Kantor Lim Group memiliki aura yang sangat buruk hari-hari belakangan ini. Semua karyawan tampak tak bergairah dalam mengerjakan tugas-tugas mereka ditengah skandal yang tengah menimpa perusahaan tempat mereka mencari nafkah.
Cecilia kembali menampakkan diri ke kantor Lim Group dan menggelar rapat internal yang dihadiri oleh para dewan direksi. Sebagai seorang wanita cerdas dan terampil, Cecilia berhasil menenangkan para direksi untuk tetap melanjutkan pekerjaan mereka tanpa perlu mengkhawatirkan apa yang terngah tengah terjadi di luar sana.
Sedangkan Jenny dengan cepat bertindak untuk memberikan semangat kepada para karyawan lain serta menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat terbengkalai setelah rapat besar pemegang saham. Jangan tanya mengenai kabar saham Lim Group. Meski masih dalam keadaan stabil, tapi mungkin saja hanya tinggal menunggu pin terakhir tumbang dan permainan pun berakhir.
“Apakah perusahaan ini akan bangkrut?” tanya seorang kar
Lampu temaram menghiasi roof top sebuah hotel bintang lima. David Lim duduk tenang menyeruput teh hijaunya sebelum melanjutkan makan malam dengan wanita yang telah dia nantikan kedatangannya.Lima menit berlalu, Serena Yao baru saja keluar dari lift–berjalan malu-malu menuju meja yang sudah dipesan khusus untuknya dan David Lim. Serena hanya mengenakan dress panjang warna gelap dengan clutch bag yang terlihat biasa saja ditangannya. Jarinya polos tanpa perhiasaan, begitu juga dengan lehernya. Hanya helai-helai rambutnya saja yang menghiasi leher jenjangnya itu.“Serena …” David menyapa Serena dengan suara tenang serta dalam.Wanita itu masih mengira bahwa pria yang ada di hadapannya itu adalah Daniel Yuwan – sang penjual bakpao yang telah menyamar menjadi David Lim. Terlihat sorot mata kaget saat Serena melihat penampilan Daniel malam itu. Dia berpikir pastilah Daniel membeli pakaian bermerek itu dari uang yang dia dapat selama men
David mengangkat paper bag itu dan membukanya di depan Serena. Sebuah kotak perhiasan berwarna senada dengan paper bag itu dikeluarkan oleh Daniel dari dalamnya. Serena menanti dengan tegang, apa sebenarnya yang disiapkan oleh pria itu.“Kita sudah berteman sejak lama. Selama itu kau sudah melakukan banyak hal kepadaku. Menolongku kala kesulitan semasa sekolah dulu, menyemangatiku meski aku harus kehilangan jejak orang-orang yang tadinya merawatku di desa jiaju dan banyak hal lainnya.” David menghadapkan kotak perhiasan kehadapan Serena.“Sekarang–terimalah ini sebagai ucapan terima kasihku kepadamu.” David membuka kotak perhiasannya, memperlihatkan sebuah kalung berlian dengan liontin berbentuk bulat dengan rantai yang juga bertaburkan berlian sepanjang 50 centimeter.Serena membekap mulutnya kuat–benar-benar tidak percaya dengan pengelihatannya saat ini. Kalung berlian di dalam kotak itu tampak sangat berkilau di bawah cahay
Kedua orang yang entah masih berstatus sahabat masa kecil atau sudah mulai beranjak pada jenjang yang lebih tinggi itupun telah membuat kaca kamar mandi berembun karena ulah mereka. Deru nafas yang tak henti bersahutan–lambat dan semakin cepat–hingga mereka mencapai puncak bersamaan.Tapi itu baru ronde partama, David Lim belum puas mempermainkan wanita yang nyatanya bisa dibeli hanya dengan sebuah kalung berlian. David memutar shower di belakang tubuhnya, membiarkan tubuh mereka berdua tersiram air. Serena tertawa senang–dia baru saja merasakan pengalaman bercinta dengan sensasi berbeda.“Tadi kau bilang mau menemani aku mandi kan? Tapi kau malah nakal dan menyerangku …” David mencolek hidung Serena.“Aku sih mau saja menemanimu mandi, tapi bukakah setelah itu kita pasti akan langsung tertidur?” Serena manja menatap David–digigitnya bibir pucatnya yang kedinginan.“Aahh–pikiranku jadi kem
