Share

KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU
KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU
Penulis: Rizka Fhaqot

Luka

Penulis: Rizka Fhaqot
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-14 22:09:40

"Papa ingin menikah lagi, Ma!"

Rio yang tengah duduk di kursi makan berucap lirih, membuat sang istri yang kini tengah sibuk membuatkan sarapan untuk keluarga kecil mereka mematung dengan hati hancur berkeping. 

Hana Humayra—perempuan cantik dengan hidung bangir berusia akhir 35 tahun itu menghentikan gerakan tangannya yang tengah menyiapkan sarapan. Namun, tak berlangsung lama, sesaat kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya, bersikap seolah baik-baik saja meski emosi seketika meluap.

Ingin rasanya ia melempar wajan di tangannya itu ke sembarang arah.

Setelah selesai, kaki jenjangnya melangkah mendekati sang suami. Meletakkan mangkuk berisi penuh nasi goreng di atas meja. 

Hana menduduki kursi yang berada persis di hadapan sang suami, dengan bibir terkunci dan sorot mata begitu dingin. Menatap lekat wajah laki-laki yang telah menikahinya selama empat belas tahun itu hampir tak berkedip. Hana tengah memaksa agar luka di hatinya tak membuat air matanya tumpah. 

Beberapa detik berlalu tak ada percakapan antara keduanya. Rio hanya menunduk. Tak biasanya laki-laki dengan ego tinggi itu menampakkan wajah kalah di depan sang istri yang biasa dianggapnya lemah. 

Rio Zamzani, laki-laki itu kini memberanikan diri untuk menatap mata Hana. Ada rasa bersalah di sudut hatinya. Namun, ego dan rasa sayangnya pada perempuan di seberang sana lebih penting dari sekedar rasa bersalah, toh, kesalahannya pada Hana sepertinya tak lagi dapat dihitung jari. 

Rio seakan tak lagi memiliki empati terhadap sang istri, ia tengah dimabuk cinta oleh perempuan yang 20 tahun lalu pernah menjadi cinta pertamanya, Inez. 

"Mama denger Papa?" Rio kembali melempar tanya. 

Hana bungkam. Wajah perempuan itu tak menunjukkan ekspresi apapun, hanya helaan napas panjang yang kemudian terdengar sebagai gambaran hatinya yang tengan tidak baik-baik saja. 

Bukan, bukan ia tak ingin marah. Namun, lebih tepatnya ia sudah sangat lelah dengan ulah laki-laki itu. 

14 tahun mendampingi Rio bukanlah hal yang mudah. Laki-laki dengan ego tinggi serta keras kepala itu membuat Hana harus mampu menggandakan sabarnya, demi terjaganya keutuhan rumah tangga mereka. 

Terlebih tiga buah hatinyalah yang menjadikannya kuat seperti sekarang. Namun, sepertinya kali ini ia kalah kuat dengan sikap Rio yang ia rasa tak lagi memiliki hati nurani sebagai seorang suami. 

Tak puaskah laki-laki itu memusuhi keluarganya? Bersikap acuh terhadap perkembangan anak-anaknya? Abai terhadap perasaannya sebagai seorang istri? Hingga kini hal yang paling tidak ia inginkan pun ikut diminta oleh Rio, poligami. 

"Ma," panggil Rio saat melihat wajah datar sang istri. 

Hana mengerjap. 

"Papa minta izin," ujar Rio mengulang kalimatnya dengan kata yang berbeda tapi tetap mampu menyayat luka baru di hati Hana. 

Hana kembali terlihat menghela napas panjang, mengalihkan tatapan matanya ke atas meja makan. Ia sudah tahu ini akan terjadi. Seminggu lalu ia bahkan sudah menemukan chat mesra dari nomor kontak yang diberi nama 'Johan' di ponsel suaminya. 

[Aku akan melepaskan Marwan secepatnya jika Abang sudah mengantongi izin dari istri Abang.]

