Share

Makan Malam

Penulis: Humairah Samudera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku memang manusia biasa

Yang tak sempurna dan kadang salah

Namun di hatiku hanya satu

Cinta untukmu luar biasa 

Lagu Manusia Biasanya Yovie & Nuno masih mengalun merdu di kamar Kenzy. Entah mengapa, hampir seharian ini dia memutar lagu-lagu lawas berbahasa Indonesia. Bukan, bukan berarti aku memperhatikan kebiasaaan dia, sih. Terserah saja dia mau memutar lagu apa, kapan, dimana dan sampai kapan. That is  not my business. Tapi masalahnya volumenya itu lhooo, sudah seperti di Baar and Karaoke saja? 

Aku mau mendampingi dirimu

Aku mau cintai kekuranganmu

Slalu bersedia bahagiakanmu

Apapun terjadi kujanjikan aku ada

Nah, kaaan? 

Bukannya dipelankan malah semakin dikeraskan! Bagaimana aku bisa konsentrasi belajar kalau begini ceritanya?  Masa harus mengungsi di kamar tamu lagi, sih? Bukan apa-apa, aku malas naik turun tangganya. Belum lagi, di sana nggak ada pemanas ruangannya. Duh, duuuhhh, perlu pertimbangan sejuta kali, deh?

Tok, tok, toook ...!

Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Kenzy. Selama tujuh bulan di sini, inilah pertama kali aku melakukannya. Mengetuk pintu yang selalu kuhindari setiap kali melintasinya. Halooo, kamar Kenzy persis berada di depan kamar mandi, samping tangga, lemari persediaan makanan, ruang baca dan di sudut kamarku. Bayangkan, berapa kali dalam dua puluh empat jam aku melintasi kamarnya?

Uncounted, really. 

Tok, tok, toook ...!

Lagi, aku mengetuk pintu kamar Kenzy yang dipenuhi dengan stiker yang diangkutnya dari berbagai negara di dunia ini, kukira. Baanyak sekali, nyaris menutup seluruh pintu. Barangkali, kalau ada orang asing berkunjung ke rumah ini---kecuali melihat gagangnya---nggak akan tahu kalau itu pintu. Terutama jika tamunya itu aku. Sungguh, sudah mirip dengan pameran stiker. Ajaibnya, aku bisa menemukan stiker bertuliskan JOGJA ISTIMEWA. WELLCOME TO MALIOBORO! di antara sekian banyak stiker yang terekat kuat di sana. 

Benar, Jogja memang selalu istimewa, di hatiku. Malioboro? Waaahhh, tempat hangout yang paling menyenangkan bagiku. Nggak perlu masuk ke mall untuk menghabiskan uang dengan shopping atau menghabiskan waktu dengan window shopping. Cukup duduk-duduk di bangku kayu sambil menikmati sekitar saja sudah sangat menyenangkan. Spots favoritku, di depan Gedung Agung, Titik Nol Kilometer dan sekitar Stasiun Tugu.

"Kenzy!" 

Setelah menunggu sampai beberapa menit lamanya, aku memanggilnya juga, "Kenzy, please ... Not so loud!" 

Klik, kriiit! 

Aku sudah membalikkan badan dan bersiap kembali ke kamar, ketika pintu kamar Kenzy terbuka. Mau tak mau, terpaksa aku menghentikan langkah dan memutar setengah badan mengadap ke belakang. Betapa terkejutnya aku, melihat Kenzy yang hanya mengenakan pant dan dengan santainya menanyakan apa yang kukatakan tadi. 

"Oh, my God. Is that a tragedy?" gumamku lirih, sambil menutup wajah dengan telapak tangan kanan. 

"Ada apa, Anya?" tanya Kenzy tanpa perasaan bersalah sama sekali, nggak malu juga kelihatannya. 

"Your music is so loud for me. It's disturb my learning time!" semburku, masih sambil menutup wajah dengan telapak tangan kanan, "Sorry," kataku lalu membalikkan badan dan secepat mungkin kembali ke kamar. 

Selama dua puluh tahun kehidupanku, baru kali ini melihat seorang pria hanya mengenakan pant. Baru sekali ini, tadi dan pria itu adalah Kenzy Van Snoek. Hiii, itu sangat menakutkan. Menjijikkan. 

"Anya, tunggu!" panggil Kenzy dengan nada rikuh, "Sorry, gimana nanti ...? Jadi makan malam di luar, kan? Di Den Haag?" 

