Home / Historical / KEMBALINYA SANG RATU / Bab 30: Perjalanan ke Talaga dan Misteri Kangkilo

Share

Bab 30: Perjalanan ke Talaga dan Misteri Kangkilo

Author: Oceania
last update Last Updated: 2025-01-17 07:54:36

Rasa penasaran yang membara membawa Jun-ho dan Sinta ke Pulau Talaga, tempat asal mula tradisi Pengka Loe-Loe, ritual adat yang telah mengubah persepsi mereka tentang hubungan antara dunia nyata dan spiritual. Mereka ingin memahami lebih dalam tentang kangkilo, filosofi yang menjadi inti dari kepercayaan masyarakat Buton. Jun-ho dan Sinta sangat penasaran, terutama Jun-ho yang menyaksikan kejadian beberapa hari yang lalu dengan mata bahkan dengan direkam dengan kamera. Jun sangat kaget, karena sebuah fenomena yang unik terjadi di depan mata, tepat dizaman seperti ini.

“Ini adalah representasi ruang-ruang kesadaran budaya yang tidak mungkin dapat dijelaskan oleh prspektif ilmiah. Datang ke Pulau Talaga adalah sesuatu yang penting, untuk menyaksikan secara langsung, bagaimana masyarakat setempat mendapatkan pemahaman mengenai dunia bawah laut.” Jun-ho dan Sinta mengharapkan ada penjelasan yang mendalam mengenai masalah ini. Mereka akhirnya menuju Kota Baubau untuk menumpang kapal-kapa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 31: Kembali dari Talaga, Membangun Harapan Baru

    Perjalanan dari Pulau Talaga menjadi momen yang tak terlupakan bagi Sinta dan Jun. Jun-ho memperhatikan keindahan pulau Talaga dan melihat dari jauh pulau Kabaena. Kali ini mereka naik kapal penumpang. Kapal agak besar dibandingkan dengan perahu nelayan. Jun-ho membayangkan tentang tujuh bidadari yang turun di puncak gunung Sambampolulu. “Suatu saat saya akan ke sana, negeri di atas awan,” pikirnya sementara matanya di arahkan ke wajah cantic di depannya, wajah Sinta yang luar biasa. Kulitnya tetap putih dan halus, tanpa terpengaruh oleh terik matahari di sekitar hutan tropis.Wawasan yang mereka peroleh tentang kangkilo—nilai tradisional yang menekankan kejujuran, keseimbangan, dan hubungan yang harmonis dengan alam—telah mengubah cara pandang mereka terhadap perjuangan mereka selama ini. Mereka merasa terinspirasi untuk kembali ke desa mereka dan menerapkan nilai-nilai kangkilo dalam upaya membangun harapan baru bagi masyarakat setempat.

    Last Updated : 2025-01-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 32: Di Bawah Langit Kapuntori

    Sinta berdiri memandangi hamparan persawahan di bawah Bukit Kapuntori. Terasa begitu tenang, seolah waktu melambat untuk memberikan ruang bagi pikirannya yang berkelana. Bentangan hijau sawah yang berkilau diterpa matahari sore mengingatkannya pada permadani alam yang penuh keindahan dan rahasia. Kilauan sawah yang menguning memberikan suasana yang nyaman dan tentunya membawa seseorang untuk menikmati senjanya, terlebih dengan seorang kekasih. Matahari perlahan tenggelam di balik bukit, mewarnai langit dengan gradasi warna yang memukau. Sinta merasa beruntung bisa menikmati momen indah ini bersama kekasihnya di bawah langit Kapuntori.Jun-ho berdiri di sampingnya, matanya mengikuti arah pandang Sinta. Ia hanya tersenyum, meskipun di hatinya ada kegelisahan yang sulit ia ungkapkan. Sinta terlihat begitu tenggelam dalam pikirannya, hingga Jun tak bisa menahan diri untuk berkata, "Sinta, ini seperti bentangan permadani. Di sinilah banyak kisah cinta tumbuh dan pergi. Mungkinkah

    Last Updated : 2025-01-19
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 33: Menjaga Hutan Lambusango dengan Kangkilo

