Ditengah panasnya proses rapat di kantor Lim Group, Daniel dan Jenny baru saja sampai di pasar Kai Xin. Shuo Ming begitu antusias melibatkan sepenuhnya David Lim dalam proyek pembangunan gedung Lim Group. Sehingga, hari itu mereka ditugaskan untuk kembali melakukan pendekatan kepada para pedagang serta memantau perkembangan pembangunan.
“Selamat datang, Tuan David Lim.” Seru Lidya Huanran saat melihat sebuah mobil mewah terparkir tidak jauh dari pasar.
Wanita muda itu menyongsong Daniel dalam setelan David Lim dengan wajah berseri-seri. Sebelumnya dia sudah mendengar kabar dari Eden kalau David Lim sedang merencanakan relokasi pasar Kai Xin. Tapi menyambut kedatangan pujaan hatinya itu merupakan kebahagiaan tersendiri baginya.
“Nona Jenny, selamat datang.” Tidak lupa Lidya pun menyapa Jenny yang berdiri di sebelah Daniel.
“Hai, nona Lidya ….” Jenny membalas sapaan Lidya seraya melambaikan tangannya.
&ldquo
Dari kejauhan, pasar Kai Xin terlihat sudah mulai sepi karena beberapa pedagang yang biasanya berjualan sampai dengan siang hari sudah menutup dagangan mereka. Serena memarkirkan mobilnya pada salah satu sisi jalan yang jauh dari pasar agar tidak mencolok.“Kemana aku harus mencari pria itu?” Serena terus berjalan sambil mencoba menghubungi nomor ponsel Daniel. Hingga dia terlewat menyadari mobil David Lim yang terparkir tidak jauh dari pasar.Serena berdiri di depan kedai milik Lidya. Sejenak Lidya memperhatikan wanita cantik yang sedang berdiri itu, seolah mengingat apakah mereka pernah bertemu sebelumnya. Tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya, satu-satunya wanita kota cantik nan elegant yang pernah berkenalan dengannya hanyalah Jenny.“Kenapa tidak mengangkat panggilanku? Sekarang dia malah mengabaikanku?” Serena cemberut.Bertepatan dengan Serena yang masih berdiri di depan kedai Lidya, Daniel dan Jenny berjalan beriringan
Jenny tertatih menyusul Daniel yang terlihat seperti seorang yang sedang bersembunyi.“David Lim! Jangan kabur lagi! Aduuhh … aku repot sekali mengejarmu dengan memakai sepatu hak tinggi ini.”“Kenapa dia menangis?” Daniel bergumam.“Dia? Siapa?” Jenny mendorong Daniel dan mengintip apa yang sedang diintip oleh Daniel.“Astaga? Kau berlari terburu-buru sejauh ini hanya untuk menghindari Serena, lalu kau mengintipnya lagi dari balik kayu rongsokan?” Jenny berkata geram.“Berisik sekali. Biasanya kau selalu tenang.” Daniel menggeser Jenny yang berdiri menghalanginya.“Bisa-bisanya kau seperti ini. Awas saja kalau sampai akhir pekan nanti kau membuat keributan di The Mandarin Hotel Restaurant, sudah pasti aku akan melaporkan kelakuanmu ini kepada Tuan Ming. Biar kau tidak usah dapat upah.” Ancam Jenny.“Aduuh … ancaman yang mengerikan, Jenny.&rdqu
Tepuk tangan meriah dilayangkan oleh seluruh peserta acara kepada David Lim yang baru saja memasuki ruang pertemuan mereka. Kemudian Jenny memimpin pembukaan acara yang berjalan dengan baik. Tampaknya kencannya waktu itu berjalan lancar, sehingga setelahnya dia selalu tampak bersinar.“Atas permintaan khusus dari pemimpin tertinggi Lim Group, maka pada hari ini beliau sendirilah yang akan menerangkan secara langsung perihal rencana relokasi pedagang pasar Kai Xin. Marilah kita sambut dengan meriah–Tuan David Lim.”Tepuk tangan yang lebih meriah dari sebelumnya kembali menggaung di ruangan yang berisikan lebih dari 50 orang itu. Daniel menapakkan kakinya ke atas panggung dengan penuh percaya diri dan ketika lampu sorot menyoroti sosoknya, seketika itupun dia berubah menjadi David Lim. Pria berkelas dengan pesona yang mahal, berjalan menaiki panggung.“Tampan sekali ….” Lidya berucap agak kencang.Tepat di depannya duduk