[Iya, Sayang. Abang akan secepatnya meminta izin pada Hana. Do'akan saja keinginan kita untuk mengulang cinta yang dulu menemukan jalan lapang.]

Pesan WA yang mampu membuat Hana meringis menahan sembilu yang menoreh luka di relung terdalamnya. Pesan singkat yang mampu membuat kepercayaan Hana pada Rio yang memang tak banyak tersisa kini semakin sirna. 

Hana cukup lelah untuk menangis, cukup lelah untuk marah-marah. Namun, ia pun menemukan titik lelah untuk bertahan. Mempertahankan pernikahan yang memang sudah cacat sejak lama ini rasanya sudah tak mungkin, kecuali ia ingin hancur bersama kemenangan sang suami. 

"Apa yang kurang dari pelayananku selama ini?" tanya Hana dengan suara tercekat di tenggorokan. Namun, dengan ekspresi wajah yang begitu dingin. 

"Tak ada yang kurang dari pelayanan Mama." Rio kini tertunduk. Tak biasanya laki-laki itu berekspresi persis seorang petarung yang mengaku kalah. Biasanya ia akan  membusung dada seolah setiap ucapannya adalah titah raja yang tak boleh dilanggar. 

Rio tak menampik karena selama menikahi Hana ia bahkan selalu dinomorsatukan oleh istrinya itu. Bahkan, Hana tak pernah memintanya untuk membantu pekerjaan rumah sekecil apapun. 

Setiap hari istrinya itulah yang mengerjakan semuanya. Bahkan 14 tahun menikah ia tak pernah sekalipun membantu sang istri memandikan anaknya atau sekedar mengenakan baju putra putrinya hingga saat ini. Semua Hana yang melakukannya sendiri. 

Rio bahkan tak tahu kapan Hana bangun untuk melakukan segalanya. Namun, semua pengorbanan sang istri seolah tak berarti apa-apa bagi Rio. Itu terbukti ketika beberapa detik lalu Rio meminta untuk menikah lagi. 

"Lantas?" tanya Hana berusaha tegar. 

"Pa—Papa masih sangat mencintainya, Ma," aku Rio dengan tergagap. Ia khawatir Hana akan mengamuk ketika mengetahui semuanya, karena ia sadar jika sejatinya tak satupun perempuan di bumi ini yang bersedia dimadu. 

"Cinta?" Hana berucap dengan dada bergemuruh. 

"Ya, Papa masih sangat mencintainya," lirih Rio pelan. 

"Lalu, apa alasan Papa menikahi Mama dulu? Bukankah kalian lebih dulu mengenal sebelum akhirnya Papa bertemu Mama?" tanya Hana masih dengan tatapan dingin. Jujur, ia mulai tak nyaman dengan panggilan 'Papa Mama' setelah tahu hati suaminya terbagi untuk wanita lain. 

"Dulu, kami sudah merencanakan untuk menikah, tapi orang tua Inez memintanya menikah dengan  laki-laki pilihan mereka." 

"Ternyata Inez namanya … Mama kira Johan," ucap Hana dengan penuh penekanan membuat Rio susah payah menelan ludah sendiri. 

"Itu artinya dia bukan jodoh Papa," lanjut Hana tanpa peduli ekspresi sang suami yang mulai getir. 

Hana terlihat begitu tenang, meski hatinya sejak tadi memintanya menyiram minuman panas berwarna hitam pekat di hadapannya itu ke wajah suaminya.

"Bukankah jodoh bukan tentang siapa yang pertama? Dia mencintai Papa, Ma. Papa paham waktu itu Papa belum bisa membuktikan pada orang tuanya jika Papa bisa mapan dari segi materi, hingga orang tuanya tak merestui kami." Rio mengenang kembali bagaimana hancur hatinya saat itu, di mana ia harus kehilangan gadis pujaannya. Dan ia tak ingin kejadian itu kembali terulang setelah kini ia kembali mendapat kesempatan dari Inez. 