    Pagi itu, mentari bersinar lembut menyentuh dedaunan Hutan Lambusango. Sinta dan Jun-ho melangkah mantap memasuki desa-desa di sekitar hutan, menyapa warga dan mendengarkan suara mereka. Hari ini, mereka memiliki agenda penting: bertemu dengan tokoh-tokoh adat untuk mendiskusikan ancaman peta izin tambang yang mengintai kelestarian hutan.Sinta dan Jun-ho merasa tegang namun juga penuh semangat untuk melindungi hutan Lambusango. Mereka sadar betapa pentingnya menjaga ekosistem hutan tersebut agar tidak terancam oleh aktivitas tambang yang merusak lingkungan. Dengan hati yang penuh tekad, mereka berharap pertemuan dengan tokoh-tokoh adat dapat membawa solusi yang terbaik untuk menjaga kelestarian hutan yang mereka cintai.Sinta berbicara dengan penuh semangat, "Jun, hari ini kita harus fokus pada pemberdayaan masyarakat. Kita harus memperkenalkan kembali nilai-nilai kangkilo sebagai materi utama dalam pelatihan yang akan datang."Jun menatap Sinta, wajah

    Last Updated : 2025-01-19
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 34: Lambusango Koin dan Perpustakaan di Teluk Lawele

    Pagi itu, Jun memulai harinya dengan membuka platform cryptocurrency tempat Lambusango Koin—proyek ambisiusnya—baru saja diluncurkan. Dengan fondasi ekonomi yang kuat, koin ini didukung oleh valuasi ekosistem Hutan Lambusango yang kaya akan keanekaragaman hayati dan nilai budaya. Awalnya, pasar menerima koin tersebut dengan antusias, namun pagi ini segalanya berubah.Investor mulai menjual Lambusango Koin secara massal, menyebabkan harga turun drastis dalam waktu singkat. Jun merasa cemas dan bingung, tidak mengerti apa yang menyebabkan perubahan mendadak ini. Dia segera menuju ke perpustakaan di Teluk Lawele, tempat dia biasa mencari inspirasi dan solusi dalam menghadapi masalah. Saat dia tiba di sana, dia melihat sekelompok orang sedang berdiskusi dengan serius di sudut ruangan. Jun mendekati mereka dan akhirnya menemukan jawaban atas kejadian yang sedang terjadi.Jun kembali melihat layar handphonenya, "Semua merah," gumam Jun, menatap grafik yang menunjukkan penurunan drastis. Lam

    Last Updated : 2025-01-20
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 35: Jejaring Sosial dan Valuasi Hutan Lambusango

    Wa Ode Sandibula dan kelompoknya semakin ahli dalam pembuatan minyak kelapa berkualitas tinggi, sebuah produk lokal yang kini mulai mendapatkan perhatian di pasar regional. Mereka bekerja keras, menjaga kualitas dan tradisi dalam setiap proses produksi. Hasilnya, minyak kelapa Lambusango semakin dikenal luas dan diminati oleh konsumen di berbagai daerah. Melalui jejaring sosial yang mereka bangun, Wa Ode Sandibula dan kelompoknya berhasil memperluas pasar dan meningkatkan valuasi produk hutan Lambusango. Dengan terus mempertahankan kualitas dan nilai-nilai tradisional, mereka berhasil menciptakan produk unggulan yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat."Ode, minyak ini bagus, hanya saja kalau kita tidak bicara sama bapak-bapak kita, kita akan kehabisan bahan baku," ujar Wa Ambe saat mereka menyaksikan minyak kelapa yang selesai mereka masak. Wa Ode Sandibula dan kelompoknya terus berupaya untuk menjaga hubungan baik dengan para petani lokal agar pasokan bahan baku ter

    Last Updated : 2025-01-21
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 36: Hutan Lambusango, Apotik Hidup

    Pagi yang cerah membawa Sinta dan Jun ke Kakenauwe, sebuah desa yang dikenal dengan kearifan lokalnya dan keberadaan kampus pengembangan komunitas. Di sana, Sinta berencana melibatkan mahasiswa sebagai penggerak penelitian dan inovasi berbasis sumber daya lokal, terutama yang berkaitan dengan potensi hutan Lambusango.Di ruang pertemuan sederhana, Dr. Mukhsin, seorang peneliti lingkungan dan ahli etnobotani, tengah menggali informasi dari beberapa tokoh adat dan ahli obat tradisional. Fokusnya adalah mengeksplorasi potensi hutan Lambusango sebagai apotik hidup. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah Ue Ndoke, sebuah ramuan anti-racun yang dipercaya mampu mengobati gigitan rabies.Sinta sangat bersemangat melihat potensi kolaborasi dan berbagi pengetahuan antara para mahasiswa dan komunitas lokal di kampus pengembangan. Dia membayangkan masa depan di mana para mahasiswa dapat terlibat aktif dalam penelitian dan inovasi menggunakan sumber daya lokal, terutama dengan fokus pada pote

    Last Updated : 2025-01-22
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 37: Apotek Hidup Lambusango