“Halo, nyonya Tao. Ada apa?” Serena menjawab teleponnya di luar ruangan dengan setengah berbisik.“Serena maafkan aku mengganggumu lagi. Nenekmu–nenekmu tadi terjatuh di kamarnya.” Suara nyonya Tao terdengar panik.“Nenek jatuh? Lalu sekarang bagaimana keadaannya?” Serena tidak kalah panik. Diapun segera berjalan menuju toilet agar tidak ada yang menguping pembicaraannya.“Serena sekali lagi maafkan aku … aku hanya meninggalkannya sebentar saja untuk menjemur pakaian.” Kini suara nyonya Tao mulai terdengar terisak.“Katakan saja langsung, bagaimana keadaan nenekku?” pekik Serena.“Nenekmu–nenekmu sekarang tidak sadarkan diri. Kami tidak tahu harus membawanya kemana. Rumah sakit terdekat dari sini sekitar 5 jam perjalanan dan mobilku sedang rusak.” Suara nyonya Tao terputus-putus–isak tangisnya semakin keras.“Apa
Serena memegangi kepalanya yang mulai sakit. Pikirannya yang sudah penuh dengan bayangan kondisi nenek Goh kini harus ditambah dengan pria yang main tebak-tebakan tentang siapa dirinya yang sebenarnya.“Aku tidak mengerti ….” Jawab Serena sekenanya.“Abang, tolong jangan membuat nona Serena kebingungan. Sudah terlanjur seperti ini, kenapa tidak langsung dibongkar saja semuanya?” geram Lidya yang mulai jengkel dengan situasi yang ada.“Serena, lihat aku!” Daniel mendekatkan wajahnya ke wajah Serena, “kau kini melihatku sebagai David Lim kan? Tapi seharusnya kau bisa merasakanku sebagai Daniel Yuwan. Jadi, kalau kau menyukai David, sama juga kau telah menyukai Daniel.”Serena kembali terdiam. Apa maksudnya dengan melihat David Lim dan merasakan Daniel Yuwan? Serena masih berusaha mencerna apa yang baru saja dia dengar.“Sekarang kita mau kemana?” akhirnya hanya kalimat itulah yang ber
Seluruh peserta rapat geger dengan pemaparan Alex Chen berdasarkan informasi yang dia dapatkan dari anak buahnya yang berada di lapangan.“Apa? Siapa yang berani melakukan hal itu?” seorang peserta rapat lain mulai meradang.“Han Yelu! Kau harus memeriksa anak buahmu dengan benar. Bukankah mereka tenaga ahli terbaik yang telah dipilih dari hasil seleksi ketat?” seru yang lain tidak kalah keras.“Bodoh sekali! Kita akan berada dalam kerugian besar jika proyek pengeboran ini gagal untuk dilanjutkan.” Satu-persatu orang mulai melontarkan opini mereka.Mereka mulai berbisik-bisik satu dengan yang lainnya. Martin Wang yang sudah kembali duduk di kursinya kini berwajah muram. Sebagai seorang pimpinan department keuangan, dia tahu betul nominal uang yang sudah digelontorkan untuk proyek ini.“Aku akan meninjau lokasi dan melakukan pendekatan dengan warga. Han Yelu, cepat ambil tindakan perbaikan mesin dan la
Subuh itu desa Jiaju diselimuti udara dingin, menyusupi celah-celah jendela. Alih-alih bersiap untuk upacara kremasi nenek Goh, warga di rumah-rumah malah berkelumun di bawah selimut. Termasuk Daniel dan Eden yang masih meringkuk kedinginan.Lidya berteriak di depan rumah Eden, membangunkan seekor kucing yang tengah sama-sama menikmati enaknya tidur berselimutkan hawa dingin.“Abaaang Eden! Mau ikut ke rumah nenek Goh tidak?” Seru Lidya nyaring.“Selamat pagi, Lidya. Waaah … ternyata kau sudah sebesar ini? Cantik sekali.”Lidya terkejut, ternyata ibunda Eden sudah berada di luar rumah dan sepertinya tengah bersiap untuk mendatangi rumah nenek Goh.“Eeh–maafkan aku nyonya Liu.” Lidya menunduk malu.“Tidak apa! Aku dengar selama di Hong Kong, Eden sudah menjagaimu seperti adik sendiri. Jangan pernah sungkan untuk meminta bantuannya. Meskipun terkadang gayanya menyebalkan, tapi dia anak yan
“Proyek? Proyek apa?” Serena bertanya tanpa menengok, matanya fokus pada tandu yang membawa jenazah nenek Goh.“Aku akan menjelaskannya nanti. Bodoh sekali aku! Kenapa waktu itu aku sampai lupa dengan nama hutan ini? Padahal tercantum dengan jelas pada proposal yang aku pelajari berulang kali. Arrggghh!” Daniel menggaruk kepalanya yang tak gatal. Matanya pun menatap berkeliling pada warga desa yang berjalan beriringan mengantarkan nenek Goh.Terbersit sebuah perasaan bersalah yang begitu besar di dalam dirinya. Proyek yang dia tanda tangani ternyata membawa dampak buruk bagi desa yang menjadi kampung halamannya. Dinginnya udara di dalam hutan membuat dada Daniel semakin sesak.***Shuo Ming tengah bersiap untuk keberangkatannya ke Hutan Luse. Jenny bergegas masuk ke ruangan bossnya tersebut untuk meminta ikut bersama dengannya, meski belum tahu kemana bossnya itu akan pergi pagi ini.“Kau tidak perlu ikut, Jenny. Aku m