Rudy Ang masuk ke dalam mobilnya, memasang handsfree lalu menghubungi nomor David Lim berkali-kali. Pria yang tengah dihubunginya itu tentu saja mengacuhkan panggilan telpon dari pria yang sudah dia duga akan menghubunginya itu. Daniel tersenyum sinis melihat nama Rudy Ang berkerlip di layar ponselnya. Dengan santai dia menyeruput kopi hitam dan menikmati semangkuk bubur gurih sebagai menu sarapannya.Rudy Ang kembali berteriak di dalam mobil sport yang dilajukan dengan kecepatan tinggi itu. Dia menuju aprtement Broadway Apartement lantai 14 – dia masih ingat lantai apartemet itu kala Serena menceritakan perihal penipuan David Lim. Rudy merasa tenggorokannya tercekat hingga tidak mampu menelan ludahnya sendiri. Kenapa si penipu itu sudah bisa masuk hotel? Bukankah dia masih berada di dalam penjara?“Penipu! David Lim! Manusia kotor! Keluar kau!!” Rudy Ang menggedor pintu apartement yag sebenarnya selama ini ditempat oleh Daniel Yuwan.Sampai ta
David Lim, duduk berhadapan dengan seorang pria yang memakai flat cap warna abu-abu. Pria itu dengan wajah serius membaca ulang pesan elektronik yang dikirimkan oleh Jenny kepada. Tuan Heng atau nama lengkapnya–Kevin Heng seorang direktur pengelola bursa efek.Pria itu sesungguhnya dilarang untuk bertemu secara personal dengan perusahaan yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan saham. Namun, apa yang dituliskan oleh Jenny dalam pesan eletroniknya membuat pria itu merasa perlu membicarakannya langsung dengan David Lim.“Sejak kapan kau mengetahui ini semua, Tuan Lim? Aku tidak mengira kalau Shuo Ming telah berlaku curang kepada anda. Bagaimana mungkin dia menjebloskan seorang tuan muda asli ke dalam penjara, demi menyelamatkan dirinya sendiri. ” tanya Tuan Heng menyelidik. Pria itu memijit pangkal hidungnya, sepertinya dia cukup lelah dengan apa yang baru saja dia baca dan penjelasan singkat yang dipaparkan oleh David perihal penangkapan dirinya
“Teh hangat dan donat anda, Tuan Lim.” Seorang office girl mengantarkan sarapan sesuai pesanan David Lim.“Donatnya apa dibeli dari tempat yang sama?” David melirik ke arah Jenny.“Iya – aku sudah menanyakan kepada wanita yang kau sebut gemuk itu – namanya Margareth dan dia seorang staff administrasi terbaik yang kita miliki. Mulai sekarang rasanya kau harus lebih lagi mendekatkan diri kepada para karyawan deh.” Jawab Jenny yang sedari tadi hampir mati bosan menunggu David yang belum mau membahas pekerjaan sebelum dia mengisi perutnya.“Oke kalau begitu, aku akan memakannya. Karena, cara wanita gemuk – maaf Margareth tadi memakannya terlihat sangat enak. Mari makan …” David menyeruput tehnya lalu menggigit donat pertama yang dia coba selama tinggal di Hong Kong.Jenny cemberut melihat dengan santainya David menikmati sarapannya, “enak mana dengan bakpao buatanmu?” sindir