    Pagi itu, Sinta dan Jun berdiskusi panjang lebar di bawah rindangnya pepohonan Hutan Lambusango. Mereka baru saja selesai menemani Dr. Mukhlis, yang begitu tekun menggali informasi dari para dukun dan tokoh adat setempat. Penelitian Dr. Mukhlis tentang potensi obat-obatan tradisional di Hutan Lambusango membuka mata mereka pada kemungkinan besar yang selama ini terabaikan."Jun," Sinta memulai, "apa yang dilakukan oleh Dr. Mukhlis itu bisa menjadi kunci untuk menjadikan Buton sebagai pusat pengembangan obat tradisional di Indonesia. Bayangkan saja, dunia bisa mengenal potensi besar dari hutan ini, bukan hanya sebagai paru-paru dunia, tapi juga sumber pengobatan alami."Jun mengangguk, matanya menyipit menatap rimbunnya dedaunan di kejauhan. "Betul. Tapi potensi sebesar ini harus dikelola dengan bijak. Tidak hanya untuk kemajuan ekonomi, tetapi juga untuk melindungi hutan ini dari eksploitasi. Jika kita tidak melibatkan masyarakat, nilai-nilai lokal seperti yang diajarkan para dukun it

    Last Updated : 2025-01-23
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 38: Lambusango Research Center dan Masa Depan

    Pagi itu, Sinta, Jun, dan Dr. Mukhlis duduk bersama di sebuah aula sederhana di dekat kawasan Hutan Lambusango. Mereka sedang memetakan rencana besar untuk membangun Lambusango Research Center (LRC). Dalam diskusi tersebut, mereka bertekad menjadikan LRC sebagai pusat riset terpadu yang melibatkan peneliti dari berbagai universitas, baik nasional maupun internasional.Mereka juga berencana untuk melibatkan masyarakat lokal dalam setiap kegiatan riset yang dilakukan di LRC, sehingga dapat memberikan manfaat langsung bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu, mereka juga ingin menjadikan LRC sebagai pusat pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda yang tertarik dalam bidang konservasi lingkungan dan penelitian alam. Dengan semangat dan visi yang kuat, mereka yakin bahwa LRC akan menjadi salah satu pusat riset terkemuka di Indonesia dan memberikan kontribusi besar dalam pelestarian alam dan keberlanjutan lingkungan."Sinta, Jun," Dr. Mukhlis memulai, "jika LRC ini berhasil diban

    Last Updated : 2025-01-24

Latest chapter

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 88: Pulangnya Sang Pewaris

    "Setiap tanah memiliki ruhnya sendiri. Dan setiap pewaris harus memahami ruh itu, agar ia tidak menjadi penguasa yang hanya mengambil, tetapi juga penjaga yang melindungi."Markas Perlawanan di Rumah NenekLangit Buton membentang biru ketika Lintang akhirnya kembali ke tanah kelahirannya. Udara laut yang asin, desir angin yang lembut, dan aroma tanah yang basah setelah hujan menyambutnya. Setiap langkah yang ia pijakkan membawa getar yang aneh—seolah-olah tanah ini mengenalnya lebih baik daripada dirinya sendiri.Namun, ketika ia tiba di villa peninggalan neneknya dari Korea, hatinya mencelos. Rumah yang dulu ia kenal sebagai tempat peristirahatan keluarga kini berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Dinding-dindingnya penuh dengan peta dan strategi perlawanan, meja-meja dipenuhi dengan dokumen, dan orang-orang bergerak dengan kesibukan yang tak biasa."Lintang, akhirnya kau datang," suara seorang lelaki menyambutnya. La O

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 87 Hutan Bukan Hanya Sepotong Tanah dan Pepohonan

    "Hutan bukan hanya sepotong tanah dan pepohonan. Ia adalah urat nadi leluhur, tempat doa dan harapan dikuburkan, tempat kehidupan digali kembali."Hutan Yang Semakin TergenggamHutan Lambusango masih berdiri gagah di atas tanah Buton, meski luka-luka mulai tampak di sekujur tubuhnya. Sinar matahari menyusup di antara dedaunan tinggi, menyinari tanah lembab yang kaya akan kehidupan. Namun, di batas hutan, suara gergaji mesin menderu—menandakan bahwa zaman telah berubah, bahwa kekuatan lama kini harus kembali diuji.Di desa-desa yang mengelilingi Lambusango, para pemangku adat berkumpul. Mata mereka tajam, penuh kegelisahan yang terpendam. Di dalam Baruga, sebuah rumah adat tempat pertemuan para tetua, suasana terasa berat. Bau kayu dan dupa bercampur dengan aroma tanah basah, seolah-olah leluhur pun turut hadir dalam pertemuan ini.La Ode Harimao, lelaki tua dengan rambut putih tebal, berdiri di tengah lingkaran para pemangku adat. Tangannya bergetar bukan karena usia, tetapi oleh amar

