Cecilia menyeret koper dan menjinjing tas di tangan kirinya. Hatinya sudah gelisah sejak semalam. Pembelian tiket yang terlalu mendadak itu juga diputuskan semalam. Meski pria yang dia temui kemarin mengatakan kalau dia tak perlu terburu-buru, tapi Cecilia bukanlah seorang yang bisa bersikap tenang-tenang saja ditengah hatinya yang bergejolak.
“Silahkan nona, saya akan mengantarkan nona sampai ke bandara. Boleh saya tahu jam penerbangan anda?” seorang supir utusan yang telah di sewa oleh Cecilia telah datang menjemput, 3 jam lebih awal dari jadwal penerbangannya.
Kemarin seolah tersambar petir di siang bolong, Cecilia merasakan reuni yang tidak biasa dengan pria yang sesuai dengan janjinya–datang menemui Cecilia. Meskipun pertemuan mereka diakhiri dengan sebuah berita yang membuat Cecilia pedih untuk kesekian kalinya.
Pria yang sekarang tidak ingin lagi dipanggil dengan nama David itupun mengatakan kalau dia akan pergi lagi ke negara berbeda da
Pintu pagar berderit dan terbuka otomatis. Cecilia melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah sambil terus menyeret kopernya. Di cengkeramnya kuat-kuat tas yang disampirkan dilengannya sebagai upaya berjaga-jaga jikalau ada bahaya yang sedang mengintainya.“Nona …” Cecilia hampir saja melayangkan tasnya memukul sosok suara yang membuatnya terkejut.“Maaf aku mengagetkan anda. Saya bantu bawakan kopernya …”pria berperawakan gemuk dengan punggung yang agak bongkok itu tampaknya tak berbahaya. Cecilia pun merelakan kopernya untuk diambil alih oleh pria itu. Dia kemudian mengikuti pria yang membawanya ke depan sebuah ruangan kecil di sudut rumah besar itu. Pintu kayunya yang kokoh membuat getar di dada Cecilia semakin menjadi-jadi.“Silahkan masuk, nona …” pria itu meletakkan koper di depan pintu lalu membukakan pintu bagi Cecilia.Benar saja–dibalik pintu itu tampak sudah menunggu seoran
“Pertanyaan yang bagus, nona. Tetapi lebih tepatnya, bukan aku yang menyadarinya terlebih dahulu melainkan Jeremy Lee sendiri.” George mengusap wajahnya.Pria itu sepertinya merasa lega telah berhasil memulai cerita untuk mengungkap kebenaran siapa sesungguhnya David Lim yang mereka kenal selama ini.“Jeremy Lee?” Cecilia kembali terkejut dengan nama asing yang disebutkan oleh George.“Iya – itu nama asli pria yang mengobrol denganmu di asia kecil, nona. Pria yang telah melakukan test DNA dan menemukan fakta bahwa dirinya dengan Hongli Lim tidak memiliki ikatan darah.”“Jadi namanya Jeremy?” batin Cecilia.“Kecurigaan pertamanya dimulai saat nyonya Lim–ibu kandung David Lim dalam kondisi kritis karena hampir kehabisan darah akibat percobaan bunuh diri yang akhirnya menewaskan dirinya. Seluruh anggota keluarga besar melakukan test–mengumpulkan darah untuk ditransfusikan kepada n
Daniel dibawa keluar dari dalam penjara. Menaiki mobil pribadi milik George dengan dikawal oleh seorang anggota kepolisian yang berpakaian bebas–agar tidak mencolok khalayak umum. George duduk di kursi depan, di sebelah pengemudi.Sementara itu Daniel duduk berdampingan dengan anggota kepolisian yang mengawalnya, di kursi belakang. Suasana di dalam mobilpun seketika menjadi tegang. Ada empat orang pria di dalam mobil tapi tak satupun dari mereka yang berani membuka suara.“Kita akan langsung menemui dokter pribadi keluarga Lim. Dokter yang juga telah melakukan test DNA terhadap Jeremy Lee. Mari kita turun.” Ucap George kala mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan sebuah rumah sakit swasta hong Kong.“Tunggu! Jeremy Lee?” Daniel berseru mencegah George yang hendak membuka pintu mobil.“Dulu dia dikenal sebagai David Lim. Aku akan menceritakan kisah lengkapnya setelah mendapatkan hasil test DNA dirimu dengan Hong
