“Kau? Kenapa kau bisa ada di sini?” ekpresi Daniel mengeras saat dilihatnya Jenny baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan santai.
“Tentu saja bisa! Kau tidak ingat kalau aku punya kunci cadangannya?”
“Hah–celaka!” Daniel memegangi kepalanya.
“Kau menyembunyikan apa?” tanya Jenny yang sangat pandai menebak.
“Eemm … eemm … jawab dulu, untuk apa kau masuk seenaknya ke dalam apartement ku?” Daniel bertanya sambil mencari cara agar Jenny tidak sampai bertemu dengan ketiga orang yang masih berada di luar.
“Pertanyaan bodoh–Daniel Yuwan! Aku ke sini jelas saja untuk mencarimu. Tuan Ming kalang kabut karena kepergianmu yang begitu tiba-tiba. Orang-orang yang berada di hotel juga mempertanyakan keberadaan Serena Yao yang juga menghilang pada hari yang sama. Apa kau tidak merasa bersalah dengan itu semua?” Jenny bertolak pinggang menghadapi Daniel.
“Jadi, apa yang ingin kau diskusikan denganku?” tanya Jenny seraya meletakkan ponselnya dan kembali mengarahkan pandangannya kepada Daniel.“Jenny ….” Daniel membalas tatapan Jenny.Jenny mengangguk dan memasang telinganya, siap mendengarkan perkataan Daniel.“Ketika di hutan luse, aku sempat mendengar percakapan dua orang pekerja proyek pengeboran. Mereka mengatakan bahwa Shuo Ming pernah mendapatkan tuduhan penggelapan uang? Lalu, apa benar Melissa Fung dari Huangjia Petroleum itu mantan istri Shuo Ming? Apa kau pernah mendengar hal itu juga?” Daniel memberondong Jenny dengan banyak pertanyaan yang membingungkan.“Ceritanya panjang … akupun hanya tahu bagian kulitnya saja. Dari yang aku dengar, dulu Hongli Lim, Shuo Ming dan Martin Wang adalah tiga serangkai. Berawal dari persahabatan sesama teman kampus dan terus berlangsung sampai Hongli Lim sukses mendirikan Lim Group dan merekrut kedua orang te
Serena masih berdiri mematung, dia masih mencoba menenangkan hatinya, hingga seketika sepasang tangan yang begitu hangat melingkar di pinggangnya. Memeluk dirinya dan mengecupkan sebuah kecupan mesra di leher jenjang Serena.“Rudy?” desis Serena.“Kau merindukanku kan, sayang?” Rudy mengeratkan pelukannya.“Iya–maafkan aku.” Serena mengucapkan permintaan maafnya untuk kesekian kalinya hari ini.“Boleh aku masuk? Aku akan membuatkan secangkir teh chamomile sambil kau menceritakan apa yang terjadi.” Rudy memutar tubuh Serena–kini mereka saling berhadapan.“Iya.” Jawab Serena singkat lalu berjalan membuka pintu apartementnya.Merekapun masuk ke dalam apartement. Segera Serena meminta ijin kepada Rudy untuk menyegarkan tubuhnya di bawah shower, lengket ditubuhnya setelah seharian tidak bersentuhan sama sekali dengan air membuatnya risih. Rudy menyetujuinya dengan cepat melih
“Rudy ….” Mata Serena berkilau hijau, dia tidak dapat mengingkari nalurinya yang begitu menggilai uang dan kekayaan–Rudy tahu betul kelemahan kekasihnya itu.“Maukah kau menjadi satu-satunya milikku? Sekarang dan selamanya?” tanya Rudy, matanya berkilat.“Kau melamarku?” Serena tersipu malu, dia begitu gila ingin menyematkan cincin itu di jari manisnya.“Iya, sayang … itupun kalau kau mau berkata jujur kepadaku, siapa sebenarnya David Lim? Karena, seorang David Lim tidak akan mungkin tinggal di Broadway Apartement, meninggalkan Pearl Garden Apartement paling bergengsi di Hong kong juga bersikap terlalu ramah dengan kekasihku.”“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Rudy.”“Sayangku … pujaan hatiku … kau baru saja dari sana kan? Broadway apartement yang seorang Owen Quon saja bisa tinggal di sana dengan mudahnya. Lalu menurutmu apakah masuk akal
DRAP! DRAP! DRAP!Pria itu menapakkan kakinya di lantai marmer lobby kantor. Dia berjalan dengan pasti, masih mengenakan kacamata hitam andalannya serta kedua tangan yang dimasukkan ke kantong celana. Pria itu tersenyum sekilas pada karyawan yang sedang melintas atau dengan sengaja menyongsong kedatangannya.“Apa rapat direksi masih berlangsung?” tanya Daniel pada resepsionis yang dengan cepat mengangguk dan mempersilahkannya untuk menuju ruang rapat.“Terima kasih, nona … semoga kau dapat terus mengingatku.” Daniel memamerkan senyumnya yang mempersona kemudian melenggangkan kakinya menuju lift yang akan membawanya ke lantai ruang rapat.Waktunya kurang dari seminggu lagi, dari lubuk hati yang paling dalam Daniel sudah muak dengan drama dirinya sebagai David Lim. Ternyata, meskipun secara hitam di atas putih, pewaris perusahaan ini adalah David Lim. Tapi kekuasaan yang dimiliki oleh David begitu terbatas, karena semua berada