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 86: Sang Pewaris yang Terpilih

    "Darah yang terpilih tidak akan terhapus, meski dilumat sejarah dan zaman."Kesadaran Baru di LaboratoriumLintang membuka matanya perlahan. Cahaya putih dari lampu laboratorium menyilaukan retina yang baru saja kembali dari kegelapan. Tubuhnya terasa ringan, tetapi ada sesuatu yang berbeda—seolah-olah aliran darahnya kini membawa denyut yang bukan hanya miliknya sendiri.Di sekelilingnya, alat-alat kedokteran berdengung pelan, menampilkan berbagai angka dan grafik yang tak ia mengerti. Para ilmuwan berbaju putih berdiri di kejauhan, berbisik dalam bahasa yang terdengar asing di telinganya.Ia mencoba bangkit, namun seketika itu juga tubuhnya dipenuhi kilatan energi aneh—sebuah getaran yang mengalir dari jantungnya ke ujung jemari. Dalam sesaat, ia melihat bayangan seorang lelaki tua berjanggut putih, mengenakan pakaian kebesaran kerajaan Buton, dengan tatapan tajam seperti lautan di musim badai."Jangan takut, cucuku," suara itu bergaung di dalam kepalanya. "Kau telah terpilih. Darah

  • KEMBALINYA SANG RATU   BAB 85: Pusaka yang Terbangun

    "Lautan tidak akan berkhianat pada darahnya sendiri."Pesan dari MimpiMalam di Jeju berpendar dalam kesunyian yang ganjil. Ombak yang biasanya berbisik lembut di pesisir kini berdentum seperti gelombang yang marah, menggulung kenangan-kenangan yang belum sempat menetap. Di balik jendela penginapan tradisional, Sinta terbaring gelisah. Ia merasa seolah-olah waktu melambat, menggantungkan dirinya di antara batas sadar dan tak sadar.Di dalam tidurnya, sebuah mimpi menjelma nyata. Ia melihat seorang lelaki tua berdiri di tepi laut, berselimut kabut tipis yang berpendar keperakan di bawah cahaya bulan. Pakaian lelaki itu berhiaskan sulaman emas, dengan ikat kepala bertatahkan batu akik biru yang memancarkan cahaya samar. Di tangannya, sebuah tombak berbilah dua terangkat tinggi, menusuk langit dengan wibawa yang tak terbantahkan."Darahmu telah terpanggil, cucuku," suaranya bergetar seperti lantunan mantra kuno. "Lautan telah berbicara, dan mereka membawanya ke pusaran gelap di utara."S

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 84: Jeju, Darah Di Balik Hanok

    "Di laut yang tenang, terkadang rahasia terbesar tersimpan di kedalaman yang tak tersentuh cahaya."Jeju menyambut mereka dengan desir angin laut yang berbisik lirih di antara ilalang keperakan. Langit menjuntai seperti kanvas biru yang sesekali tercabik oleh awan berarak. Di bawahnya, resor megah menjulang dengan arsitektur hanok yang mengisyaratkan keanggunan masa lalu yang dijadikan komoditas.Sinta menjejakkan kakinya dengan langkah tertahan, menghirup aroma laut yang bercampur dengan semerbak bunga camellia. Namun, di balik keindahan itu, ada sesuatu yang mengusik. Sebuah ketenangan yang terasa terlalu disengaja, seperti denting kecapi yang dimainkan di ruangan kosong.Jun Ho menggenggam tangannya erat. “Kita diundang ke sini bukan hanya sebagai tamu. Ada lebih dari sekadar peresmian resor ini,” suaranya tenang, tetapi matanya menelusuri setiap sudut dengan kewaspadaan.Di kejauhan, Nyonya Choi berdiri anggun di beranda kayu, senyum tipisnya lebih menyerupai garis samar yang meny

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 83: Mala-Mala dan Bayangan dari Bintang

