“Test … test … test ….” Seorang moderator rapat mengambil microphone dan berdiri di depan panggung.
“Kita akan segera membuka rapat besar pada siang hari ini.” Moderator itu seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan yang nampaknya sudah begitu berpengalaman dalam melakukan tugasnya.
Ruangan menjadi sunyi selama kurang lebih 5 menit. Rasanya Daniel ingin sekali melirik ke arah Rudy Ang yang duduk berseberangan agak jauh dari tempatnya. Perasaannya mengatakan kalau pria itu juga tengah memperhatikannya.
“Selamat siang para hadirin sekalian. Mari kita mulai rapat besar pemegang saham pada siang hari ini. Topi yang akan kita bahas adalah eksistensi Lim Group dalam saham perdagangan China ….”
Wanita moderator acara itupun memulai rapat dengan penuh keanggunan. Dia kemudian mempersilahkan seorang tokoh keuangan Hong Kong untuk memberikan kata sambutan. Lalu setelahnya ada beberapa orang lagi yang d
Rapat besar telah kembali dimulai. Dengan berdiri tegak di panggung, memegang microphone dengan penuh percaya diri. Meski tadi Rudy Ang sempat melayangkan acaman kepadanya yang seharusnya dapat membuat dia gentar, tapi Daniel terus menguatkan hatinya.Cukup banyak pertanyaan yang diajukan termasuk mengenai pembukaan lahan baru pengeboran yang menguras dana besar. Namun semua pertanyaan dapat dijawab dengan mulus oleh Daniel. Kini semua orang di dalam ruangan semakin meyakini kehebatan David Lim. Karena dia dapat membalas setiap serangan pertanyaan dengan nilai-nilai investasi yang dapat diperoleh Lim Group.“Kami buka satu orang lagi untuk mengajukan pertanyaan. Masih ada waktu sekitar lima menit lagi sebelum kita menutup rapat besar hari ini dengan grafik saham Lim Group terkini.” Ucap moderator rapat kepada seluruh peserta rapat.Dari tempat duduknya, Rudy Ang mengangkat tangannya tinggi-tinggi.“Wah–saya sampai tidak menya
Jauh di asia kecil–Turki, Cecilia baru saja bangun dari tidurnya. Kemarin menjadi hari yang sangat sibuk baginya hingga harus tidur menjelang larut malam dan itu membuatnya terlambat bangun pagi ini. Cecilia berdecak kesal pada dirinya sendiri saat melihat petunjuk waktu di kamarnya.“Aku bisa terlambat satu jam dari waktu janjian. Sepertinya aku harus menghubungi orang itu lagi dan mengatur ulang waktu pertemuan.” Ujar Cecilia lalu bergegas mencari nomor ponsel seorang pria yang sudah disimpan olehnya.Meski sesungguhnya Cecilia memiliki akses kendaraan pribadi selama berada di asia kecil, namun hari ini dia memutuskan untuk menggunakan angkutan umum. Alasannya karena keperluannya hari ini karena kepentingan pribadi, bukan urusan pekerjaan.“Ehli cafe. Kata orang yang tadi–letaknya sudah dekat-dekat sini.” Cecilia tampak mencari-cari sebuah café yang berada dipertokoan dekat komplek perumahan warga.Di Caf&eacut
Cecilia menyeret koper dan menjinjing tas di tangan kirinya. Hatinya sudah gelisah sejak semalam. Pembelian tiket yang terlalu mendadak itu juga diputuskan semalam. Meski pria yang dia temui kemarin mengatakan kalau dia tak perlu terburu-buru, tapi Cecilia bukanlah seorang yang bisa bersikap tenang-tenang saja ditengah hatinya yang bergejolak.“Silahkan nona, saya akan mengantarkan nona sampai ke bandara. Boleh saya tahu jam penerbangan anda?” seorang supir utusan yang telah di sewa oleh Cecilia telah datang menjemput, 3 jam lebih awal dari jadwal penerbangannya.Kemarin seolah tersambar petir di siang bolong, Cecilia merasakan reuni yang tidak biasa dengan pria yang sesuai dengan janjinya–datang menemui Cecilia. Meskipun pertemuan mereka diakhiri dengan sebuah berita yang membuat Cecilia pedih untuk kesekian kalinya.Pria yang sekarang tidak ingin lagi dipanggil dengan nama David itupun mengatakan kalau dia akan pergi lagi ke negara berbeda da