“Maaf, uncle … terlepas dari tuduhan korupsi Shuo Ming, bukankah tim anda juga telah melakukan kesalahan terkait poyek pengeboran itu?” David memiringkan senyumnya, mengejek kepercayaan diri Alex Chen dalam menuding Shuo Ming.“I–iya … tapi kan kami memang sudah melakukan penelitian dengan maksimal dan memastikan bahwa daerah tersebut aman untuk kita melakukan pengeboran. Sejujurnya, kesalahan terbesar kan ada pada tim Han Yelu.” Penyataan Alex tersebut sukses membuat Han Yelu membelalakkan matanya.“Kebocoran limbah itu sebuah kecelakaan. Bagaimana bisa kau menuduh tim ku seenaknya begitu?” Han Yelu mengepalkan tangannya, siap adu jotos seandainya Alex mengungkit kesalahan yang telah dilakukan oleh timnya.“Cukup berdebatnya! Proyek pengeboran di hutan luse akan kita hentikan, apapun alasannya. Kita tidak akan meneruskan proyek yang sudah memakan korban jiwa.” Serang David menengahi kedua orang
Cecilia menutup penjelasannya mengenai pemindahan proyek pengeboran itu dengan baik. Meski sejujurnya dia tidak terlalu memahami secara teknis seluk beluk pengeboran, karena dia hanyalah seorang dengan latar belakang profesi sebagai marketing, tapi dia melakukan penjelasan tanpa ada seorangpun yang kemudian meragukan kata-katanya.“Kalau begitu, segera diaturkan waktu, tiket pesawat juga keperluan lainnya untuk keberangkatan Cecilia dan Tuan Chen ke asia kecil. Aku mau perkara pemindahan proyek pengeboran ini bisa selesai dalam dua minggu ini.” sambung David menyempurnakan penjelasan Cecilia.“Tunggu, David … apa tidak sebaiknya kita menyelesaikan permasalahan-permasalahan skandal Lim Group terlebih dahulu baru setelahnya menjajaki proyek yang baru? Apakah kalau kita bergerak sekarang tidak akan muncul spekulasi baru dari publik?” ujar Cecilia.Meskipun sesungguhnya, dia sudah begitu menginginkan untuk bertemu dengan Jeremy, tapi p
Lima bulan berlalu, sesuai dengan janji yang pernah dilontarkan David kepada Jenny, pagi itu dengan dibantu oleh Eden dan Lidya–dia membawa berpuluh-puluh klakat bambu berukuran besar. Cecilia dan Jenny tertawa-tawa melihat apa yang dilakukan oleh boss besar mereka itu.Sementara Eden dan Lidya, wajah mereka sama-sama terlihat lelah. Bagaimana tidak, sejak matahari belum berencana untuk beranjak dari peraduannya, mereka sudah berkutat dengan tepung dan kacang hijau serta kacang merah di dalam apartement David Lim.“Awas saja kalau setelah ini kau membatalkan janjimu untuk mentraktirku berendam di pemandian ari panas termahal di Hong Kong - aku akan membawa janji itu sampai ke akhirat,” ancam Eden kepada David Lim yang sedari tadi hanya berdiri mengawasi sambil terus tebar pesona kepada para karyawan wanita.Setelah perjuangan yang cukup sengit untuk menaklukkan Huangjia Petroleum, tapi kenyataanya sejak awal dewi fortuna memang sudah berp
David Lim terbangun dari tidurnya. Sinar matahari menyorot wajahnya yang seharusnya masih berada dalam pelukan Serena. Meski tak terjadi apapun yang ‘panas’ dengan mereka semalam, tapi tertidur dalam pelukan wanita yang wangi tubuhnya selalu dia sukai merupakan pilihan yang terbaik.“Serena?” lagi-lagi David kehilangan Serena atau jangan-jangan yang semalam memeluknya bukanlah Serena, melainkan hanya bayangan kerinduannya akan wanita itu.David mengangkat tubuhnya dari tempat tidur, tubuh letihnya kini sudah terasa lebih baik dari kemarin. Meski ada beberapa bagian tubuh yang terasa pegal akibat pertempuran kemarin tapi kini hatinya terisi penuh. Tapi dimanakah wanita itu?“Sudah bangun ternyata …” sorot mata David kembali berbinar melihat kedatangan Serena dari arah pintu masuk, “maaf aku kembali sebentar ke rumah, di rumahmu tidak ada bahan makanan yang bisa aku masak.”Serena menyodorkan dua potong