Apartement David Lim terlihat sangat rapi. Hampir tidak ada jejak kalau apartement itu pernah ditempati oleh seseorang bahkan untuk setahun yang lalu. Jika tidak ada barang-barang mewah yang terpajang di dalam sana mungkin Jenny akan mengira kalau apartement itu sudah tak berpenghuni.“Di mana kira-kira seorang pria akan menyimpan benda pribadinya?” Jenny berusaha berpikir cepat sambil matanya menyapu setiap sudut ruangan.Tangannya dengan cekatan mulai membuka laci-laci di ruang utama apartement David Lim. Sesuai dugaan, lemari dan meja di ruangan itu hanyalah pajangan–kosong–tidak ada isinya sama sekali. Sebuah telepon analog klasik menarik perhatian Jenny. Deretan angka yang seperti rangkaian nomor tertulis rapi pada selembar kertas di dekatnya.“Kalau aku tebak, ini bukanlah nomor telepon Hong Kong. David menelpon siapa?” Jenny mengambil kertas itu dan menyimpannya pada tote bag yang sejak tadi dibawanya.Matanya ke
Seharian ini kantor Lim Group dipenuhi dengan kasak kusuk terkait persiapan rapat besar pemegang saham. Martin Wang tampak bolak balik keluar masuk ruangan David Lim. Hal itu sedikit banyak membuat Shuo Ming merasakan dirinya terabaikan.Tapi bukan tanpa alasan mengapa Martin yang menjadi lebih sibuk. Rapat pemegang saham berarti berkaitan erat dengan keuangan perusahaan dan orang yang paling memahami tentang kondisi keuangan Lim Group pastilah seorang kepala bagian keuangan, yaitu Martin Wang.“Anda sudah membereskan bagian ini? Aku akan mengulang membacanya, karena aku masih merasa kurang memahaminya.” Daniel menatap layar laptopnya takjub, “sekarang bantu aku untuk membuat presentasi yang bagus sehingga dapat diterima oleh peserta rapat nanti.”“Tentu saja, anak muda. Aku sangat suka semangatmu.” Martin dengan penuh percaya diri mulai mengajari Daniel mempresentasikan skema nilai investasi Lim Group.Satu jam,
“Kau pasti cukup kesulitan akhir-akhir ini, kan? Tapi, kalau tak berkeberatan, aku mau sedikit meminta tolong kepadamu. Bolehkah aku meminta daftar nama pekerja yang bekerja di hutan luse saat ini?” Daniel merapatkan tangannya serta duduk menghadap Han Yelu.Daniel mengamati daftar pekerja dalam lembaran-lembaran putih yang disusun rapi setebal proposal tugas akhir mahasiswa. Biodata setiap pekerja di jelaskan dalam satu lembar penuh, lengkap dengan foto dan bidang keahlian yang dimiliki.“benar, semua pekerja sudah menandatangani kontrak di bawah Lim Group?” Daniel memastikan kecurigaannya karena ada satu nama yang belum memiliki tanggal masuk bergabung dengan Lim Group.“Oohh … tentu saja, David.” Han Yelu menautkan alisnya, dia yakin tapi seketika meragu.“Apa kau pernah memeriksa biodata pekerja seperti yang aku lakukan saat ini?” tanya David yang masih terus membolak balik lembar demi lembar doku
Wajah keseluruhan dewan direksi Lim Group terlihat penuh ketegangan. Rapat besar yang sudah ditunggu-tunggu sejak dua bulan lalu pun akan digelar siang hari ini tepat pada pukul 10 siang di gedung pusat pengelolaan keuangan.“Kau sudah mengecek dua kali untuk bahan presentasi yang telah disiapkan? Apa tidak sebaiknya aku membawa laptop yang memang sudah biasa aku gunakan?” lebih dari pada yang lainnya, wajah Daniel terlihat paling tegang.Sedari pertama dia memasuki ruangannya pagi ini, dia tidak bisa duduk dengan diam dan terus berjalan bolak-balik di ruangannya dengan gerakan yang mengkhawatirkan. Beberapa kali, sepatunya menyandung karpet di dalam ruangan. Membuatnya hampir terjatuh tapi untung saja dia dapat menjaga keseimbangannya dengan baik.“Laptop serta peralatan lainnya sudah di siapkan oleh panitia acara. Semua diatur sedemikian rupa untuk menghindari kemungkinan adanya kecurangan yang mungkin saja dilakukan oleh peserta rapat.&rdquo