"Bos, bagaimana ini? Nggak ada penginapan yang mau menerima kita! Di mana kita akan tidur malam ini? Apa kita kembali ke gunung saja?" "Jangan, sementara sangat berbahaya! Kamu nggak dengar rumor? Para pemberontak ada diluar sana, kalau kita nggak segera kabur dari kota ini, nanti kita terkena dampaknya." Para perompak sedang berdiskusi di sebuah rumah makan yang masih buka, tanpa mereka sadari Han Jaeyong dan Erik Chu yang sedang menyamar mendengar percakapan mereka. "Ini semua karena pemuda bertopeng itu, mengapa kita harus bernasib sial seperti ini?" Bong Bai bahkan menggebrak meja saking kesalnya, hari sudah mulai dingin. Tentu akan sulit jika tidur di jalanan. Mendengar kata pemuda bertopeng Han Jaeyong dan Erik Chu jelas bereaksi, namun mereka masih sabar menunggu dan mendengarkan cerita selanjutnya. "Aku rasa kita harus menghindar dari pemuda itu, bukan hanya dia bahkan yang bertubuh besar juga sangat kuat!" "Apa kalian nggak lihat? Dia sepertinya memiliki tim ya
"Tok... Tok... Tok..." "Tuan, maaf mengganggu..." Arash dan Fatta yang kebetulan belum tidur langsung menengok ke arah pintu ketika mendengar suara Jaixin, pemilik penginapan dari luar. (Yang Mulia, pejabat itu menemukanmu) sahut Cacao. (Saat ini ia ada di depan pintu bersama pemilik penginapan, apa aku harus membunuhnya?) tanya Badara dengan dingin. "Nggak perlu, kalian hanya cukup berjaga saja." sahut Arash, mendengar Arash bicara dengan kedua siluman yang tidak nampak itu. Fatta paham, sepertinya ada sesuatu di luar sana yang membuat para siluman itu siaga melindungi Arash. Kebenciannya perlahan menurun karena itu. "Cklek!" "Masuklah Pejabat Han..." kata Arash begitu membuka pintu. Pejabat Han Jaeyong tentu kaget, bagaimana bisa pemuda di depannya ini tau kalau dia yang datang. Begitu Han Jaeyong masuk ke dalam ruangan, Jaixin izin pamit. Meski ia ingin menguping, ia tak melakukan itu. Sangat tidak sopan menguping pembicaraan orang lain. Terlebih sepertinya
"Kamu benar, aku nggak bisa menggunakan kuas ini, jadi saat ini aku hanya bisa berharap kamu menolong kami... Kekaisaran memerlukan pertolonganmu..." Han Jaeyong menangkupkan tangannya begitu memasuki kamar Arash. "Kamu bahkan menghampiriku sepagi ini, paman apa kamu nggak tidur?" tanya Arash dengan wajah kesal. Kali ini ia tidak memakai topeng, jadi Han Jaeyong tau ada perbuatan ekspresi di wajah Arash, lagipula Han Jaeyong sudah pernah melihat wajahnya. Jadi Arash tidak sungkan membuka topengnya. "Aku nggak bisa tidur sebelum tugasku selesai, tolong!! Bantulah kami..." kali ini ia bahkan berlutut. Bagi Han Jaeyong menurunkan harga diri bukanlah hal besar, ia bertanggung jawab kepada tugasnya. "Hoooaaam...." Fatta bahkan menguap karena masih mengantuk. "Arash, bantu saja dia..." kata Fatta dengan sorot mata mengantuk. "Baiklah, aku akan membantu paman, tapi dengan pembayaran yang setimpal." sahut Arash. "Aku akan membayarmu dengan 100 logam emas!" sahut Han Jaeyong berse
Hong Zicai bermimpi indah, ia merasa berada di sebuah padang rumput, dikelilingi para wanita cantik. Wanita-wanita itu berlarian dengan suara yang menggemaskan, Hong Zicai berlari mengejar mereka dan menangkap salah satunya. "Aahhh...!" Hoang Zicai tersenyum dan memeluk wanita itu dengan erat. Tapi kejadian selanjutnya membuatnya begitu tercengang, saat ia membuka mata, ia sedang memeluk seorang pria dengan tubuh keras seperti batu. "Hei, kamu mimpi jorok ya? Kamu memelukku pakai nafsu, hiiii..." Fatta langsung mendorong Hong Zicai yang kini berada di dalam tahanan. "Apa... Apa yang terjadi? Mengapa aku ada di sini?" Hong Zicai tentunya bingung, ia jelas-jelas sedang berpesta tadi malam bersama Chen'eur. Tapi mengapa sekarang ia ada di dalam sel tahanan? "Plak!! Plak!!" Hong Zicai bahkan menepuk pipinya dua kali, berharap apa yang kini ia hadapi hanya mimpi. "Apa yang kamu lakukan? Masih mengira ini mimpi?" Han Jaeyong tersenyum sinis, seolah mengejek kesialan Hong