Kriiit, braaakkk! 

Tanpa berkata-kata, aku menutup pintu kamarku. Sedikit keras, sehingga terbanting begitu saja dan menimbulkan suara gaduh. Nggak nyangka sama sekali, kalau Kenzy bisa senekat itu. Ummm ... Terserah sih, kalau dia sedang sendiri di kamar. Bukan untuk menemuiku seperti tadi. Oke, oke ... Aku yang mengetuk pintu kamarnya tapi bukan berarti dia harus seperti itu, kan? Apa bagusnya, coba? Nggak ada.

Dooong! 

New Chat: K

[Sorry yg tadi]

Oooh, bisa juga dia merasa bersalah dan minta maaf? Kupikir, hatinya sudah terlalu keras untuk kedua hal itu. 

[OK] ketikku dengan jari-jari yang masih gemetar dan mengirimkannya pada Kenzy. Eh, K. 

Mengapa aku menamainya dengan K di kontak ponsel? Karena dia juga menamai kontakku dengan A. Biar serasi? Nggak juga. Menurutku, dalam hal-hal tertentu, Kenzy harus diberikan sikap yang seperti itu. Biar dia tahu, kalau dia bisa melakukan sesuatu pada orang lain, orang lain pun sama. Apa bedanya? Sama-sama manusia yang kulitnya bisa tergores dan hatinya bisa terluka, kan?

Dooong, dooong!

Chat Room: K

[And, how is the dinner?]

[Please, reply!]

Ah, rasanya masih terlalu malu untuk makan malam bersama Kenzy. Jangankan di Den Haag, di ruang makan pun rasanya nggak sanggup lagi. Kenapa sih, Kenzy kekanakan seperti itu? Kupikir, seiring bertambahnya usia, dia akan semakin dewasa. Tapi nyatanya? 

***

Elize mengantarku sampai di depan pintu. Dia mengundangku makan siang di rumahnya tadi. Kami nggak hanya berdua, ada Tante Theodora juga tadi, mamanya. Terlepas dari Elize yang harus membantu Tante Theodora makan---harus disuapi---makan siang kami berlangsung nikmat. Elize memanggang pizza untuk kami, pizza kreasi terbarunya, tentu saja. Sosis, keju, bayam dan ikan teri. Mungkin, kalau mengundangku makan siang lagi, Elize akan membuatkan kami pizza ikan sardine. Hihi.

Sampai sekarang, aku nggak tahu, kenapa kedua tangan Tante Theodora sekaku kayu. Nggak bisa digerakkan sama sekali. Untung, kedua kakinya sehat dan baik-baik saja. Kalau nggak? Mungkin Elize dan kedua kakaknya harus membayar mahal perawat untuk mama mereka. Bagaimana mungkin Elize yang berperawakan mungil itu, menggendong Tante Theodora seorang diri? Well, pasti ada hal yang mengharuskan untuk menggendongnya, bukan? Mininal dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya. 

Ah, what a life? 

"See you, Anya!" ucap Elize dengan nada haru, "Be careful, please?" 

Aku membalas dengan senyum tulus persahabatan, "See you, Elize. Thanks, you too. Take care of your self, right?" 

Padahal hanya mau pulang ke rumah yang jaraknya satu blok, tapi rasanya seperti mau pergi jauh. Ke luar kota. Oh bukan, ke luar negeri. Hihi. Baik aku maupun Elize sama-sama bersedih selama beberapa detik. Dramatic we are, jangan heran! 

Sebenarnya, aku masih pusing tentang tawaran makan malam bersama Kenzy. Kenapa harus di Den Haag, sih? Kalau di sana, sore hari kami harus sudah berangkat. Terus, pulangnya bagaimana? O'ooo, nggak mungkin kan kami menginap di hotel atau semacamnya? Walaupun kami suami isteri, sih.

Terlebih, tadi Elize mengingatkanku tentang komitmen itu. Satu rumah yes, satu kamar no. Artinya, jangan sampai aku terjebak dalam situasi apapun itu yang memaksa kami untuk berada dalam satu kamar. Kalau sama-sama tidur sih nggak masalah. Tapi, kalau aku tidur dan dia terjaga? Ummm, atau sebaliknya, bagaimana? Sepertinya Kenzy harus meralat tempat makan malamnya, deh?