Daniel kembali menghabiskan satu malam di dalam penjara. Beruntungnya, test DNA yang seharusnya memakan waktu kurang lebih lima hari hingga mendapatkan hasil, bisa dilakukan lebih cepat. Hari itu, kala Daniel menghabiskan makan siang terakhirnya di dalam sel, petugas sipir membuka sel nya dan menyuruhnya keluar.Dia mengatakan bahwa George–pengacara yang telah membawanya untuk melakukan test DNA telah memberikan uang tebusan dalam jumlah besar dan juga dokumen yang memperkuat bahwa Daniel tidaklah bersalah dalam semua kejadian yang melibatkan Lim Group.Daniel tercengang hebat, dia membaca hasil test DNA berulang kali. Juga meminta George menjelaskan berkali-kali tentang Jeremy Lee yang diam-diam telah melakukan pencarian terhadap dirinya. Semua seperti kepingan puzzle yang mulai tersusun dengan rapi.“Jadi, akan kemana kita sekarang, tuan muda Lim?” seringai George puas.“Kita akan mulai dari para wanita, lalu kita bereskan para p
“Cheeerrss!!” sorak dua orang yang tengah berbahagia merayakan pencapaian mereka.Sebuah kebahagiaan yang mereka dapatkan dengan menjadikan seseorang sebagai tumbal. Setelah bertahun-tahun menjauh dari kehangatan rumah yang dulu dia bangun bersama dengan pria yang kini berada di hadapannya, membuka champagne dan bersulang.Shuo Ming telah berhasil membela dirinya saat rapat terakhir yang digelar bersama dengan dewan direksi Lim Group. Dengan kekanak-kanakan, dia merobek surat test DNA yang dilemparkan oleh Jenny seraya mengatakan kalau surat itu palsu–dua orang wanita yang menantangnya itu sedang mengada-ngada.“Jadi, kapan bisa kembali lagi ke Lim Group?” Melissa menyesap alkoholnya lalu melanjutkan obrolan pada inti kedatangannya ke rumah Shuo Ming malam ini.“Setelah kau dan Clarissa terlebih dahulu kembali ke rumah ini.” ujar Shuo Ming, alisnya bertaut–pupil matanya melebar.Shuo Ming tidak melepa
Kantor Lim Group memiliki aura yang sangat buruk hari-hari belakangan ini. Semua karyawan tampak tak bergairah dalam mengerjakan tugas-tugas mereka ditengah skandal yang tengah menimpa perusahaan tempat mereka mencari nafkah.Cecilia kembali menampakkan diri ke kantor Lim Group dan menggelar rapat internal yang dihadiri oleh para dewan direksi. Sebagai seorang wanita cerdas dan terampil, Cecilia berhasil menenangkan para direksi untuk tetap melanjutkan pekerjaan mereka tanpa perlu mengkhawatirkan apa yang terngah tengah terjadi di luar sana.Sedangkan Jenny dengan cepat bertindak untuk memberikan semangat kepada para karyawan lain serta menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat terbengkalai setelah rapat besar pemegang saham. Jangan tanya mengenai kabar saham Lim Group. Meski masih dalam keadaan stabil, tapi mungkin saja hanya tinggal menunggu pin terakhir tumbang dan permainan pun berakhir.“Apakah perusahaan ini akan bangkrut?” tanya seorang kar