Hana menarik sudut bibir ke atas, menampakkan senyum sinis di wajah dinginnya. 

"Apakah dia janda?" tanya Hana kemudian. 

Beberapa saat Rio terdiam, pertanyaan Hana membuatnya dilema. Harus dengan kalimat apa ia menjawabnya. 

"Apa suaminya meninggal?" Hana kembali mengulang pertanyaannya dengan bahasa berbeda. Menelisik wajah tak nyaman sang suami. 

Rio terlihat mengusap dahinya. Tiba-tiba keringat dingin berjejalan ke luar. 

"Tidak, Ma. Suaminya kasar dan suka main tangan. Bahkan suaminya malas bekerja, hingga Inez-lah yang harus pontang-panting mencari nafkah untuk anak-anaknya." 

Kasar katanya? Apakah ia tak menyadari apa yang ia lakukan pada Hana? Entahlah, laki-laki itu seolah penjahat yang tengah berlagak menjadi malaikat penyelamat. 

Hana terdiam sejenak dengan gigi-gigi merapat. Ingin rasanya ia mengucap sepatah kata kasar laki-laki berijazah sarjana ekonomi di hadapannya itu, semisal 'bodoh' atau 'goblok!' Namun, ia masih mampu menahannya. 

Menurut Hana, Rio memang telah dibutakan oleh cinta haramnya dengan perempuan itu, hingga tak lagi bisa membedakan cinta tulus, dan cinta karena sesuatu. 

Sesaat kemudian Hana menghela napas panjang. Berusaha ia enyahkan sesak di dada, meski sesak itu kini kian bertambah. 

"Baiklah. Mama mengikhlaskan Papa untuk menikah lagi ...," ucap Hana dengan menggantung kalimatnya. 

Diulurnya tangan untuk mengambil segelas teh yang tadi ia peruntukkan untuknya. Menyeruput minuman berwarna coklat kemerahan itu sekedar membasuh  tenggorokannya yang sedari tadi tak nyaman. 

"Hah, Mama serius?" tanya Rio dengan wajah menampakkan binar harapan. 

Hana mengangguk sambil meletakkan kembali gelas bening berisi teh manis yang masih separuh ke atas meja. 

"Ya. Tapi sebelumnya, lepaskan aku," ucap Hana dengan nada dingin. Tatapan matanya lekat pada wajah sang suami, membuat degub jantung Rio seketika berkejaran. 

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
laki bodoh
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
udah g masanya lg menghadapi suami kayak gitu dg tetap bertahan bersama rasa sakit kecuali klu udah g waras. 14 th memposisikan diri kayak babu merangkap istri itu menunjukkan ketololan mu. berbicara sendiri dlm hati sana dg minta mati perkahan2
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Hallo author ijin baca ceritanya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Jangan menukar hukum!

    "Lepaskan aku!" ucapnya dengan suara bergetar. Susah payah ia menahan agar sesak yang kini menghimpit dada tak membuatnya lemah. "Apa alasanmu meminta berpisah, Ma? Bukankah poligami adalah sunnah. Kau bisa mendapat pahala besar dari ikhlasmu melakukannya."Semudah itukah para laki-laki berucap? Apakah hatinya buta ataukah mati rasa, hingga dengan lantangnya menyuarakan sunnah tanpa ia sendiri paham bagaimana sunnah itu seharusnya ditunaikan. "Benarkah poligami itu sunnah?" tanya perempuan dengan warna kulit kuning langsat itu. Hana masih sangat cantik di balik wajah kelelahan dengan mata panda-nya. Namun, cukup banyak laki-laki yang memang tak pernah merasa puas meski telah memiliki istri secantik apapun. "Aku rasa kaupun tahu tentang itu," ucap Rio lemah. "Lantas hukum shalat lima waktu?" tanya Hana bermakna sindiran. Rio menegakkan posisi duduknya. Susah payah ia menelan ludah sendiri setelah mendengar kalimat Hana barusan. Hening. Keduanya bungkam. Hana dengan setia menant