Bab terkait

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Teguh Pendirian

    Deru angin dingin yang mengantarkan beku, membuatku tersadar, sudah sampai di belakang rumah. Serta merta pandanganku tertuju pada rumah boneka berpagar kayu merah jambu, rumah khas Belanda. Garasi sepeda yang terletak di samping kiri pintu pagar terlihat teduh dan hangat. Dinding kayunya yang bercat ungu muda, terlihat kontras dengan warna pagar. Kontras yang manis, menurutku.Di samping garasi sepeda, aku memanfaatkan lahan kecil---sekitar tiga kali empat meter---sebagai taman bunga. Sebenarnya, aku nggak begitu suka bertaman atau berkebun. Tapi, hanya itu yang bisa kulakuan untuk mengisi waktu luang di rumah. Dari pada bengong alias blank, kan? Lebih baik diisi dengan hal-hal yang bermanfaat.Begitu semangatnya, sampai-sampai aku membeli dua rak bunga putar dan meletakkannya di ujung taman. Sebenarnya, itu tempat untuk meja barbecue. Tapi karena Kenzy nggak pernah mengadakan, aku menggantinya dengan rak putar. Dua-duanya dipenuhi dengan bunga mawar dan dan aster. Warn

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Mimpi Buruk 1

    Seven months seven days.Itu usia pernikahan kami. Pernikahan yang terikat kuat meskipun berdasarkan sebuah kata pusaka, terpaksa. Bukan hanya aku yang terpaksa, tetapi Kenzy juga. Kami sama. Sama-sama terpojok oleh pahit dan sakitnya keadaan.Meskipun tetap nggak adil, menurutku. Iya, nggak adil, karena harus berdampingan dengan Kenzy yang sudah rusak ... Malu untuk mengakuinya, sebenarnya. Takut juga. Sebelum menikah denganku, Kenzy sudah sering terlibat dengan kasus obat-obatan terlarang. Sebelum menikah denganku, sudah beberapa kali keluar masuk hotel prodeo.Terapi di Rumah Sakit Jiwa pun sudah dijalaninya beberapa kali namun belum membuahkan hasil. Entah bagaimana, papanya yang rekan bisnis Papa, tiba-tiba punya pemikiran ajaib. Menurut pendapatku, papanya bukan mendapatkan wangsit secara misterius seperti yang diutarakannya. Aku yakin, dia hanya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Well, sebagai rekan bisnis, pasti dia tahu kalau perusahaan Papa seda

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Menenangkan Diri

    Sumpah, meskipun sudah membaca Pippi Longstocking karya Astrid Anna Emilia Lindgren---secara acak---dan Love, Star Girl karya Jerry Spinelli---juga secara acak---nyatanya perasaanku belum membaik juga. Rasanya seperti selembar kertas yang disobek dengan kasar oleh seseorang karena berulang kali typo, diremas-remas hingga membentuk bola lalu dilemparkan begitu saja ke tempat sampah. Plung dan hilang. Tenggelam di antara sekeranjang sampah yang lain.Yeaaahhh, andai selembar kertas memiliki perasaan, sih!Ummm, sepertinya aku membutuhkan sesuatu selain buku, deh? Itu, untuk menghapus jejak dan bayangan Marcella dari ingatan yang mulai over loaded. Saloon and Spa, shopping, gardening atau berjemur di pantai? Tapi, masa sendiri, sih? Ahaaa, aku tahu, aku tahu! Es krim. Titik.Segera, aku mengemasi tiga novel

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Es Krim Cokelat

    Aku meninggalkan speltuin yang semakin ramai oleh anak-anak dengan perasaan yang semakin berat, porak poranda. Takjub dengan semua yang menimpaku hari ini. Kenzy yang mengamuk di kamar mandi tadi pagi, tanpa sebab yang kuketahui. Katakanlah dia mabuk kuadrat dan mengacak-acak lemari perlengkapan dengan sempurna. Tetap saja amazing tralala, rasanya. Ketika aku menyalurkan empati dengan menanyakan apa yang telah terjadi, dia malah semakin mengamuk. Matanya melotot besar sekali seolah-olah aku baru saja menegurnya dengan kata-kata, "Hei, apa yang kamu lakukan, Kenzy?"Auto mundur alon-alon lah, aku. Tahu, kan? Mundur perlahan-lahan. Menyelamatkan diri. Kalau sudah melotot seperti itu, berarti mabuknya parah. Jadi, lebih baik aku yang mengalah. Nggak, nggak mungkin kembali ke kamar. Takut. Jadi, aku langsung berderap menuruni tangga menuju ruang makan keluarga yang terletak di dapur.

