"Lex, Alex!" Sasmita merintih sendu.Wanita paruh baya itu berbaring miring di atas brankar ruang VIP rumah sakit. Air matanya belum mau reda sedari dia sadar."Johan, kamu lihat anakmu sekarang menjadi seperti apa? Aku sudah sangat sakit karena keweca padamu, kenapa kamu turunkan pikiran sempitmu pada Alex." Sasmita bergumam, ingin berseru pada sang suami."Apa yang harus aku lakukan di sisa umurku ini? Aku tidak boleh tinggal diam."Sasmita duduk, dia menyeka air matanya. Menghela nafas panjang."Aku akan melakukan tugasku sebagai seorang ibu."Sasmita menekan tombol nurse call. Dia minta izin untuk pulang, tapi perawat berkata akan melaporkan dulu pada seseorang.-"Hari ini apalagi? Kamu sudah selesai kuliah, tapi kegiatan kamu hanya jalan-jalan dan membuat konten. Bisakah kamu lebih serius dalam hidupmu?" kesal Vincent."Papa bilang, kamu mendapat izin jadi pengawal pribadi dan sangat khusus. Jadi, hari ini kita pergi jalan sampai puas. Aku mau ajak kamu ke beberapa tempat." Arab
"Minum kopi dulu, Jo. Kamu bilang tidak lembur dan mau pulang awal. Tapi, di rumah kamu juga terus di ruang kerja." Ayana datang membawa kopi."Jangan banyak gerak, Ay." Jovan berdiri mengajak istrinya duduk di sofa.Ruang kerja itu bekas kepunyaan ayah Jovan. Dia sana masih tertata rapi buku koleksi ayahnya. Pigura juga masih berjajar di tempat yang sama.Jovan pelan telah berdamai dengan masa lalunya, pikirannya terbuka untuk masa depan.Ayana duduk di pangkuan Jovan, tangannya melingkar di leher suaminya."Kamu tidur dulu, masih banyak yang harus aku kerjakan malam ini.""Kamu sangat sibuk, apa karena kamu gagal dalam tender itu?" Ayana memainkan rambut Jovan.Jovan mengangguk. "Ini sudah jadi tugasku. Dan tugasmu adalah menjaga kesehatan, jangan banyak bergerak, apalagi membuat kopi seperti ini, aku bisa menyuruh pembantu." "Aku yang ingin membuat kopi untukmu. Jangan dilarang!""Baiklah untuk kali ini, aku sangat senang bisa menikmati kopi buatanmu lagi."Ayana mengecup kuncup r
Lemahnya rasa ibu, kala dia mendengar rengekan manja dari orang tercinta. Hancurnya jiwa seorang istri dan ibu, karena dia terlalu sayang pada keduanya."Awas, ibu!" Pembantu itu bisa menangkap tangan Sasmita.Sasmita membelalak tersadar. Separuh badan sudah mendoyong ke luar pagar. Nafasnya berat naik turun."Bu, jangan nekat. Saya tahu ibu sedang sangat tertekan, tapi jangan salah bertindak." Pembantu itu berhasil menarik Sasmita dan membawa duduk di kursi balkon.Sasmita masih terduduk lemas, dia belum sepenuhnya menguasai pikirannya.Pembantu itu ingin pergi mengambil air putih, tapi takut majikannya itu nekat lagi.Sasmita mengatup matanya dan mengatur nafas."Apa yang terjadi?" tanya Sasmita."Ibu mau melompat dari balkon. Untung saya datang. Lain kali, ibu bisa cerita sama saya, biar hati lebih plong. Jangan bertindak seperti itu."Sasmita mengusap air matanya yang jatuh. "Terima kasih." Hanya itu kata yang keluar."Ibu belum makan, apa perlu saya buatkan makanan berkuah hangat
"No!" Vincent mengepakkan tangan saat Arabella keluar dengan gaun merah dada terbuka rendah."No!" Vincent masih tidak suka, karena gaun itu punya belahan sampai paha."No!" Sebenarnya cocok, tapi warna tidak senada dengan jasnya."No!" "No!"Sampai Akhirnya Arabella keluar dengan gaun navy lengan pendek dan tertutup."Ok!""Ini? Ok? Ini buat ibu-ibu. Mana semua ketutup, nggak banget deh."Lebih elegen, jika kamu mau.""Ya!" Arabella mencebik kesal.-Leo masih di kantor, dia masih akan menyelesaikan beberapa hal penting. Jovan membawa sebagian pekerjaan ke rumah. Dia pulang sore hari dan langsung membawa Ayana ke klinik dokter kandungan.Ayana telah diperiksa dan melakukan USG untuk memeriksa kantung kehamilan. "Kehamilan Anda cukup baik. Morning sickness itu sangat wajar. Anda harus banyak makan sayur hijau dan protein. Kurangi gerak mengangkat benda berat. Saya akan memberi asam folat dan vitamin. Jika terjadi keluhan silahkan datang untuk pemeriksaan," jelas dokter.Dalam lajuan
