"Jovan sedang pergi ke luar negeri saat ini, Mami. Mungkin Mami punya ide menyerang di sana. Saya yakin penjagaan tidak seketat di sini. Atau mau menyerang istrinya, karena Jovan tidak ada di sini?" jelas anak buah Febby.Febby memainkan jarinya di kursi dengan punggung tinggi."Penjagaan istrinya pasti lebih ketat, kita coba buat scandal direktur baru," ucap Febby."Apa perintah Mami?""Kita tunggu tuan Antoni datang.""Dia sedang dalam perjalanan, Mami."Febby tersenyum miring.Antoni datang sesuai panggilan Febby."Kenapa kamu berpindah tempat terus? Aku sangat kesal harus jeli menghindari para penguntit agar tidak menemukan tempat ini!" kesal Antoni."Terserah Anda mau datang atau tidak, tapi jangan lupa, semua kartu Anda ada di tanganku!" Febby terkekeh.Antoni mendesis. "Aku mengerti! Apa maumu sekarang?""Aku sudah membantu Anda menambah kekayaan, itu tidak murah.""Katakan saja, jangan berbelit-belit!""Aku mau Anda membuat scandal Jovan dengan wanita. Soal wanita, aku punya
Jovan dan Leo memilih tidur satu kamar dengan dua ranjang. Mereka ingin lebih mudah berinteraksi.Ada satu lagi wanita yang akan mengurus hal lain yang Jovan bawa. Dia ada di kamar depan Jovan."Tidak ada hal yang mencurigakan. Aku memantau sekitar koridor kamar kita dan lobi." Leo meretas kamera pengawas hotel."Kita istirahat dulu, besok kita akan sangat sibuk!" Jovan menyuruh Leo tidur, tapi dia membawa ponsel ke balkon. Sebuah panggilan vidio Jovan sambungkan dengan istrinya. Kini sudah terlihat gambar istrinya sedang sandaran di ranjang."Jo, akhirnya kamu menghubungiku!" seru Ayana.Jovan tersenyum sebentar terus melorot. "Ay sayang. Apa yang kamu pakai?" Agak menyentak."Ini, baju tidur. Memanya kenapa?" Ayana melihat bajunya seperti tidak ada masalah."Sudah aku bilang kalau baju yang model itu jangan kamu pakai kalau aku tidak ada di rumah. Bahaya!"Ayana mengerutkan dahi. "Bahaya, kenapa? Aku akan bilang yang lain kalau ada bahaya!" Ayana duduk tegap hendak turun dari ranj
Sasmita pulang diantar anak buah Rey. Tidak ada jawaban dari Kanigara. Dia telah berlutut dengan sepenuh hati, tapi Kanigara malah pergi begitu saja."Kamu tau, akibat ulah anakmu itu. Hampir saja aku kelihangan menantu dan calon cucuku. Tidak hanya itu, anak keduaku, juga telah Alex lecehkan. Untung saja, semua masih bisa kami selamatkan."Sasmita terus memikirkan kata-kata Kanigara sebelum pergi. Meski anaknya ada pada posisi salah, tapi dia sangat berharap anaknya mendapat kesempatan kedua.-Ayana menangis terisak. Dia melihat berita tentang suaminya di luar negeri."Itu tidak benar, Ayana. Percaya pada Jovan, jika itu hanya sebuah jebakan. Tidak bisa menjadi bukti hanya dengan foto seperti itu. Tidak hanya Leo, kami saja bisa mengedit Jovan berpelukan dengan yang lain," ucap Robin.Tangisan Ayana semakin menjadi. "Jangan membodohiku karena kalian semua temannya. Aku lihat dengan jelas jika mereka sangat dekat. Arabella juga bilang kalau itu asli bukan editan!" kesal Ayana.Vincen
Dilema, Kanigara harus menekan keras egonya saat ini. Dalam gemuruh dadanya, dia sangat ingin anak Sasmita mendekam lama di penjara. Atau, tangannya sendiri yang akan membuat Alex terdiam selamanya. Namun, air mata Sasmita telah membuat Kanigara tidak bisa tidur nyenyak."Rey, kamu temui Alex dan lihat perkembangannya di penjara. Aku tidak mau salah mengambil keputusan!" ucap Kanigara.Rey paham dengan pikiran Kanigara. "Akan saya lakukan. Hari ini, Anda harus istirahat di rumah!""Bagaimana Sasmita, apa dia baik-baik saja?" "Sesuai perintah Anda. Ada anak buah yang mengawasi di sekitarnya. Anda tenang saja."Kanigara menghela nafas. "Dulu ... kami sangat dekat. Dia yang paling rajin membuat minuman dan kue saat kami para pria sibuk berdiskusi. Kenapa sekarang menjadi seperti ini?" sesalnya."Semua terjadi di luar kuasa Anda. Nanti saya Akan menemui Alex."-"Wanita yang menjebak kita masih dalam pengejaran. Kemungkinan akan tertangkap bersama Febby," jelas Leo."Kamu sudah siapkan j