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Pembelaan untuk wanita lain

    "Jangan, Ma. Jangan sampai keluarga Mama tahu tentang ini." Wajah Rio memucat. Ia menyesali dirinya yang tak mampu bersabar lebih lama lagi. "Lantas, aku harus memendamnya sendiri? Begitu? Belum cukupkah selama 14 tahun bersama kau membuat wajahku persis seperti perempuan 10 tahun lebih tua dari usianya?" Hana mengerutkan dahi. Mata dengan kelopak menghitam karena beban hati dan pikiran itu sedikit membulat. "Ceritakan pada Mama saja, jangan pada Ibu atau Ayah," ucap Rio tanpa merasa bersalah. Mama adalah panggilan terhadap ibu dari Rio. "Tak perlu. Aku sudah tahu apa yang akan Mama katakan jika aku menceritakan ini padanya. Aku akan diminta untuk bertahan dan bersabar menghadapimu, persis seperti selama ini. Sekali lagi kukatakan, aku tetap akan mengatakan ini pada orang tuaku, karena tempat ternyaman bagiku hingga saat ini adalah mereka. Aku tak akan berniat lagi mempertahankan biduk rumah tangga ini seperti yang sudah-sudah." Hana bersikeras. "Ya, sudah, kalau begitu biar anak

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Tempat pulang ternyaman

    Matahari mulai menguning ketika Hana memilih menghabiskan waktu di rumah orang tuanya. Rumah yang hampir tak berjarak dari rumahnya. Ya, rumah mereka berdampingan, bahkan tanah di mana rumah yang Hana tempati dibangun adalah milik orang tua Hana. Tepatnya, tanah yang diberikan oleh orang tuanya untuknya. Suara riuh tawa Ica dan Ira yang kini tengah bermain boneka tak jauh dari Hana duduk bersama sang mama, membuat suasana terasa begitu hangat. Di rumah inilah mereka merasakan surganya keluarga, sedang di rumah mereka, mereka dituntut untuk bersikap selalu baik dan tak boleh melakukan kesalahan jika tak ingin mendapat bentakan kasar dari laki-laki yang mereka panggil 'Papa'. "Kau sudah matang dengan keputusanmu ini, Na?" tanya Diana, perempuan berusia 65 tahun itu dengan wajah sendu. Sejak lama ia tahu bagaimana perlakuan sang menantu terhadap anak yang mereka sayangi. Bahkan tak jarang suara benda-benda membentur lantai karena kemarahan Rio terdengar sampai ke rumah ini. Sejak lam

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Menolak hadiah

    Berkali-kali menarik napas dalam mengembusnya ke luar, berharap hatinya sedikit lebih tenang.Melirik sekilas pada Ica yang kini sibuk berceloteh di depan cermin lebar pada pintu lemari. Beberapa detik kemudian kedua ibu jari Hana menari di layar ponsel. Menumpahkan emosi lewat huruf demi huruf yang terangkai menjadi kata pada layar datar ponselnya. [Terima kasih telah mengambil laki-laki itu dariku. Katakan padanya untuk segera mencaraikanku karena aku sama sekali tak membutuhkannya lagi. Jika dia tak melakukannya berarti kau tak begitu berarti baginya.]Hana terduduk di kasur setelah pesan balasan baru saja ia kirim. Kedua tangannya terasa bergetar seiring kesadaran yang mulai pulih. Ia tak percaya ketika menyadari perempuan itu seberani ini terhadapnya, seolah dirinyalah yang menjadi pengganggu hubungan mereka. "Kamu kenapa, Ma?" tanya Rio yang baru saja masuk ke kamar. Hana menggeleng pelan. mendorong pelan tubuh Ica untuk ke luar. "Ica main sama Kak Ira dulu, ya, nanti Mama