Beberapa menit berlalu, ombak masih terlihat begitu besar. Namun tidak ada yang terjadi, meski ombak laut begitu besar, kapal masih bisa melewatinya. "Hmm... Sepertinya mereka nggak bisa menyerang kita, sepertinya ada hal yang menutup portal alam Jien..." kata Cacao, ia melihat beberapa pasukan Jien seolah melakukan ritual untuk membuat ombak besar dan menjatuhkan kapal. "Ah, dulu pernah terjadi hal seperti ini... Kalau nggak salah Tuan Muda pernah menutup portal alam Jien," kata Fatta manggut-manggut, tetap saja melihat ombak yang seakan menggulung membuat Badara dan Cacao harus berhati-hati. Mabuk laut yang tadi menyerang Arash kini sudah tidak terasa lagi, Arash terlihat lebih tenang. Arash sebenarnya ingin mencoba kegunaan Mustika Naga yang baru saja ia telan, namun melihat lautan yang begitu dalam, gelap dan mencekam, membuat Arash mengurungkan niat. "Bagaimana bisa ada Kerajaan di dalam sana?" gumam Arash. "Tentu ada, istana alam Jien sangat luar biasa, kuakui bahkan leb
"Hahaha!! Bodoh sekali mereka, dengan pusaka ini, kita bisa membuat para dewan atasan senang." Borish tergelak meski ombak masih terlihat menggulung di sekitar kapal, seolah tidak takut dengan apapun yang terjadi. "Ketua, dengan pusaka ini apakah kita akan bertambah kuat?" kali ini Michael yang bertanya, seorang pemuda berkacamata dengan teknologi yang tentunya sangat canggih. "Pusaka ini bisa membuat pil Keabadian, jika para ilmuan berhasil maka bisa dikembangkan menjadi pil Keabadian dan kekuatan yang bisa melebihi ahli beladiri lainnya." jelas Ling Wein. Seorang ahli beladiri sekaligus pahlawan dunia yang kini melintasi waktu demi bisa mendapatkan pusaka kristal pelangi satu-satunya pusaka milik alam Jien yang belum dihancurkan Rama. Beberapa kristal pelangi telah dihancurkan, pasukan Jien bahkan mencari keberadaan Raja Iblies. Karena hanya Raja Iblies yang mampu memperbanyak kristal pelangi, karena itulah Raja Iblies membawa Arash untuk menjauh dari salah satu Kerajaan alam Ji
Melihat Badara dan Cacao yang muncul di depan mereka, kini mereka sadar kalau Arash bukan lawan yang harus diremehkan. Ling Wein memberikan kristal pelangi kepada Michael, ia adalah salah satu kepercayaannya. "Michael, bawa ini bersama kalian, jika aku nggak bisa pulang sekarang, kalian bisa jemput aku nanti!" kata Ling Wein terlihat serius. Michael paham kalau Ling Wein bersedia berkorban untuk penelitian yang akan dilakukan. Jadi ia pun bertekad untuk membawa kristal pelangi bagaimanapun caranya. "Nggak akan aku biarkan salah satu dari kalian pergi!" teriak Bandara, Ia dan Cacao lalu berubah wujud dan mulai menyerang teman-teman Ling Wein. Fatta juga tak mau kalah, ia mulai melompat ke depan salah satu ahli beladiri yang bernama Borish dan mulai memainkan jemarinya. "Mau kemana? Hadapi aku dulu!" sahut Fatta. Ling Wein yang melihat itu langsung menyerang Arash dengan kedua belati di tangannya, ia menggunakan gaya bertarung jarak dekat. Menyabet setiap pergerakan Arash.
Ling Wein menatap kagum ke arah Arash, pemuda di depannya itu terbilang masih cukup muda, meski topeng itu menutupi wajahnya, Ling Wein tau kalau Arash masih muda dan belum memiliki pengalaman, setiap gerakannya terlihat meragu seakan masih mempelajari kemampuan lawannya. Ling Wein sadar kalau saat ini Arash belum mengeluarkan semua kekuatannya. Ia semakin bersemangat melihat seperti apa kekuatan yang Arash miliki. Sementara itu gerbang waktu memiliki tidak banyak waktu, ia akan tertutup sebentar lagi. "Ketua! Gerbang waktu akan tertutup!" teriak Michael di sela pertempurannya dengan Mei Xue. "Wursh!" Kesempatan itu Mei Xue gunakan untuk merebut kristal pelangi di tangan Michael. "Klang.. Klang... Klang...!" Kristal pelangi jatuh ke dasar kapal. Ketika Michael akan mengambilnya dengan cepat Mei Xue menghalanginya. Sementara itu Borish yang sedang bertarung dengan Fatta sudah merasa kelelahan, lawan di depannya terlihat tidak mengalami penurunan kekuatan, sementara mere