Pintu pagar berderit dan terbuka otomatis. Cecilia melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah sambil terus menyeret kopernya. Di cengkeramnya kuat-kuat tas yang disampirkan dilengannya sebagai upaya berjaga-jaga jikalau ada bahaya yang sedang mengintainya.“Nona …” Cecilia hampir saja melayangkan tasnya memukul sosok suara yang membuatnya terkejut.“Maaf aku mengagetkan anda. Saya bantu bawakan kopernya …”pria berperawakan gemuk dengan punggung yang agak bongkok itu tampaknya tak berbahaya. Cecilia pun merelakan kopernya untuk diambil alih oleh pria itu. Dia kemudian mengikuti pria yang membawanya ke depan sebuah ruangan kecil di sudut rumah besar itu. Pintu kayunya yang kokoh membuat getar di dada Cecilia semakin menjadi-jadi.“Silahkan masuk, nona …” pria itu meletakkan koper di depan pintu lalu membukakan pintu bagi Cecilia.Benar saja–dibalik pintu itu tampak sudah menunggu seoran
“Pertanyaan yang bagus, nona. Tetapi lebih tepatnya, bukan aku yang menyadarinya terlebih dahulu melainkan Jeremy Lee sendiri.” George mengusap wajahnya.Pria itu sepertinya merasa lega telah berhasil memulai cerita untuk mengungkap kebenaran siapa sesungguhnya David Lim yang mereka kenal selama ini.“Jeremy Lee?” Cecilia kembali terkejut dengan nama asing yang disebutkan oleh George.“Iya – itu nama asli pria yang mengobrol denganmu di asia kecil, nona. Pria yang telah melakukan test DNA dan menemukan fakta bahwa dirinya dengan Hongli Lim tidak memiliki ikatan darah.”“Jadi namanya Jeremy?” batin Cecilia.“Kecurigaan pertamanya dimulai saat nyonya Lim–ibu kandung David Lim dalam kondisi kritis karena hampir kehabisan darah akibat percobaan bunuh diri yang akhirnya menewaskan dirinya. Seluruh anggota keluarga besar melakukan test–mengumpulkan darah untuk ditransfusikan kepada n
Daniel dibawa keluar dari dalam penjara. Menaiki mobil pribadi milik George dengan dikawal oleh seorang anggota kepolisian yang berpakaian bebas–agar tidak mencolok khalayak umum. George duduk di kursi depan, di sebelah pengemudi.Sementara itu Daniel duduk berdampingan dengan anggota kepolisian yang mengawalnya, di kursi belakang. Suasana di dalam mobilpun seketika menjadi tegang. Ada empat orang pria di dalam mobil tapi tak satupun dari mereka yang berani membuka suara.“Kita akan langsung menemui dokter pribadi keluarga Lim. Dokter yang juga telah melakukan test DNA terhadap Jeremy Lee. Mari kita turun.” Ucap George kala mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan sebuah rumah sakit swasta hong Kong.“Tunggu! Jeremy Lee?” Daniel berseru mencegah George yang hendak membuka pintu mobil.“Dulu dia dikenal sebagai David Lim. Aku akan menceritakan kisah lengkapnya setelah mendapatkan hasil test DNA dirimu dengan Hong
Daniel kembali menghabiskan satu malam di dalam penjara. Beruntungnya, test DNA yang seharusnya memakan waktu kurang lebih lima hari hingga mendapatkan hasil, bisa dilakukan lebih cepat. Hari itu, kala Daniel menghabiskan makan siang terakhirnya di dalam sel, petugas sipir membuka sel nya dan menyuruhnya keluar.Dia mengatakan bahwa George–pengacara yang telah membawanya untuk melakukan test DNA telah memberikan uang tebusan dalam jumlah besar dan juga dokumen yang memperkuat bahwa Daniel tidaklah bersalah dalam semua kejadian yang melibatkan Lim Group.Daniel tercengang hebat, dia membaca hasil test DNA berulang kali. Juga meminta George menjelaskan berkali-kali tentang Jeremy Lee yang diam-diam telah melakukan pencarian terhadap dirinya. Semua seperti kepingan puzzle yang mulai tersusun dengan rapi.“Jadi, akan kemana kita sekarang, tuan muda Lim?” seringai George puas.“Kita akan mulai dari para wanita, lalu kita bereskan para p
“Cheeerrss!!” sorak dua orang yang tengah berbahagia merayakan pencapaian mereka.Sebuah kebahagiaan yang mereka dapatkan dengan menjadikan seseorang sebagai tumbal. Setelah bertahun-tahun menjauh dari kehangatan rumah yang dulu dia bangun bersama dengan pria yang kini berada di hadapannya, membuka champagne dan bersulang.Shuo Ming telah berhasil membela dirinya saat rapat terakhir yang digelar bersama dengan dewan direksi Lim Group. Dengan kekanak-kanakan, dia merobek surat test DNA yang dilemparkan oleh Jenny seraya mengatakan kalau surat itu palsu–dua orang wanita yang menantangnya itu sedang mengada-ngada.“Jadi, kapan bisa kembali lagi ke Lim Group?” Melissa menyesap alkoholnya lalu melanjutkan obrolan pada inti kedatangannya ke rumah Shuo Ming malam ini.“Setelah kau dan Clarissa terlebih dahulu kembali ke rumah ini.” ujar Shuo Ming, alisnya bertaut–pupil matanya melebar.Shuo Ming tidak melepa