Lampu temaram menghiasi roof top sebuah hotel bintang lima. David Lim duduk tenang menyeruput teh hijaunya sebelum melanjutkan makan malam dengan wanita yang telah dia nantikan kedatangannya.Lima menit berlalu, Serena Yao baru saja keluar dari lift–berjalan malu-malu menuju meja yang sudah dipesan khusus untuknya dan David Lim. Serena hanya mengenakan dress panjang warna gelap dengan clutch bag yang terlihat biasa saja ditangannya. Jarinya polos tanpa perhiasaan, begitu juga dengan lehernya. Hanya helai-helai rambutnya saja yang menghiasi leher jenjangnya itu.“Serena …” David menyapa Serena dengan suara tenang serta dalam.Wanita itu masih mengira bahwa pria yang ada di hadapannya itu adalah Daniel Yuwan – sang penjual bakpao yang telah menyamar menjadi David Lim. Terlihat sorot mata kaget saat Serena melihat penampilan Daniel malam itu. Dia berpikir pastilah Daniel membeli pakaian bermerek itu dari uang yang dia dapat selama men
David mengangkat paper bag itu dan membukanya di depan Serena. Sebuah kotak perhiasan berwarna senada dengan paper bag itu dikeluarkan oleh Daniel dari dalamnya. Serena menanti dengan tegang, apa sebenarnya yang disiapkan oleh pria itu.“Kita sudah berteman sejak lama. Selama itu kau sudah melakukan banyak hal kepadaku. Menolongku kala kesulitan semasa sekolah dulu, menyemangatiku meski aku harus kehilangan jejak orang-orang yang tadinya merawatku di desa jiaju dan banyak hal lainnya.” David menghadapkan kotak perhiasan kehadapan Serena.“Sekarang–terimalah ini sebagai ucapan terima kasihku kepadamu.” David membuka kotak perhiasannya, memperlihatkan sebuah kalung berlian dengan liontin berbentuk bulat dengan rantai yang juga bertaburkan berlian sepanjang 50 centimeter.Serena membekap mulutnya kuat–benar-benar tidak percaya dengan pengelihatannya saat ini. Kalung berlian di dalam kotak itu tampak sangat berkilau di bawah cahay
Lima bulan berlalu, sesuai dengan janji yang pernah dilontarkan David kepada Jenny, pagi itu dengan dibantu oleh Eden dan Lidya–dia membawa berpuluh-puluh klakat bambu berukuran besar. Cecilia dan Jenny tertawa-tawa melihat apa yang dilakukan oleh boss besar mereka itu.Sementara Eden dan Lidya, wajah mereka sama-sama terlihat lelah. Bagaimana tidak, sejak matahari belum berencana untuk beranjak dari peraduannya, mereka sudah berkutat dengan tepung dan kacang hijau serta kacang merah di dalam apartement David Lim.“Awas saja kalau setelah ini kau membatalkan janjimu untuk mentraktirku berendam di pemandian ari panas termahal di Hong Kong - aku akan membawa janji itu sampai ke akhirat,” ancam Eden kepada David Lim yang sedari tadi hanya berdiri mengawasi sambil terus tebar pesona kepada para karyawan wanita.Setelah perjuangan yang cukup sengit untuk menaklukkan Huangjia Petroleum, tapi kenyataanya sejak awal dewi fortuna memang sudah berp
David Lim terbangun dari tidurnya. Sinar matahari menyorot wajahnya yang seharusnya masih berada dalam pelukan Serena. Meski tak terjadi apapun yang ‘panas’ dengan mereka semalam, tapi tertidur dalam pelukan wanita yang wangi tubuhnya selalu dia sukai merupakan pilihan yang terbaik.“Serena?” lagi-lagi David kehilangan Serena atau jangan-jangan yang semalam memeluknya bukanlah Serena, melainkan hanya bayangan kerinduannya akan wanita itu.David mengangkat tubuhnya dari tempat tidur, tubuh letihnya kini sudah terasa lebih baik dari kemarin. Meski ada beberapa bagian tubuh yang terasa pegal akibat pertempuran kemarin tapi kini hatinya terisi penuh. Tapi dimanakah wanita itu?“Sudah bangun ternyata …” sorot mata David kembali berbinar melihat kedatangan Serena dari arah pintu masuk, “maaf aku kembali sebentar ke rumah, di rumahmu tidak ada bahan makanan yang bisa aku masak.”Serena menyodorkan dua potong