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Tulip Bakery

    Aku nggak tahu, harus sedih atau bahagia. Harus segera pulang atau tetap di sini, menghabiskan es krim dan brownies favorit. Ummm, yang jelas, harus membalas chat Kenzy, kan? Enak saja dia, menuduhku seperti itu? Kenzy jahat![Sorry?] ketikku di chat room lalu mengirimkannya dengan peasaan marah. Kadang-kadang Kenzy sulit untuk dimengerti, sungguh.Well, memang bukan urusanku, kalau pun pada kenyataan Kenzy terikat dalam hubungan khusus dengan Marcella. Tapi nggak perlu marah juga, dong? Apa salahku? Toh, Marcella pasti sudah memberi tahu kalau dia ke rumah, kan? Buktinya dia sudah tahu. Apa masalahnya, coba?Dooong!Kenzy: [At least, kamu chat aku, dong?]Hellooo, any body home?Sej

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Best Friends Time

    Nggak mau pusing dengan kehidupan Kenzy yang semakin terlihat memprihatinkan, aku memutuskan untuk pergi ke toko buku. Bersama Elize, tentu saja. Sebenarnya aku nggak mengajaknya sih, dia sendiri yang menawarkan diri. Well, hanya orang bodoh yang menolak tawaran manisnya. Apalagi katanya, Tante Theodora sudah ada yang menemani di rumah. Kakaknya yang tingggal di Sidney, Australia mengirimkan istrinya untuk menjaga Tante Theodora selama dua minggu ini. Mumpung belum punya momongan, katanya begitu.What ever that may be, aku sedang bersiap-siap sekarang. Silakan saja, jika Kenzy mau membuat hidupnya lebih hancur atau bagaimana. Bukan urusanku lagi. Dia yang nggak bisa mengendalikan dirinya, bukan karena kesalahanku. Well, aku isteri yang manis dan menyenangkan, bukan? Salah satu buktinya, tetap menyiapkan makan siang untuknya walaupun masih bad mood. Dia requests pizza tadi, beberapa menit setelah aku sampai di kamar dan menghem

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Warna-warni Persahabatan

    Rose Bucket, The Purple Love, Love is Blind ... Aku mulai membaca judul-judul novel yang tersusun rapi di rak kayu yang dicat oranye. My Romantic Husband, A Love in Amsterdam ... Kok, aku kurang suka ya, dengan genre ini? Baiklah, sepertinya harus kembali ke habitat semula, deh? Teenlit.Jadi, inilah yang kulakukan sekarang. Mencari rak buku teenlit yang menurut denah ruangan terletak di sekitar rak buku komik dan majalah anak. Dengan ringan hati, aku melangkah ke sana. Melewati rak-rak buku yang di atasnya bertuliskan Hobbies, Pets dan Crafts. Sebenarnya, aku tertarik untuk menyinggahi rak buku Pets tapi kuurungkan. Nanti lah, kalau waktunya masih cukup. Sekarang mencari novel teenlit dulu.Drrrttt, drrrttt!Smartphone bergetar indah, membuat hatiku mencelos dengan sempurna. Satu-satunya kontak yang kuberi ringtone

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Candlelight Dinner

    Siapa yang nggak suka jika mendapatkan kejutan? Menurut pendapatku, semua orang suka termasuk aku. Kecuali, enggg, kecuali yang memberi kejutan atau apapun itu bernama Kenzy Van Snoek. Sungguh, dia nyaris membuatku kehilangan nyawa karena heart attack. Bayangkan! Dia merubah gang menjadi taman bunga--dindingnya dipasang wallpaper bercorak mawar merah jambu, ada yang masih menguncup dan ada yang sudah mekar---dengan banyak boneka tergantung di langit-langitnya. Well, aku suka semua bonekanya, andai saja bukan berasal dari Kenzy dalam bentuk apapun.Jadi, walaupun boneka kelinci bertelinga panjang itu tersenyum manis sekali ke arahku, sama sekali nggak tertarik untuk mendekat. Begitu juga dengan boneka beruang cokelat yang sedang memeluk bantal berbentuk jantung hati, nggak terlihat manis lagi. Nggak sama sekali, terutama boneka bayi yang bagian depan bajunya bertulisan Anyelir Nuansa Asmara. Well, I am not a baby, actually. Apa d

Bab terbaru

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Nyaaa Anyeliiirrr!