    Misteri Minyak Mala-Mala: Darah Pohon atau Kutukan?Di gudang bawah tanah Istana Wolio, botol-botol Mala-Mala berdesir seperti sekumpulan kunang-kunang yang terpenjara. Cairan di dalamnya berpendar hijau pucat, denyutnya selaras detak jantung Wa Ode Sandibula yang semakin kencang. “Apa kau dengar?” bisiknya pada asisten AI-nya yang berdiri kaku. Suara itu datang dari botol—desisan halus seperti akar menjalar di bebatuan, bisikan bahasa yang terlupakan sebelum manusia mengenal api.Sandibula mengulurkan tangan, jarinya gemetar menyentuh kaca. “Mia ogena, kaghati ogena?” (Satu perahu, berapa layar?)—mantra tua itu meluncur dari bibirnya. Cahaya Mala-Mala menyala membara, memantulkan bayangan bergerak di dinding: sosok manusia bertanduk, kaki-kakinya menjalar jadi akar. “Ini bukan obat...” desisnya, keringat dingin membasuh leher. “Ini benih... benih dari sesuatu yang lebih tua dari hutan."Tiba-tiba, seorang pekerja muda menjatuhkan botol. Kaca pecah, cairan hijau menyentuh tanah. Tanah

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 82: Tanah Titipan, Darah yang Mengalir ke Bintang

    La Ode Harimau: Menyisir Tapak Leluhur di WakatobiDi Padang Savana Padangkuku, angin mengusap rumput kuning keemasan seperti tangan nenek yang membelai rambut cucunya. La Ode Harimao melangkah, kakinya meninggalkan jejak di tanah yang retak oleh kemarau. Di langit, burung kakatua yang puluhan tahun menghilang hadir kembali, bersahutan dengan drone pemetaan yang mendengung laksana lebah raksasa. “Lihat, tanah ini bicara,” bisiknya pada tetua yang menyertai, jari menunjuk ke cakrawala di mana asap kebakaran menjilat langit. “Ia berteriak dalam bahasa api dan debu."Di kejauhan, drone penghijauan melesat, menebar biji endemik yang dibungkus tanah liat. “Teknologi dan tradisi harus bersatu,” ujar ahli ekologi muda, matanya bersinar di balik kacamata AR-nya. Tapi Harimao tak menjawab. Ia mencabut Tombak Warisan Leluhur, senjata sakti dari pinggangnya, mata tombak berkilat oleh mentari. “Ini bukan tanah warisan,” geramnya, menancapkan tombak ke tanah hingga gemuruh. “Ini titipan. Kita hany

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 81: Tasauw Buton: Akar di Antara Badai Digital

    Di Republik Bumi-Wolio, Istana Wolio berdiri bagai perahu tua yang dihantam gelombang zaman. Dindingnya yang dulu diukir kisah para batin, kini dipenuhi hologram bergambar grafik blockchain yang berkedip-kedip merah. Kalula, tempayan pusaka di tengah ruang sidang, retak memanjang. Air sucinya menguap ke langit-langit, membentuk awan data yang menggumpal seperti janji tak terpenuhi. "Pobinci-binciki kuli," bisik Wa Ode Rani sambil menatap retakan itu, "jagalah kulitmu sebelum kau tergoda mengelupas jadi orang lain. Hingga kau tidak memahami kulitmu sendiri, jangankan orang lain, rasamu sendiri kau telah kehilangan."Di luar, badai digital menerjang. Blockchain global—tulang punggung ekonomi Republik—runtuh bagai layang-layang terputus tali. Kota-kota berbasis teknologi kelaparan: toko-toko NFT tutup, peternakan data kehabisan pakan server, dan para miner kripto mengais-ais debu kode di jalanan. La Ode Harimao, matanya kini dua layar OLED, berteriak di tengah kerumunan: "Kapal alien aka

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 80: Bumi yang Berbisik dalam Dua Bahasa

    Bumi bergetar dalam bahasa yang terbelah. Dari retakan di dasar Laut Banda, suara akar ulin bergemuruh, mengisahkan kisah-kisah tua tentang hujan yang membasuh darah kolonial. Sementara di langit Jeju, satelit-satelit yang sekarat melantunkan kode kuantum, syair-syair algoritma yang patah-patah. Retakan dimensi berbentuk spiral ganda—DNA yang menjalin galaksi—membuka mulutnya. Dari dalamnya, tercium aroma tanah basah bercampur bau logam yang terbakar.Angin malam berbisik-bisik, mengantar pesan-pesan dari masa lalu yang tersembunyi di balik kabut waktu. Di tengah heningnya malam, suara gemuruh dan nyanyian satelit-satelit yang hampir mati menciptakan harmoni yang menakjubkan, mengingatkan akan keajaiban alam semesta yang tak terduga. Terdengarlah suara-suara itu, menyatu dalam paduan suara akar dan bintang yang sunyi, menciptakan simfoni yang menyentuh jiwa dan menggetarkan bumi dengan kedalaman maknanya."Kami adalah benih sekaligus abu," bisik Bumi melalui gemerisik Kampua Emas yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status