jika sampai membuat kalang kabut perusahaan aplikasi, berarti orang-orang itu patut diperhitungkan." Komentar Dara."Entah perusahaan sudah mengambil langkah atau belum," lanjutku, "Kemarin mereka menarik para superhero ke kantor untuk sementara.""Coba lihat," ujar si Kuda mengecek ponsel, "aplikasi kalian banyak menutup sementara layanan beberapa superhero. Tapi masih ada yang bisa dipesan. Hanya sedikit.""Menarik," sahut si Harimau, "akhirnya sistem superhero online bisa kalang kabut juga!""Yah, kami tak pernah suka sistem itu," lanjut Dara, "kenapa jadi superhero wajib ikut
Kucium mesra pipi Cahayani. Begitu lembut dan hangat. Aroma tubuhnya pun segar. Sahabatku itu terdiam memejamkan mata. Seolah menikmati ciumanku. Aku lalu beralih pada Anginia. Kucium lembut bibirnya. Kueratkan dekapan untuk menikmati kehangatannya. Dua superhero cantik ini. Tak kalah cantik dengan ketiga istriku. Kuciumi bergantian pipi halus mereka. Tak ada protes ataupun keberatan. Anginia kemudian memandangi bibirku. Aku sudah hafal gairah wanita macam begini. Segera saja kukecup bibirnya. Ia pun membalasnya dengan hangat. Bibir yang begitu manis dan lembut. Sepadan dengan pesona dan keanggunannya. Kukencangkan ciuman, dan ia pun makin ganas melumat-lumat bibirku. Kenikmatan sabahat yang luar biasa! "Kau pencium yang hebat!" puji Anginia selepas ciuman sambil memandangiku dalam, "Tak heran punya tiga istri!" Aku tersenyum dan mengecupi bibirnya. Lalu beralih pada Cahayani di sisi lain. Superhero cantik itu terdiam dengan nafas memberat. Kupandangi wajahnya
Sistem informasi kantor lama ini belum secanggih kantor baruku. Untuk melacak keberadaan Gajah Man dan Jago Man pun kesulitan. "Mereka tak bisa ditemukan!" ungkap beberapa staf pegawai. "Alat pelacak kita?" tanya mantan bos "Tak terdeteksi Pak!" jawab staf yang lain. "Bagaimana bisa?!" "Entahlah Bos," "Alat komunikasi radio bagaimana?" tanya mantan bos kian resah. "Tak bisa juga!" "Coba pantau lewat media sosial dan live!" "Baik!" jawab beberapa staf pegawai yang segera memperhatikan berbagai media sosial dan siaran televisi. Kami tunggu beberapa saat. Berharap menemukan petunjuk dimana Gajah Man dan Jago Man berada. "Tak ada tanda-tanda atau liputan tentang mereka!" ungkap beberapa staf. Bos nampak kian kebingungan. "Sebaiknya kalian sementara berlindung ke kantor kami," pintaku pada Anginia dan Cahayani. "Mereka superhero-ku, Kris!" sahut mantan bos, "Biar mereka tetap dalam perlindungan kami!" "Tapi kalian tak punya sistem keamanan memadai!" balasku.