    De Swiiing!Entah bagaimana awalnya, aku nggak terlalu ingat, rasa-rasanya ada sesuatu yang aneh di ruang perawatan ini tapi nggak tahu, apa. Om Dirga masih berdiri sambil menyedekapkan tangan di bawah kaki Kenzy, sama seperti posisinya semula. Miss D sudah selesai melepaskan sonde dan sekarang Doctor, dibantu Nurse mulai melepaskan jarum infus yang tertancap di punggung tangan sebelah kanan. Mereka melakukan transfusi darah dari sana. Sampai di sini aku memandang ke segala arah, mengingat keanehan yang sempat kurasakan tadi.Nothing is weird but I feel that!Kembali, aku memandangi wajah Kenzy yang kadang-kadang tertutup tangan Doctor atau Nurse karena pekerjaan mereka melepas ventilator belum selesai. Wajah yang kalau dalam keadaan sehat terlihat tampan dengan

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Good Bye, Kenzy!

    Di antara bayang-bayang Kenzy yang mengulum senyum manis dan segenggam kebahagiaan, aku menguatkan diri untuk tanda tangan. Meskipun air mata tak kunjung berhenti dan keringat dingin semakin deras mengalir, aku berusaha untuk menguatkan diri. Kuat, tegar untuk Kenzy. Demi suami tercinta sepanjang masa. Miss D dan Doctor menunggu dengan sabar di seberang meja. Tenang, Miss D mengusap-usap punggung tanganku, senyumnya terlihat tipis tapi tulus. Sementara Doctor duduk bersedekap tangan dengan raut wajah setegang robot lowbat.Sungguh, sampai detik ini, aku masih merasa jahat!Jahat, karena harus melalukan semua ini, meskipun itu demi kebaikan Kenzy. Cukup, cukup satu musim dia menjalani masa komanya. Nanti, besok jangan lagi. Aku sudah nggak sanggup lagi melihatnya seperti ini. Oooh, ooohhh, my God! Baru satu kali itu aku me

  • KELAMBU MERAH JAMBU    The Final Decision

    "Kamu …?" aku mendelik menatapnya, "Ngapain kamu ke sini, keluar!"Betapa terkejutnya aku, saat Kenzy dengan tenang dan santainya masuk ke kamarku. Padahal, sebelum ijab qabul tadi sudah berjanji kalau nggak akan pernah menginjakkan kakinya di sini. Wuaaahhh, sepertinya dia meremehkan ya, kan?"Kenzy, keluar!" dengan amarah yang semakin membesar, aku menunjuk ke arah pintu, "Keluar, Kenzy!"Tap, tap, tap!Terdengar langkah kaki Papa menuju ke sini, membuat kami sama-sama terkejut. Mungkin Kenzy pun bingung harus bagaimana, jadi dia mendekat padaku, sedekat-dekatnya. Tentu saja, itu masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan saat Papa sudah benar-benar muncul di depan pintu, Kenzy me

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Waiting For Kenzy's Smile

    Miss D terperangah, menatapku dengan karakter kucing yang dilanda konflik besar, antara harus mencuri ikan di atas meja atau menahan lapar sampai diberi makan oleh majikannya. Tapi aku tak peduli lagi, tentu saja. Apa yang harus kupedulikan? Itu, ventilator, sonde, jarum infus yang melekat di tubuh Kenzy sudah tak berguna lagi kan? Sudah nggak ada fungsinya lagi, kan? Untuk apa dilanjutkan? Hanya menambah kedalaman luka saja!"Please, do that now, Miss D?" aiu meratap-ratap, memohon dengan segala perasaan yang merasuki diri, "For Kenzy, For me …!"Dalam detik-detik yang berdetak begitu cepat, seolah-oleh roda mobil yang melaju cepat ke sebuah tempat di lereng bukit, kami saling berpandangan dengan mulut ternganga. Aku, napasku memburu, selayaknya seorang prajurit yang berhadapan dengan seseorang yang sangat penting untuk

  • KELAMBU MERAH JAMBU    In Peace and Love

    Papa meraih pergelangan tanganku, menahannya dengan sedikit tekanan yang menyakitkan, tentu saja. Hal yang belum pernah Papa lakukan selama aku menjadi anak pungutnya. Well, aku yakin, seluruh dunia juga tahu, selembut dan semanis apa Papa memperlakukan aku selama ini. Ah, lebih lembut dari butiran salju. Lebih manis dari es krim susu vanilla. Jadi, kalau sampai Papa melakukan itu, berarti ada sesuatu yang bersifat penting dan genting.What is that?I don't know!Yeaaahhh, only he knows, of course!"Anyelir!" Papa memanggil dengan suara bergetar yang aku nggak tahu kenapa, nggak ingin tahu juga, "Kamu, nggak mau ikut nganterin Papa ke bandara, besok pagi?"Finallly H