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Saat Lelah untuk Diam

    Hana menatap dengan ekspresi datar pada mertuanya itu. Akan ada lagi drama yang tercipta jika perempuan itu datang ke sini. Perempuan berusia 60 tahun itu baru saja keluar dari mobil Rio, lalu berjalan menuju pintu utama. Perempuan itu masih terlihat sangat kuat meski di usianya yang sudah cukup tua. Jujur, dulu Hana merasa kagum pada mertua perempuannya itu yang sanggup datang mengunjungi anak cucunya meski hanya sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu rasa kagum itu memudar setelah tahu bagaimana mertuanya itu menganggap dirinya tak lebih seorang perempuan yang hanya berdiam diri di rumah tanpa menghasilkan uang.Rio berjalan mengekor di belakang sambil menyeret koper berukuran sedang di tangan kanannya. Hana mengulur tangan kala jarak antara mereka semakin terpangkas, mencium takzim punggung tangan itu dengan bibir terkunci. "Mana anak-anak?" tanya Maria sambil celingukan ke penjuru ruangan. "Abi masih sekolah, Ira dan Ica lagi makan siang di dapur," jawab Hana dengan bibir

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Luahan Rasa

    Maria sama sekali tak menyangka jika menantu kebanggaannya itu akan berucap hal menyakitkan barusan. Ya, diantara dua menantunya, Hana adalah menantu idaman baginya, menantu yang selalu ia puji di depan menantu lainnya. Sangat wajar jika Maria bersikap demikian karena Lina, istri dari anak keduanya adalah tipe perempuan yang ceplas-ceplos dan tak suka diatur-atur. Rio nampak memasang wajah kesal. Namun, berusaha ia tahan karena posisinya sekarang dalam keadaan genting. Laki-laki itu sedikit bersyukur karena hari ini ia mengambil cuti, jika tidak, sudah dipastikan perdebatan dua perempuan barusan akan berakhir fatal. "Kenapa kau berbicara begitu, Hana?" tanya Maria dengan tatapan tak percaya. Hana tak langsung menjawab, kini fokusnya terarah pada Ica yang sibuk menghabiskan makanannya, sedangkan Ira pura-pura tak paham dengan pembicaraan tiga orang dewasa di hadapannya itu, meski ia mulai sedikit tahu ke mana topik pembicaraan mereka. "Ira udah kelar makannya?" tanya Hana lembut.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Bukti Baru

    "Sadarlah Rio, perempuan itu masih bersuami, mana punya anak 3 lagi." Maria menasehati dengan suara pelan. Tatapan matanya luruh pada wajah gusar sang anak. "Mama diam! Jangan mengurusi rumah tanggaku, urusi saja rumah tangga Mama sendiri!" bentak Rio seraya bangkit dan berlalu ke luar. Beberapa saat kemudian deru mesin mobil terdengar, kemudian kian menjauh. Entah ke mana perginya laki-laki itu. Tangan yang telah dipenuhi keriput itu mengusap kuat dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Matanya seketika berkaca-kaca. Ini entah kali keberapa Rio membentaknya dengan bentakan menggores luka di hati. Namun, meski demikian Maria tetap rutin mengunjungi anaknya itu meski jaraknya paling jauh dari anak-anak yang lain. Apalagi kalau bukan karena uang. Ya, Rio adalah anaknya yang memiliki gaji tertinggi dibandingkan yang lain, serta yang paling royal memberikan uang padanya. Tentu saja, jika hanya bergaji 4 juta perbulan seperti anak keduanya, mana mungkin mampu memberinya uang dengan jumlah