Serombongan polisi menggerebek gedung tua setelah ada warga sipil yang kebetulan lewat di dekat gedung itu dan mendengar suara tembakan yang hampir tanpa jeda. Polisi berbondong-bondong masuk dengan menembakkan beberapa peluru ke udara.Eden serta sepasang orang tua yang tengah begulat batin dengannya itupun terkejut dengan kedatangan para polisi. Mendengar suara tembakan dari luar gedung seketika membuat wanita tua itu berlari dan melompat keluar gedung melalui jendela.Tubuh Eden diseret masuk ke dalam mobil polisi, Eden mengikuti langkah polisi yang telah memborgol tangannya tanpa perlawanan. Baginya saat ini keselamatan dirinya di atas segalanya. Perkara masuk penjara pasti nanti juga akan di selesaikan oleh sahabatnya. Itu juga kalau pria tampan itu belum mati–pikir Eden.“Kau utusan Lim Group, kan?” pertanyaan seorang polisi dari balik kemudi membuat Eden terhenyak.Dari mana orang itu tahu kalau dia salah satu pekerja Lim Group? S
Civic berharga dua digit milyar itu melaju dengan kecepatan tinggi. Pengemudinya hampir-hampir tak menginjak pedal rem selama perjalanannya. Terus saja melajukan kendaraan roda empat itu melesat menembus jalanan.Beberapa hari yang lalu David Lim telah bertemu dengan Serena Yao dalam pertemuan yang ganjil. Kala itu dirinya sempat memeluk tubuh wanita yang selalu menjadi candu baginya itu. Bahkan dia sempat menghirup wangi rambut wanita itu–wanginya masih sama dengan wangi yang dihirupnya pada sela-sela permainan panas mereka di kamar hotel.“Sial! Seharusnya aku langsung membawa saja Serena pergi dari desa Jiaju. Aku tak akan memaafkan diriku sendiri seandainya ada hal buruk yang menimpa dia.” David menggigit bibir bawahnya penuh rasa bersalah.Diinjaknya tegas pedal gas menembus perbatasan kota Hong Kong dengan hutan menjadi sumber oksigen terbesar di negara tirai bambu itu. Sudah menjadi kebiasaan bagi Eden ataupun David untuk menurunkan jend
Eden mengangkat tinggi tinjunya, siap dihujamkan ke wajah pria tua yang menatapnya dingin. Jadi seperti ini rasanya berhadapan dengan pembunuh bayaran, pikir Eden. Begitu profesional sampai kepada ekspresi yang sulit untuk ditebak. Tapi Eden begitu yakin kalau pertarungan ini akan dimenangkan olehnya dengan tangan kosong.CEKREK!Suara kokangan senjata api terdengar dekat sekali dengan pelipisnya. Eden lupa kalau pria itu bersama dengan seorang wanita yang tadi sempat menembakkan peluru ke arah David. Sebersit rasa takut menyelinap di hati Eden, namun segera disingkirkannya – dia tak mau mati konyol di tangan para orang tua.“Kau masih ingat rasa biang-biang ming buatanku? Aku rindu memasak lagi untuk kalian bertiga … kini aku mulai membayangkan seperti apa wajah Serena Yao. Gadis cantik yang telah mencuri hati pemuda tampanku.” Wanita tua itu menyeringai, senjata apinya terangkat lurus – siap menembus kepala Eden.Eden kemb
