“Proyek? Proyek apa?” Serena bertanya tanpa menengok, matanya fokus pada tandu yang membawa jenazah nenek Goh.
“Aku akan menjelaskannya nanti. Bodoh sekali aku! Kenapa waktu itu aku sampai lupa dengan nama hutan ini? Padahal tercantum dengan jelas pada proposal yang aku pelajari berulang kali. Arrggghh!” Daniel menggaruk kepalanya yang tak gatal. Matanya pun menatap berkeliling pada warga desa yang berjalan beriringan mengantarkan nenek Goh.
Terbersit sebuah perasaan bersalah yang begitu besar di dalam dirinya. Proyek yang dia tanda tangani ternyata membawa dampak buruk bagi desa yang menjadi kampung halamannya. Dinginnya udara di dalam hutan membuat dada Daniel semakin sesak.
***
Shuo Ming tengah bersiap untuk keberangkatannya ke Hutan Luse. Jenny bergegas masuk ke ruangan bossnya tersebut untuk meminta ikut bersama dengannya, meski belum tahu kemana bossnya itu akan pergi pagi ini.
“Kau tidak perlu ikut, Jenny. Aku m
Serena memeluk erat guci abu nenek Goh dan berjalan mengikuti Lidya kembali ke desa Jiaju.“Eden, kau ikut denganku.” Seru Daniel kepada sahabatnya yang hendak mengikuti kedua gadis itu.“Kenapa?” Eden menautkan alisnya.“Kau tahu kan kalau baru-baru ini Lim Group tengah mengerjakan proyek perluasan lahan pengeboran yang baru?”Eden menganggukkan kepalanya, meski dia tidak terlalu mengerti apa yang maksud dari pertanyaan Daniel, tapi dia memang pernah mendengar tentang hal itu.“Proyek itu ternyata dikerjakan di hutan ini. Hutan alami yang seharusnya sudah diresmikan oleh pemerintah sebagai cagar budaya, sumber oksigen terbesar China.” Daniel berbisik dengan mata menyala.SREK! Daniel dan Eden menengok cepat pada suara gesekan dedaunan yang terdengar mendekat ke arah mereka.“Proyek itu berada disekitar sini.” Bisik Daniel lagi.“Tunggu dulu! Jangan-jangan ini ad
Sementara itu Daniel yang tengah berjalan menyusuri hutan menuju bagian utara hutan Luse tanpa sadar telah semakin mendekat ke lokasi proyek pengeboran Lim Group. Langkahnya pun terhenti saat tanpa sengaja dia mendengar percakapan beberapa orang pekerja yang sedang bersantai.Daniel menguping obrolan mereka dari balik sebuah pohon besar yang meneduhkan tempat kedua orang itu mengobrol. Pembicaraan mereka begitu mengejutkan Daniel, membuatnya seketika tertegun.“Apa kau pernah mendengar kalau Shuo Ming pernah menjadi tersangka penggelapan uang? Bahkan saat itu Hongli Lim masih hidup dan tengah berencana melakukan reshuffle direksi.” Ujar seorang pekerja yang berbadan besar.“Iya–beritanya cukup santer saat itu. Tapi bukankah tuduhan itu sudah di klarifikasi langsung oleh Hongli Lim sendiri? Hengkangnya Melissa Fung juga berhasil menjelaskan segalanya, kan? Shuo Ming hanya korban fitnah dari wanita yang haus kekuasaan itu.” sahut seor
“Kau? Kenapa kau bisa ada di sini?” ekpresi Daniel mengeras saat dilihatnya Jenny baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan santai.“Tentu saja bisa! Kau tidak ingat kalau aku punya kunci cadangannya?”“Hah–celaka!” Daniel memegangi kepalanya.“Kau menyembunyikan apa?” tanya Jenny yang sangat pandai menebak.“Eemm … eemm … jawab dulu, untuk apa kau masuk seenaknya ke dalam apartement ku?” Daniel bertanya sambil mencari cara agar Jenny tidak sampai bertemu dengan ketiga orang yang masih berada di luar.“Pertanyaan bodoh–Daniel Yuwan! Aku ke sini jelas saja untuk mencarimu. Tuan Ming kalang kabut karena kepergianmu yang begitu tiba-tiba. Orang-orang yang berada di hotel juga mempertanyakan keberadaan Serena Yao yang juga menghilang pada hari yang sama. Apa kau tidak merasa bersalah dengan itu semua?” Jenny bertolak pinggang menghadapi Daniel.