Alunan musik mengiringi langkah para tamu yang memakai jas dan tuxedo, juga wanita berbalut gaun dan bertopang sepatu hak tinggi."Selamat malam."Mereka saling menyapa dan akan lebih lama berbincang jika saling kenal atau punya maksud lain. Setelah Arabella menyapa tuan rumah dan memberi hadiah, dia mengajak Vincent berjalan pelan ke area pesta.Arabella menyapa beberapa pembisnis di sana. Entah teman atau lawan. "Apa kamu anak Tuan Kanigara?" tanya seorang paruh baya."Ya, papaku mungkin akan datang terlambat." Arabella memberi senyuman manis."Tadi anakku bilang ingin datang bersamamu, tapi dia malah belum kelihatan.""Oh, Fabian? Maaf, saya harus datang dengan orang yang ditujuk papa."Vincent tersenyum tipis, di lengannya ada tangan Arabella yang melingkar. Orang bisa salah paham pada hubungan mereka, dan itu sengaja diciptakan oleh Arabella.Paruh baya itu membalas senyum dengan mata jeli."Dia, ...." Paruh baya itu menatap Arabella."Dia hanya bodyguard, Pa." Fabian muncul.V
Jovan sedang menerima telepon di balkon kamar, Ayana diam menguping."Apa aku juga harus berangkat siang ini?"Tidak jelas sahutan dari telepon, padahal Ayana sudah menajamkan dengar."Kalau begitu, aku akan bersiap. Atur semua hal di sana!"Panggilan selesai."Ay." Jovan kaget saat berbalik."Kamu mau ke mana, Jo?"Jovan mendekat. "Aku akan pergi sebentar ke luar negri."Ayana kaget. " Kenapa mendadak?""Sebenarnya jadwalku masih besok, tapi ini hanya dipercepat saja."Wajah Ayana menjadi murung. "Jaga dirimu, aku tahu ini sangat penting bagimu. Jadi kamu harus pulang dengan membawa kabar baik."Jovan memeluk Ayana. "Aku senang kamu mengerti."Ayana membantu Jovan besiap."Biar aku saja, kamu tidak boleh banyak bergerak.""Jangan terlalu memanjakan aku, Jo. Aku tidak mau lagi dikatakan istri manja lagi.""Siapa yang berani berkata demikian? Dia pasti wanita yang ingin dimanja, tapi tidak ada yang memanjakan."Packing selesai.Jovan duduk di ranjang sambil mengusap perut Ayana. "Ay,
"Jovan sedang pergi ke luar negeri saat ini, Mami. Mungkin Mami punya ide menyerang di sana. Saya yakin penjagaan tidak seketat di sini. Atau mau menyerang istrinya, karena Jovan tidak ada di sini?" jelas anak buah Febby.Febby memainkan jarinya di kursi dengan punggung tinggi."Penjagaan istrinya pasti lebih ketat, kita coba buat scandal direktur baru," ucap Febby."Apa perintah Mami?""Kita tunggu tuan Antoni datang.""Dia sedang dalam perjalanan, Mami."Febby tersenyum miring.Antoni datang sesuai panggilan Febby."Kenapa kamu berpindah tempat terus? Aku sangat kesal harus jeli menghindari para penguntit agar tidak menemukan tempat ini!" kesal Antoni."Terserah Anda mau datang atau tidak, tapi jangan lupa, semua kartu Anda ada di tanganku!" Febby terkekeh.Antoni mendesis. "Aku mengerti! Apa maumu sekarang?""Aku sudah membantu Anda menambah kekayaan, itu tidak murah.""Katakan saja, jangan berbelit-belit!""Aku mau Anda membuat scandal Jovan dengan wanita. Soal wanita, aku punya
Jovan dan Leo memilih tidur satu kamar dengan dua ranjang. Mereka ingin lebih mudah berinteraksi.Ada satu lagi wanita yang akan mengurus hal lain yang Jovan bawa. Dia ada di kamar depan Jovan."Tidak ada hal yang mencurigakan. Aku memantau sekitar koridor kamar kita dan lobi." Leo meretas kamera pengawas hotel."Kita istirahat dulu, besok kita akan sangat sibuk!" Jovan menyuruh Leo tidur, tapi dia membawa ponsel ke balkon. Sebuah panggilan vidio Jovan sambungkan dengan istrinya. Kini sudah terlihat gambar istrinya sedang sandaran di ranjang."Jo, akhirnya kamu menghubungiku!" seru Ayana.Jovan tersenyum sebentar terus melorot. "Ay sayang. Apa yang kamu pakai?" Agak menyentak."Ini, baju tidur. Memanya kenapa?" Ayana melihat bajunya seperti tidak ada masalah."Sudah aku bilang kalau baju yang model itu jangan kamu pakai kalau aku tidak ada di rumah. Bahaya!"Ayana mengerutkan dahi. "Bahaya, kenapa? Aku akan bilang yang lain kalau ada bahaya!" Ayana duduk tegap hendak turun dari ranj