Eden terus dihujani dengan peluru yang dilontarkan dari senjata api sang pria tua yang dengan cekatan terus mengisikan peluru ke senjatanya–hingga tiada habis-habisnya. Dia membungkuk, berguling hingga merangkak menghindari puluhan peluru yang mengincarnya.“Eden!” David berteriak dari balik dinding–dia baru saja selesai mengisi ulang senjata di pungutnya dari preman-preman yang berhasil dia kalahkan.“Bodoh! Cepat selamatkan dirimu! Aku tak mau memiliki boss selain dirimu! Cepat pergi!” teriak Eden, kini dirinya sudah berada cukup dekat dengan kedua orang tua itu.Wanita tua yang dipanggil ‘mama’ itu seketika menyadari kemunculan David dari balik dinding. Wajahnya kini tak terlihat lagi seperti seseorang yang menaruh kasih sayang kepada anak yang telah dibesarkannya bertahun-tahun.Sebuah peluru terlepas dari sangkarnya dan melesat lurus mengarah pada David yang masih menimbang-nimbang apa yang harus
Cecilia tak dapat tidur semalaman. Tubuhnya yang lelah memaksanya untuk berbaring di ranjang yang empuk dan menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut. Tapi kenyamanan yang bisa diciptakan dari perpaduan antara ranjang dan selimut itu pun gagal membuatnya tertidur.Dalam benak Cecilia, berputar bayangan antara David Lim dan Jeremy Lee bergantian, berulang-ulang. Dia membalikkan badannya ke kanan lalu ke kiri, seperti itu terus hingga matahari naik ke langit dan tersenyum mengejek kegundahan hatinya.“HAH! Ternyata sulit sekali mencintai pria yang benar-benar mancintai dengan tulus. Aku kira kisahku dengan Jeremy akan berbeda, tapi ternyata malah lebih tragis. Apa aku memang bukan seorang wanita yang layak untuk dicintai?” Cecilia menutup wajahnya dengan bantal.Cecilia adalah sosok wanita muda yang kerap kali membuat iri wanita lain yang seusia dengannya. Bagaimana tidak, keluarga Cecilia bukanlah keluarga tersohor seperti keluarga Han. Dia hanyalah an
Suatu pagi yang berkabut, kala dirinya masih menjadi Daniel Yuwan, dia menemukan sepucuk surat di meja makan bersama dengan semangkuk Biang-biang ming kesukaannya. Daniel membaca selembar surat yang ditinggalkan baginya itu sambil menyantap sarapannya yang masih hangat.Dalam surat tersebut memang tak disebutkan tentang harta karun yang terpendam atau semacamnya. Kalimat demi kalimat yang tertuliskan di sana hanya menyebutkan kalau Daniel tak boleh sama sekali menggeser tempayan besar yang berada di dapur, sekalipun isi tempayannya sudah kosong.“Siapa kalian sesungguhnya?” otak Daniel yang kini telah menjadi David Lim berputar penuh tanda tanya.“Maksudnya kau mau tahu profesi kami?” pria tua itu kembali bersuara.“Apapun itu, cepat katakan! Siapa kalian?” David hampir kehilangan kesabarannya lagi.“Kami bagian dari kelompok elang emas. Kelompok pembunuh bayaran yang merajai tanah Asia. Kedatangan kami di
“Mau apa kau datang ke tempat ini, anak kampung? Jangan banyak lagak mentang-mentang sudah jadi boss besar. Dulu saja kau berhasil dikalahkan oleh anak buahku. Sekarang malah datang menantang ke markas kami. Hahaha!!” gelegar tawa pria yang berjalan semakin mendekatinya itu seketika mengingatkan David pada ketua preman yang dulu mengacak-acak pasar Kai Xin.David memicingkan matanya. Dengan cepat dia menangkap tato elang yang terlukis di leher pria itu. Dia tak menyangka sebelumnya kalau preman-preman itu ternyata komplotan besar. Mereka pasti selama ini berprofesi sebagai pembunuh bayaran atau semacamnya.“Aku tidak takut! Satu lawan satu–jangan jadi pengecut yang beraninya keroyokan!” seru David dengan amarahnya yang tertahankan, teringat aksi mereka saat menghancurkan pasar.Tak heran kalau kini mereka begitu membenci David Lim, karena ladang pungli mereka kini berkurang satu. Apalagi dulu mereka hampir setiap hari mendatangi pas