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Amarah Siap Meluap

    "Sayaaaang! Aku udah mengajukan gugatan ke pengadilan, aku nggak mau, ya, kalau sampai aku resmi bercerai dari suamiku, kau tak kunjung meninggalkan perempuan itu." Lanjut suara dari seberang sana membuat harga diri Hana kian terinjak-injak. Hana memutus telepon secara sepihak. Ia tak ingin lebih muak lagi jika terlalu lama mendengar suara bernada manja perempuan murahan yang dibanggakan suaminya itu. Sekarang Hana tau apa yang membuat Rio izin lembur hari ini. Ya, lembur, lembur untuk menikmati waktu bersama perempuan murahan itu. "Tak akan ada maaf lagi untuk kali ini," desis Hana dengan wajah penuh murka. Tangan dengan jari-jemari lentik itu menggenggam kuat ponsel kecil itu. Jika benda itu hanya sekeras tempe, maka dapat dipastikan kini tak lagi berbentuk. Hana memejamkan mata untuk beberapa saat dengan wajah menengadah ke langit-langit kamar. Amarah di dadanya kian menumpuk, beban berat di hatinya seakan tak mampu lagi ia tampung. Hampir saja ponsel milik Rio itu menghantam

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21

Bab terbaru

  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Ending

    Mendengar pertanyaan dari Inez, Marwan terdiam. Bersamaan dengan itu perempuan yang tadi mengantar minum untuk Inez kembali datang. Perempuan berwajah manis dengan kulit kuning langsat itu memilih duduk tepat di samping Marwan. Bibir merah mudanya tersenyum ramah ke arah Inez lalu berpindah melirik Marwan. Susah payah Inez menelan ludah. Prasangka buruknya membuat keringat dingin berjejalan di sela-sela jari dan telapak tangannya. "Kenalin, ini Sarah istriku," ucap Marwan sambil melempar senyum tipis ke arah sang istri. Perempuan berusia awal 30 tahun itu mengulurkan tangannya ke arah Inez. Jika dibandingkan dengan Inez, perempuan bernama Sarah itu masih kalah cantik. Inez nyatanya jauh lebih cantik jika dinilai dari fisik. Namun, bukan itu yang Marwan lihat. Ia tak ingin cinta yang dulu berawal dari kepuasan mata membuat dirinya harus menjalani kehidupan serupa seperti dulu lagi. Inez seketika terhenyak. Jawaban yang keluar dari bibir Marwan tak ubah seperti palu godam yang men

  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Penyesalan Inez

    Inez kembali terperangah dengan mata membulat sempurna. Sony ternyata ditangkap karena telah membunuh pacar yang telah ia pacari setahun terakhir, dengan cara membekapnya dengan bantal hingga menghembuskan napas terakhir, lalu melarikan motor serta ponsel milik sang pacar. Inez segera berlari ke kamar. Rasa sesal dan kecewa memenuhi rongga dadanya. Air mata kembali meleleh ketika sadar betapa bodoh dirinya karena telah luluh dengan janji manis serta tampang rupawan laki-laki brengsek itu. Ternyata saat bersamanya Sony sudah memiliki pacar. Berkali-kali inez memukuli dadanya yang kini terasa sesak. Satu per satu kebodohan yang pernah ia lakukan kini berputar di kepala, membuat rasa bersalah pada Marwan kian bertumpuk. *Malam datang bersama aroma damai ketenangan bersama rintik hujan yang luruh ke bumi. Namun, tidak dengan hati Inez. Malam ini ia kian gamang. Hatinya berkeinginan untuk datang meminta maaf pada Marwan. Namun, ia terlalu malu untuk menampakkan wajah hinanya di hadapan

  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Nasib Sony

    Hana menautkan alis seraya menggeleng pelan. Bibirnya mengulum senyum manis, bahkan sangat manis. "Sejak kapan?" Ia balik bertanya. "Jauh sebelum kau kenal mantan suamimu," jawab Hakim dengan raut wajah nampak serius. "Hah? Serius?" Hana kembali bertanya. Hakim mengangguk pasti. Hana menatap lekat wajah sang suami. Selama ini Hana tak pernah menganggap Hakim lebih dari teman, atau mungkin sahabat. Yang ia tahu Hakim sangat nyaman untuk dijadikan teman bercerita sekaligus rekan kerja. Sejak dulu Hakim dikenal suka membantu, bahkan hampir semua teman-teman di kantor lama mereka dulu dekat dengan Hakim. "Apa kau merasa Abang mempunyai teman dekat perempuan saat itu selain kamu?" tanya Hakim memastikan. Hana nampak berpikir sejenak, lalu menggeleng pelan. "Setiap kedekatan antara laki-laki dan perempuan, sudah pasti salah satu di antara keduanya memiliki rasa, Na. Nggak usah munafik. Pada kedekatan kita dulu, Abang lah yang memiliki rasa padamu," ucap Hakim jujur. Kini tatapan mat