Serombongan polisi menggerebek gedung tua setelah ada warga sipil yang kebetulan lewat di dekat gedung itu dan mendengar suara tembakan yang hampir tanpa jeda. Polisi berbondong-bondong masuk dengan menembakkan beberapa peluru ke udara.Eden serta sepasang orang tua yang tengah begulat batin dengannya itupun terkejut dengan kedatangan para polisi. Mendengar suara tembakan dari luar gedung seketika membuat wanita tua itu berlari dan melompat keluar gedung melalui jendela.Tubuh Eden diseret masuk ke dalam mobil polisi, Eden mengikuti langkah polisi yang telah memborgol tangannya tanpa perlawanan. Baginya saat ini keselamatan dirinya di atas segalanya. Perkara masuk penjara pasti nanti juga akan di selesaikan oleh sahabatnya. Itu juga kalau pria tampan itu belum mati–pikir Eden.“Kau utusan Lim Group, kan?” pertanyaan seorang polisi dari balik kemudi membuat Eden terhenyak.Dari mana orang itu tahu kalau dia salah satu pekerja Lim Group? S
Civic berharga dua digit milyar itu melaju dengan kecepatan tinggi. Pengemudinya hampir-hampir tak menginjak pedal rem selama perjalanannya. Terus saja melajukan kendaraan roda empat itu melesat menembus jalanan.Beberapa hari yang lalu David Lim telah bertemu dengan Serena Yao dalam pertemuan yang ganjil. Kala itu dirinya sempat memeluk tubuh wanita yang selalu menjadi candu baginya itu. Bahkan dia sempat menghirup wangi rambut wanita itu–wanginya masih sama dengan wangi yang dihirupnya pada sela-sela permainan panas mereka di kamar hotel.“Sial! Seharusnya aku langsung membawa saja Serena pergi dari desa Jiaju. Aku tak akan memaafkan diriku sendiri seandainya ada hal buruk yang menimpa dia.” David menggigit bibir bawahnya penuh rasa bersalah.Diinjaknya tegas pedal gas menembus perbatasan kota Hong Kong dengan hutan menjadi sumber oksigen terbesar di negara tirai bambu itu. Sudah menjadi kebiasaan bagi Eden ataupun David untuk menurunkan jend
Eden mengangkat tinggi tinjunya, siap dihujamkan ke wajah pria tua yang menatapnya dingin. Jadi seperti ini rasanya berhadapan dengan pembunuh bayaran, pikir Eden. Begitu profesional sampai kepada ekspresi yang sulit untuk ditebak. Tapi Eden begitu yakin kalau pertarungan ini akan dimenangkan olehnya dengan tangan kosong.CEKREK!Suara kokangan senjata api terdengar dekat sekali dengan pelipisnya. Eden lupa kalau pria itu bersama dengan seorang wanita yang tadi sempat menembakkan peluru ke arah David. Sebersit rasa takut menyelinap di hati Eden, namun segera disingkirkannya – dia tak mau mati konyol di tangan para orang tua.“Kau masih ingat rasa biang-biang ming buatanku? Aku rindu memasak lagi untuk kalian bertiga … kini aku mulai membayangkan seperti apa wajah Serena Yao. Gadis cantik yang telah mencuri hati pemuda tampanku.” Wanita tua itu menyeringai, senjata apinya terangkat lurus – siap menembus kepala Eden.Eden kemb