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Luka di Atas Luka

    Hanya bisa bernapas dan memandang ke arah mama Sophia dengan mata yang semakin memburam oleh air mata. Aku merasa benar-benar terjepit sekarang. Terjepit di antara dua bilah pedang yang berkilau tajam plus haus darah. Oooh, ooohhh, my God! Kenzy masih koma, bahkan harapan hidupnya semakin menipis. Bisa dikatakan habis, malah. Sudah begitu, seolah-olah itu belum cukup untuk meluluh lantakkan seluruh hati dan perasaan yang terkandung di dalamnya, Papa menyingkap tabir rahasia tentang hidupku yang sesungguhnya.Jahat. Jahat. Jahat.Apa, apa yang bisa kuharapkan sekarang?Apa masih ada harapan?Papa menjadikan aku Musim Semi, Little Princess dan Anyelir Nuansa Asmara hanya untuk dijadikan pengisi kotak hadiah

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Anak Pungut Yang Malang

    Papa kembali ke rumah sakit, setelah tiga hari beristirahat di rumah. Om Dirga hanya menjenguk Kenzy sebentar lalu kembali ke kantor, karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi, aku memanfaatkan kesempatan berdua kami untuk berbicara. Sebisa mungkin, dari hati ke hati dan tanpa lonjakan emosi. Selain sadar kalau ini rumah sakit, kami juga nggak pernah bertengkar selama ini. Belum pernah. Nggak lucu kan, kalau dalam kondisi Kenzy yang masih koma, kami justru bertengkar?"Papa," aku memanggil setelah selesai mengepang rambut ala Elsa dan mengikatnya dengan karet gelang, "Ada yang perlu Anyelir tanyakan Pa, boleh?"Aku memindai kebohongan di bola mata Papa. Kebohongan yang nggak kuharapkan sama sekali, sebenarnya. Emmmhhh, pasti Papa lupa kalau dia bahkan selalu mengancamku dengan rotan untuk setiap kebohong

  • KELAMBU MERAH JAMBU    What Will Be Will Be

    Leiden, 28 September 2018Dear Angel,Begitu banyak yang terjadi dan yang paling besar adalah Kenzy yang masih koma. Bukan hanya itu. Bahkan, secara medis, harapan hidup Kenzy hanya tinggal lima sampai sepuluh persen lagi. Jadi, kalau dokter yang menangani melepaskan semua alat penunjang kehidupannya, kemungkinan besar---Miss D mengatakan tanpa kemungkinan yang berarti pasti---Kenzy akan meninggal dunia. Well, tentu saja, aku nggak mengizinkan siapapun dokter ahli kanker di dunia ini untuk melakukannya! Kamu tahu kan Angel, apa maksudku? Hidup dan mati manusia, mutlak berada di tangan Tuhan. Iya kan, Angel?OK!Kalaupun Kenzy harus meninggal Angel, jangan karena kami melepaskan jarum infus atau ventilatorn

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Harapan Hidup Kenzy

    Papa pulang ke Sleedorn Tuin sore ini, diantarkan Om Dirga. Jadi fixed, malam ini aku sendirian menjaga Kenzy di rumah sakit, karena Om Dirga harus menemani Papa. Itulah mengapa, sedari tadi sibuk menyiapkan segala hal untuk lebih intensif mengaktifkan kesadaran Kenzy. Pening, rasanya. Pening kuadrat. Tahukah kalian? Begitu banyak ide dan rencana menjejali ruang pemikiran yang terasa kian menyempit. Ruwet dan rumit. Tapi aku memilih untuk mendahulukan album foto Kenzy dan Kinanti, tentu saja. Ya, yaaahhh, meskipun kadang-kadang rasa cemburu membakar pinggiran hati tapi apa boleh buat? Dalam situasi sepenting dan segenting ini, aku nggak mungkin egois dan emosional, bukan? Toh, kalau Kenzy sadar, aku juga yang bahagia. Bukan Kinanti. Iya, kan?Sooo, this is it!Seperti biasa, aku menggenggam telapak tangan kiri Kenzy dan mengaja

DMCA.com Protection Status