  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Hari Bahagia

    Dua minggu berlalu. Hana menatap bangga laki-laki yang kini tengah menjabat tangan Pak Penghulu dengan wajah serius. Laki-laki yang kini tengah mengikrarkan janji suci di depan saksi. Wajah penuh riasan itu kini berubah sendu manakala kata 'sah' mengawang di udara. Memecah khidmatnya acara pagi ini. Tepat beberapa detik yang lalu, dirinya kembali sah bergelar istri setelah delapan bulan menyandang status janda. Mungkin bagi sebagian orang ini terlalu singkat. Namun, Hana tak ingin menunda saat laki-laki baik datang padanya, persis seperti apa yang dikatakan sang ayah kala itu. Binar bahagia nampak pada wajah keduanya ketika Hana dan Hakim bersanding di atas pelaminan untuk menyambut kedatangan para tamu. Anak-anak mereka berkumpul menyaksikan kebahagiaan orang tua mereka. Kini Ira dan Shanum nampak tak ingin berjauhan. Dua anak perempuan itu kini menikmati hubungan yang kian dekat dari sekedar sahabat. Kedua orang tua Hana nampak lebih muda dalam riasan serta pakaian yang mereka

  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Penderitaan Inez

    Bayangan kematian kian menghantui Inez. Keringat dingin meluncur di dahi hingga jemari perempuan itu. Ines mengangguk cepat, matanya kian gencar mengeluarkan butiran bening. "Bagus," ucap laki-laki itu dengan senyum menyeringai. "Jangan sampai kau berteriak seperti tadi, jika tak mau pisau ini menembus perutmu." Sony kembali mengancam.Rasa takut yang membuncah membuat Inez akhirnya kembali mengangguk. Sigap sony melepaskan ikatan kain di mulut perempuan itu. "Aku mohon, setelah ini lepaskan aku," lirih Inez dengan air mata kian deras membanjiri wajahnya. Berharap masih tersisa empati di hati laki-laki itu. "Pasti, pasti akan kubebaskan setelah mengatakannya, aku janji," ucap sony dengan wajah meyakinkan. Laki-laki itu merogoh ponsel di saku celananya. Sekarang ia siap mengetik deretan nomor yang akan Inez katakan. Dengan bibir bergetar karena ketakutan akhirnya Inez mengatakan kode pin ATM-nya. Akhirnya ia menyerah, mengingat nyawa yang jauh lebih berharga dari segalanya. "Kata

  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Wajah Asli Sony

    Wajah Inez kian memerah. Impian yang dijanjikan Sony selama mereka bersama pupus sudah. Harapannya tentang hidup bahagia bersama laki-laki impiannya telah kandas. Tangan Inez mendorong kuat tubuh laki-laki itu hingga Sony terjengkang. "Aku tidak butuh penjelasan tentang kebodohanmu, yang aku butuhkan sekarang adalah uangku kembali!" pekik Inez membabi buta. "Sekarang juga kembalikan uangku!" Inez kembali membentak dengan wajah merah padam. "Uang itu sudah lenyap, Nez. Percuma saja kau memintanya. Bahkan sampai kau nangis darah pun uang itu tak akan pernah kembali," jawab Sony sambil berusaha bangkit. Ia ikut meninggikan suara. Wajah Inez kian memerah. Perempuan itu kalap, ia meraih vas bunga di atas meja melempar kuat ke arah Sony, hingga vas cantik berwarna putih itu tercecar di lantai berhamburan. Setelahnya ia kembali meraih sebuah hiasan keramik yang diletakkan di samping kursi. Melempar benda itu ke sembarang arah. 