Mereka terus maju dan berusaha menyerang kami. Segera saja kami balas untuk mengalahkan mereka. Aku dan High Quality Man menghadapi empat orang. Sementara Anginia dan Cahayani menghadapi dua yang lain. Lagi-lagi musuh yang cukup kuat. Kami harus bersiaga dan waspada. Pukulan-pukulan mereka cukup kuat dan cepat. Kami tangkis dan hindari sebagian. Berusaha kami balas serangan mereka dengan pukulan-pukulan kami. Namun nampaknya tak membuat luka berarti. Pukulan-pukulan mereka memiliki kekuatan bagai kerbau. Kadang kuat seperti gajah. Sebisa mungkin kami halau atau hindari. Satu pukulan kutangkis, dan kekuatannya cukup membuatku terhempas mundur. Lawan High Quality Man pun demikian. Kekuatannya cukup besar untuk dilawan. Untung saja sahabatku itu memiliki postur yang cukup besar untuk menanganinya. Mereka juga menggunakan serudukan dan serangan-serangan lutut yang cukup merepotkan. Benar-benar mirip kerbau atau gajah. Kami sedikit kewalahan menghadapi mereka. Kukerahka
Kucumbui dan kugumuli tiga wanita menawan itu. Meredakan ketegangan dan kelelahan. Kuelus dan kuraba ketiganya penuh kasih dan hasrat. Ciuman pun mendarat di manapun gairah ini menggelora. Leher perempuan muda yang begitu menggoda untuk diciumi dan dicumbui. Lalu berlanjut ke pundak, bahu dan dada mereka. Tak tahan lagi, segera kami raih kehangatan asmara dengan ganas. Tiga istri yang menjadi sumber kebahagiaanku hingga puas. Sesuai menikmati asmara, kami pun menjalani malam untuk beristirahat. Semoga para penjahat juga beristirahat. Pagi harinya, kami jalani hari masih dalam keresahan. Masih berusaha keras menemukan teman-teman kami yang diculik. Bos memutuskan untuk melapor pada polisi. Tak lama kemudian para petugas pun datang. Dipimpin oleh seorang reserse yang terlihat cukup berpangkat. Kami paparkan segala kejadian. Termasuk memperlihatkan alat bukti rekaman kamera pengawas. "Cukup parah," gumam pemimpin aparat yang datang itu, "Baiklah, akan kami catat. Akan ka
Aku pun kembali ke kantor. Teman-teman menanyaiku. "Bagaimana Kris?' "Aku sudah bicara dengan mereka," jawabku, "Sebagian mau offline, sebagian tidak. Tapi tetap waspada." "Yah, kucek, Anginia dan Cahayani offline," balas Dina, "Sedangkan Gajah Man dan Jago Man tetap online." "Yah, begitulah," jawabku. "Jadi kita sekarang baby sitter perusahaan sebelah?" seloroh Dina. "Yah, barangkali." "Sebaiknya kalian beristirahat!" perintah Dina pada kami, "Biar kantor dibersihkan dan diamankan ulang!" "Yah," jawabku, "Kau juga, beristirahatlah Din!" "Yah," Aku masuk ke kamar bersama tiga istriku. Begitu juga High Quality Man yang kembali ke kamarnya. Aku mandi di kamar dan segera beristirahat. Tirtasari dan si kembar melayaniku. Menghilangkan makanan dan kami santap bersama. Kami menikmati hidangan nikmat itu di meja makan kamar. "Kemana mereka menculik teman-teman?!" kesah Tirtasari. "Tenang saja, kita pasti akan menemukan mereka!" jawabku. "Yah, semoga." Seusai makan,
Kuikuti Anginia mengembalikan tas yang dicopet kepada pemiliknya. Ia melesat terbang rendah. Kupacu ringan Motokris di belakangnya. Ibu itu berterima kasih banyak pada Anginia. "Terimakasih, aku habis mengambil uang di bank," ucapnya, "Ini sebagai ucapan terimakasih!" lanjutnya menyerahkan beberapa lembar uang dari tasnya kepada Anginia. "Sama-sama Bu," jawab Anginia, "Ibu yang memesan lewat aplikasi?" "Bukan! Ponselku ada di dalam tas." "Saya yang memesan lewat aplikasi," papar seorang wanita muda tak jauh dari situ. "Jangan khawatir, Bu," ungkapnya pada sang korban, "Sudah kubayar lewat aplikasi." "Ah, terimakasih!" balas sang ibu menyerahkan uang pada wanita itu, "Ini untuk gantinya!" "Ah, tidak usah Bu!" balas sang wanita, "Murah saja kok pesannya! Tidak perlu diganti!" "Kau tak mau dibayar!" balas Sang Ibu, "Superhero ini juga tak mau dibayar! Lalu aku harus bagaimana?!" "Jangan pikirkan, Bu," jawab Anginia tersenyum, "Saya sudah dapat gaji dari perusahaan! Tak