Eden terus dihujani dengan peluru yang dilontarkan dari senjata api sang pria tua yang dengan cekatan terus mengisikan peluru ke senjatanya–hingga tiada habis-habisnya. Dia membungkuk, berguling hingga merangkak menghindari puluhan peluru yang mengincarnya.“Eden!” David berteriak dari balik dinding–dia baru saja selesai mengisi ulang senjata di pungutnya dari preman-preman yang berhasil dia kalahkan.“Bodoh! Cepat selamatkan dirimu! Aku tak mau memiliki boss selain dirimu! Cepat pergi!” teriak Eden, kini dirinya sudah berada cukup dekat dengan kedua orang tua itu.Wanita tua yang dipanggil ‘mama’ itu seketika menyadari kemunculan David dari balik dinding. Wajahnya kini tak terlihat lagi seperti seseorang yang menaruh kasih sayang kepada anak yang telah dibesarkannya bertahun-tahun.Sebuah peluru terlepas dari sangkarnya dan melesat lurus mengarah pada David yang masih menimbang-nimbang apa yang harus
Cecilia tak dapat tidur semalaman. Tubuhnya yang lelah memaksanya untuk berbaring di ranjang yang empuk dan menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut. Tapi kenyamanan yang bisa diciptakan dari perpaduan antara ranjang dan selimut itu pun gagal membuatnya tertidur.Dalam benak Cecilia, berputar bayangan antara David Lim dan Jeremy Lee bergantian, berulang-ulang. Dia membalikkan badannya ke kanan lalu ke kiri, seperti itu terus hingga matahari naik ke langit dan tersenyum mengejek kegundahan hatinya.“HAH! Ternyata sulit sekali mencintai pria yang benar-benar mancintai dengan tulus. Aku kira kisahku dengan Jeremy akan berbeda, tapi ternyata malah lebih tragis. Apa aku memang bukan seorang wanita yang layak untuk dicintai?” Cecilia menutup wajahnya dengan bantal.Cecilia adalah sosok wanita muda yang kerap kali membuat iri wanita lain yang seusia dengannya. Bagaimana tidak, keluarga Cecilia bukanlah keluarga tersohor seperti keluarga Han. Dia hanyalah an
Suatu pagi yang berkabut, kala dirinya masih menjadi Daniel Yuwan, dia menemukan sepucuk surat di meja makan bersama dengan semangkuk Biang-biang ming kesukaannya. Daniel membaca selembar surat yang ditinggalkan baginya itu sambil menyantap sarapannya yang masih hangat.Dalam surat tersebut memang tak disebutkan tentang harta karun yang terpendam atau semacamnya. Kalimat demi kalimat yang tertuliskan di sana hanya menyebutkan kalau Daniel tak boleh sama sekali menggeser tempayan besar yang berada di dapur, sekalipun isi tempayannya sudah kosong.“Siapa kalian sesungguhnya?” otak Daniel yang kini telah menjadi David Lim berputar penuh tanda tanya.“Maksudnya kau mau tahu profesi kami?” pria tua itu kembali bersuara.“Apapun itu, cepat katakan! Siapa kalian?” David hampir kehilangan kesabarannya lagi.“Kami bagian dari kelompok elang emas. Kelompok pembunuh bayaran yang merajai tanah Asia. Kedatangan kami di
“Mau apa kau datang ke tempat ini, anak kampung? Jangan banyak lagak mentang-mentang sudah jadi boss besar. Dulu saja kau berhasil dikalahkan oleh anak buahku. Sekarang malah datang menantang ke markas kami. Hahaha!!” gelegar tawa pria yang berjalan semakin mendekatinya itu seketika mengingatkan David pada ketua preman yang dulu mengacak-acak pasar Kai Xin.David memicingkan matanya. Dengan cepat dia menangkap tato elang yang terlukis di leher pria itu. Dia tak menyangka sebelumnya kalau preman-preman itu ternyata komplotan besar. Mereka pasti selama ini berprofesi sebagai pembunuh bayaran atau semacamnya.“Aku tidak takut! Satu lawan satu–jangan jadi pengecut yang beraninya keroyokan!” seru David dengan amarahnya yang tertahankan, teringat aksi mereka saat menghancurkan pasar.Tak heran kalau kini mereka begitu membenci David Lim, karena ladang pungli mereka kini berkurang satu. Apalagi dulu mereka hampir setiap hari mendatangi pas