  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Inez ditipu

    "Lagian bisnis kamu sampai sekarang masih belum jelas. Pakai saja uang 200 juta yang aku kasih waktu itu, aku sudah nggak punya simpanan banyak lagi. Lagi pula uang hasil penjualan rumah itu hanya tinggal sedikit. Aku memberi 80 persennya untuk kau kelola. Tapi sampai detik ini tak ada kabar. Setiap aku membahas masalah itu kamu selalu bilang, sabar, ya'. Aku capek, Son, capek nanyain kejelasan semuanya." Inez beranjak ke dalam sambil menghentak-hentakkan kaki ke lantai. Laki-laki itu tersulut emosi. Namun, semampunya ia meredamnya. Jika bukan Inez, siapa lagi yang bisa diandalkan saat ini. Sony menguyar rambut kasar. Pikirannya penuh sesak tentang kerusakan mobil hingga bisnis yang dijanjikan temannya. Benar kata Inez, dirinya memang hanya dijanjikan tanpa ada kepastian.Ia beranjak masuk, berniat membujuk perempuan itu agar mau membantunya. Nampak Inez tengah tiduran di sofa mewah di depan TV bersama Rafa. Rafa sibuk memainkan leggo, mem

  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Sebatas Adik

    "Abang memiliki rasa padanya?" Selidik Hana. Hakim menggeleng pelan. "Menganggapnya sebatas adik. Tak lebih," aku Hakim. "Kalau begitu, aku tak memiliki alasan untuk cemburu," jawab Hana berusaha menutupi rasanya. Ya, sejujurnya rasa cemburu itu tetap ada. Namun, melihat sikap Hakim tadi membuatnya merasa tak pantas menunjukkan rasa dengan cara berlebihan. "Kau yakin?" tanya Hakim dengan menaikkan sebelah alis. Hana hanya tersenyum simpul. "Syukurlah …." Hakim nampak lega. "Oh, ya, boleh aku berbicara tentang kita?" tanya Hakim kemudian. "Tentang kita?" Hana mengulang pertanyaan Hakim sambil tersenyum geli. "Jangan tertawa!" Hakim terkekeh. "Siapa yang tertawa?" "Barusan?" Telunjuk itu terarah pada Hana. "Itu senyum. Apakah seorang dengan pangkat manager di perusahaan besar tak bisa membedakan mana senyum dan mana tertawa?" ledek Hana. "Baiklah … ya, kau barusan hanya tersenyum. Aku sadar karena lelaki memang tempatnya salah, terlepas dari apa jabatan pekerjaan maupun tite

  • KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU   Penantian Sia-sia

    Cincin yang fotonya bulan lalu di kirim Dewi padanya. Ya, Dewi mengatakan jika Hakim memintanya memilih model yang paling bagus. Dan pilihan Dewi jatuh pada cincin yang kini melingkar di jari manis Hana. "Aamiin," ucap Hakim dan Hana bersamaan sambil melempar senyum. Susah payah Rena menelan ludah sendiri. Melihat raut wajah dua orang di hadapannya itu saat saling tersenyum, mampu membuat hatinya meringis. Ada beban yang tiba-tiba menghimpit dada, menciptakan sesak. Hayalannya tentang bagaimana cincin itu melingkar indah di jari manisnya kini pupus sudah. Semua mimpi-mimpinya tentang masa depan bersama Hakim seketika kandas. Ada luka yang baru saja tergores di hati, luka karena perasaan berlebih pada orang yang salah. Jika saja ia tengah sendiri, ingin rasanya meluahkan rasa lewat air mata. Sekian lama ia berusaha menampilkan yang terbaik di hadapan Hakim maupun keluarganya. Namun, semua hanya kesia-siaan. Dua tahun waktunya menjaga hati untuk Hakim sama sekali tak dihargai. Ent

DMCA.com Protection Status