“Jadi, apa yang ingin kau diskusikan denganku?” tanya Jenny seraya meletakkan ponselnya dan kembali mengarahkan pandangannya kepada Daniel.“Jenny ….” Daniel membalas tatapan Jenny.Jenny mengangguk dan memasang telinganya, siap mendengarkan perkataan Daniel.“Ketika di hutan luse, aku sempat mendengar percakapan dua orang pekerja proyek pengeboran. Mereka mengatakan bahwa Shuo Ming pernah mendapatkan tuduhan penggelapan uang? Lalu, apa benar Melissa Fung dari Huangjia Petroleum itu mantan istri Shuo Ming? Apa kau pernah mendengar hal itu juga?” Daniel memberondong Jenny dengan banyak pertanyaan yang membingungkan.“Ceritanya panjang … akupun hanya tahu bagian kulitnya saja. Dari yang aku dengar, dulu Hongli Lim, Shuo Ming dan Martin Wang adalah tiga serangkai. Berawal dari persahabatan sesama teman kampus dan terus berlangsung sampai Hongli Lim sukses mendirikan Lim Group dan merekrut kedua orang te
Serena masih berdiri mematung, dia masih mencoba menenangkan hatinya, hingga seketika sepasang tangan yang begitu hangat melingkar di pinggangnya. Memeluk dirinya dan mengecupkan sebuah kecupan mesra di leher jenjang Serena.“Rudy?” desis Serena.“Kau merindukanku kan, sayang?” Rudy mengeratkan pelukannya.“Iya–maafkan aku.” Serena mengucapkan permintaan maafnya untuk kesekian kalinya hari ini.“Boleh aku masuk? Aku akan membuatkan secangkir teh chamomile sambil kau menceritakan apa yang terjadi.” Rudy memutar tubuh Serena–kini mereka saling berhadapan.“Iya.” Jawab Serena singkat lalu berjalan membuka pintu apartementnya.Merekapun masuk ke dalam apartement. Segera Serena meminta ijin kepada Rudy untuk menyegarkan tubuhnya di bawah shower, lengket ditubuhnya setelah seharian tidak bersentuhan sama sekali dengan air membuatnya risih. Rudy menyetujuinya dengan cepat melih
“Rudy ….” Mata Serena berkilau hijau, dia tidak dapat mengingkari nalurinya yang begitu menggilai uang dan kekayaan–Rudy tahu betul kelemahan kekasihnya itu.“Maukah kau menjadi satu-satunya milikku? Sekarang dan selamanya?” tanya Rudy, matanya berkilat.“Kau melamarku?” Serena tersipu malu, dia begitu gila ingin menyematkan cincin itu di jari manisnya.“Iya, sayang … itupun kalau kau mau berkata jujur kepadaku, siapa sebenarnya David Lim? Karena, seorang David Lim tidak akan mungkin tinggal di Broadway Apartement, meninggalkan Pearl Garden Apartement paling bergengsi di Hong kong juga bersikap terlalu ramah dengan kekasihku.”“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Rudy.”“Sayangku … pujaan hatiku … kau baru saja dari sana kan? Broadway apartement yang seorang Owen Quon saja bisa tinggal di sana dengan mudahnya. Lalu menurutmu apakah masuk akal
DRAP! DRAP! DRAP!Pria itu menapakkan kakinya di lantai marmer lobby kantor. Dia berjalan dengan pasti, masih mengenakan kacamata hitam andalannya serta kedua tangan yang dimasukkan ke kantong celana. Pria itu tersenyum sekilas pada karyawan yang sedang melintas atau dengan sengaja menyongsong kedatangannya.“Apa rapat direksi masih berlangsung?” tanya Daniel pada resepsionis yang dengan cepat mengangguk dan mempersilahkannya untuk menuju ruang rapat.“Terima kasih, nona … semoga kau dapat terus mengingatku.” Daniel memamerkan senyumnya yang mempersona kemudian melenggangkan kakinya menuju lift yang akan membawanya ke lantai ruang rapat.Waktunya kurang dari seminggu lagi, dari lubuk hati yang paling dalam Daniel sudah muak dengan drama dirinya sebagai David Lim. Ternyata, meskipun secara hitam di atas putih, pewaris perusahaan ini adalah David Lim. Tapi kekuasaan yang dimiliki oleh David begitu terbatas, karena semua berada
Apartement David Lim terlihat sangat rapi. Hampir tidak ada jejak kalau apartement itu pernah ditempati oleh seseorang bahkan untuk setahun yang lalu. Jika tidak ada barang-barang mewah yang terpajang di dalam sana mungkin Jenny akan mengira kalau apartement itu sudah tak berpenghuni.“Di mana kira-kira seorang pria akan menyimpan benda pribadinya?” Jenny berusaha berpikir cepat sambil matanya menyapu setiap sudut ruangan.Tangannya dengan cekatan mulai membuka laci-laci di ruang utama apartement David Lim. Sesuai dugaan, lemari dan meja di ruangan itu hanyalah pajangan–kosong–tidak ada isinya sama sekali. Sebuah telepon analog klasik menarik perhatian Jenny. Deretan angka yang seperti rangkaian nomor tertulis rapi pada selembar kertas di dekatnya.“Kalau aku tebak, ini bukanlah nomor telepon Hong Kong. David menelpon siapa?” Jenny mengambil kertas itu dan menyimpannya pada tote bag yang sejak tadi dibawanya.Matanya ke