Yah, kami kembali kebingungan untuk mencari teman-teman kami. Ternyata truk itu bukan termasuk bagian dari komplotan Kerbau Merah. Sopir truk dikembalikan pada kendaraannya oleh pegawai kantor. Diberi uang kompensasi atas apa yang telah kami lakukan. "Bagaimana kita mencari teman-teman?" tanya High Quality Man. "Entahlah," jawab Dina, "Pelacakan dari laptop itu belum berhasil?" tanyaku. Kami pun kembali ke ruang kontrol dan menanyakan pada para pegawai IT, "Bagaimana?" tanya Dina, "Ada perkembangan?!" "Susah!" jawab salah satu dari mereka. "Ini memakai teknologi tinggi yang susah diretas," imbuh yang lain, "Sepertinya memakai ahli IT yang tak main-main. Sulit ditundukkan!" "Coba terus!* perintah Dina. *Hei, lihat!* ungkap salah seorang pegawai IT, "Ada sesuatu!* Kami amati layar laptop yang telah disambungkan ke sebuah layar kantor yang cukup besar. Program itu memunculkan nama-nama baru. Gajah Man, Jago Man, Anginia, Cahayani. "Astaga, mereka teman-temanku!* gum
"Belum," jawab para pegawai, "Kami coba lacak dari beberapa kamera cctv yang dapat kita akses! Tapi butuh waktu lama!" "Teruskan!" perintah Dina. "Kami menemukan sesuatu," ungkap salah seorang petugas IT yang memeriksa laptop, "Lihat!" Kami bergegas menuju ke meja pegawai ahli IT yang memeriksa laptop. Terlihat progam di layar laptop seperti yang kami dapati kemarin. Hanya saja sekarang tertulis; Elistrik, Buaya Budiman, Manusia Elang serta para superhero perusahaan yang lain "Nama mereka dicentang," ungkap Tirtasari, "Mungkin menunjukkan korban yang berhasil mereka culik!" "Astaga!" kesah Dina. "Apa maksud semua ini?!* tanya High Quality Man, "Target mereka berubah?! Semula para superhero yang lain tidak ada dalam daftar!" "Entahlah," jawabku, "Apakah sebelumnya hanya mengecoh kita?! Atau memang menyesuaikan dengan apa yang ada?!" "Mereka sengaja memancing kita keluar?!" tanya High Quality Man. "Barangkali?" jawabku. "Kami dapati sesuatu," ungkap pegawai IT yang lain, "Mere
Kalau saja Tirtasari terlambat atau kurang dalam menyemburkan air, barangkali monster itu bisa membakarku. Sebenarnya ini tindakan yang cukup nekat. Menyerap api ke dalam diri sendiri! Namun untungnya aku dapat mempercayai istriku. Barangkali ini yang dinamakan ikatan setelah pernikahan?! Sang monster perlahan terus memudar seiring hisapanku dan semburan air Tirtasari. Ia berusaha berontak dan marah. Namun tetap tak berdaya dalam jebakan kami. Dengan wajah penuh amarah, ia lalu berusaha menghujam dan menyerangku dengan ganas. Untung saja Tirtasari mampu melihatnya dan menyemburkan air padanya lebih deras sebelum mengenai diriku. Splasshh, splasshh, splasshh! Tubuh api itu kian mengecil dan akhirnya musnah ditelan air. Aku dan Tirtasari mampu bernafas lega. Masyarakat pun berteriak-teriak senang. Mereka mengelukan kami yang telah menyelamatkan mereka. Para superhero yang terkalahkan sebelumnya segera kembali ke kantor. Beberapa warga memberi mereka pakaian karena kostum