Mereka ada di ruang kunjungan lapas. Alex terkekeh, dia menatap tajam Rey. "Di mana mamaku, apa kalian menyakitinya juga?"Rey masih terdiam tenang dengan tangan melipat di depan."Jawab bodoh!" geram Alex."Aku sebenarnya malas bertemu dengan pria bodoh dan tidak tau diri sepertimu. Tapi, karena tuanku dan ibumulah aku bisa sampai di sini," kesal Rey."Aku tidak akan melepaskan kalian jika berani menyakiti mamaku!" berat Alex membelalak."Bersikap baiklah, agar tuanku berbaik hati padamu!""Cih, omong kosong!""Apa kamu sudah menemukan jawaban dari semua rasa dendammu? Jika sudah, aku sangat menyayangkan. Ayahmu mati terbunuh secara tidak sengaja karena temannya, ayah Marko yang telah menariknya saat ada peluru melesat. Dan kamu hanya menghancurkan hidupmu sendiri dengan pikiran sesatmu. Dulu, ayahmu terjerat oleh ayahnya Marko. Sekarang, kamu pun menjadi korban Marko." Rey tertawa."Diam!" sentak Alex, dia tidak suka Rey mengejeknya."Aku akan mempertimbangkan soal kebebasanmu, jik
Tidak ada sahutan serius dari Vincent soal Arabella mau ikut sekalian acara makan malam. Terasa aneh, bicara soal wanita bawel ini, dia pasti akan memilih privasi dan malas diganggu."Terserah kalau kamu tidak mau secepatnya, aku juga tidak mau belajar lagi, apalagi ke kantor." Arabella menyudahi kompresan dari Vincent, dia berdiri dan keluar."Haruskah kamu ikut besok?" seru Vincent.Arabella berbalik. "Aku akan tidur di rumah malam ini, karena Jovan sudah pulang. Pikirkan saja baik-baik!" Dia pergi.-Lewat tengah malam. 5 Pria duduk di ruang kerja Jovan."Sudah akur kamu sama Ayana? Wangi banget." Robin mengendus Jovan.Jovan berdecak sambil mendorong kepala Robin. "Aku habis mandi berkali-kali."Semua lantas tertawa. "Apa hubungannya kamu pulang sama mandi berkali-kali? Heh, Ayana sedang masa pemulihan, dia tidak bisa kamu banting-banting ajak guling," ucap Brox."Dia tidak mau aku dekati kalau belum mandi. Katanya aku bau wanita genit."Kembali mereka tertawa."Ayana semakin pin
Anak Tuan Kanigara jadi karyawan biasa? Apa tidak salah? Itu yang ada dalam pikiran para karyawan saat Vincent mengantar Arabella ke meja kerjanya."Pak, Vincent.""Pak, Vinc."Banyak yang menyapa Vincent dengan senyum ramah. Namun, Vincent tetap berwajah datar.Tidak dengan Arabella. Dia mencebik dan mengumpat dalam hati."Ini meja kerjamu, soal tugas pekerjaanmu akan dijelaskan oleh manajer nanti. Aku pergi dulu, di luar sana sudah ada pengawal yang mengawasimu," jelas Vincent."Nanti makan siang aku ke ruanganmu."Vincent mengangguk, dia pergi."Mana manajernya, cepat bilang apa tugasku!" seru Arabella, tetap saja dia tidak bisa melepas identitas anak petinggi perusahaan ini.Yang katanya manajer malah takut dan sungkan pada Arabella. Dia menjelaskan dengan terbata dan gugup.Suasana ruangan menjadi tegang dan Arabella tidak peduli hal itu, dia hanya ingin cepat naik jabatan jadi manajer dalam waktu satu bulan dan membuat Vincent puas. Arabella fokus pada layar komputernya.Di rum
Memicing dan begidik, Arabella tidak habis pikir dengan ide Vincent untuk makan di tempat seperti itu."Ini bersih?" bisik Arabella memajukan wajah pada Vincent.Vincent menahan nafas sekian detik, karena tersapu nafas Arabella."Kita serius mau makan tempat ini?" Arabella menoleh pada para pengunjung lain.Vincent agak memundurkan kursi plastik tanpa punggung itu. "Kamu boleh tunggu di mobil kalau tidak mau makan," ucap Vincent.Terdengar desahan kesal dari Arabella.Makanan datang. Aneka olahan seafood yang menggunggah selera. Vincent memesan lumayan banyak.Vincent memakai sarung tangan plastik. Dia mengambil lobster dan menyuapi Arabella."Coba dulu baru komentar. Jangan terbiasa membuat kesimpulan tanpa mengetahui isi masalah."Arabella menerima suapan yang agak dipaksa itu. Mengunyah pelan dengan merasakan ...."Lumayan!" Arabella kini memakai sarung tangan plastik dan segera merebut makanan itu.Pedas enak. Arabella dan Vincent menikmati sambil tertawa dan berebut."Vinc!" ser