"Dinda... itu Dinda...." ucap Fasha."Wanita jalang itu," umpatnya saat melihat berita yang ada di televisi."Aku yakin itu pasti Dinda," gerutu Fasha."Andi bersama wanita??" Rangga membaca hideline beritanya."Aku tau kamu pasti sudah tau tentang Dinda," sangaka Fasha pada suaminya.Rangga menatap Fasha, "Memangnya kalau aku sudah tau urusannya denganmu apa??""Aku tuh istri kamu, ya harusnya apa-apa kamu tuh cerita, apa lagi ini tentang Dinda," ucap Fasha kesal saat mengetahui kehadiran Dinda kembali."Kamu tuh istri yang sudah menghancurkan pernikahanku dengan Dinda." Rangga lalu pergi meninggalakan Fasha yang masih melihat berita tersebut."Kenapa Dinda bisa sembuh???" heran Fasha karena Dinda berada di sekolah."Apa dia bekerja di sana??? atau dia hanya kebetulan saja???" Banyak sekali pertanyaan yang singgah di pikiran Fasha.Ia langsung menghubungi Papahnya."Hallo.... Pah!!!" sapa Fasha."Iyah sayang kenapa???" tanya Pak Evan."Pahh... apa papah sudah tau tentang Dinda???" Fas
Minggu ini adalah hari yang dinanti oleh Ibu Sarah karena ia sudah menjadwalkan acara makan bersama dengan Rara."Bi tolong ini nanti makanan yang ini sajikan duluan yah, soalnya ini favorit Rara!!" suruh Ibu Sarah pada asisten rumah tangganya."Baik Bu," jawab Bi Inah."Sepertinya sibuk sekali Mamah hari ini," komentar Pak Fero saat melihat istrinya yang sedang sibuk di dapur."Hari ini Rara akan datang ke rumah Pah, kita harus sajikan makanan kesukaannya." Ibu Sarah yang begitu antusias."Pokonya terserah Mamah saja!!" Pak Fero yang tidak mau ikut campur dengan urusan perempuan. ****Andi yang baru saja bangun langsung melihat ponselnya dan masih saja pesannya belum dibaca oleh Dinda, ia pun mencoba menghubunginya kembali dan ponselnya masih saja belum aktif."Kamu kemana sih Dinn??" Andi yang khawatir karena pemberitaan yang beredar pasti akan membuat Dinda malu.Andi pun buru-buru bangun dan mencuci mukanya untuk pergi menemui Dinda."Mau kemana kamu??" tanya Ibu Sarah saat meli
"Kamu tuh kenapa sihh?? ko makanan nyampe gak di makan kenapa??" tanya Ibu Harti pada putrinya."Dari kemarin Dinda udah gak enak badan Bu, kaya mau sakit gitu tadinya mau makan dulu tapi malah ketiduran," jawab Dinda."Ibu buatkan bubur dulu yah buat kamu!!" Dinda mengangguk dan Ibu Harti keluar dari kamar Dinda."Bu... Dinda kenapa??" tanya Andi saat melihat Ibu Harti keluar."Ya ampun Nak Andi bikin Ibu kaget saja," ucap Ibu Harti yang kaget karena Andi ternyata sedari tadi menunggu Ibu Harti di depan kamar Dinda."Kayanya magh Dinda kambuh terus karena belum makan ia pasang AC semalamaan, akhirnya masuk angin," jawab Ibu Harti."Kalau gitu saya boleh masuk Bu??" tanya Andi meminta izin."Iyahh boleh, Ibu mau buatkan dulu Dinda bubur dan beberapa minuman penghangat tubuh." Ibu Harti pun mengizinkan Andi untuk masuk."Dinda," panggil Andi. Dinda sedikit mengangkat tubuhnya."Kirain udah pulang," ucap Dinda."Mana bisa aku pulang lihat keadaan kamu kaya gini." Terlihat Andi yang beg
Sesampainya di rumah Andi langsung diminta untuk siap-siap. "Kamu tuh habis dari mana sih??" tanya Ibu Sarah saat Andi datang. "Gym Mahh..." jawab Andi. "Ko ada suara cewek shh?" tanya Ibu Sarah yang curiga. "Itu mah tadi suara apa sih, cuma ai got aja Mahh." jawab Andi yang mencari alasan. "Udahalah terserah pokonya capat mandi dan siap-siap, kita kamu ada acara makan sama Rara, kamu lupa yah!!" sangaka kembali Ibu Rngga "Ya ampun Mahhh inget ko!!!" ucap Andi. Andi langsung naik ke atas untuk bersiap karena Ibu Sarah akan berteriak kembali saat tau putranya yang sanagat lambat. Tak lama Rara pun sampai. "Hallo Tanteee!!" sapa Rara dengan ramah pada Ibu Sarah. "Ehhh... ini tamunya malah udah datang," ucap Ibu Sarah yang sangat bahagia. "Bukan tamu, tapi putri Ibu!!" tambah Ibu Sarah kembali. "Ya ampun Ibu jangan berlebihan," Rara yang malu karena Ibu Rasya memperlakukannya demikian."Berlebihan gimana sihh, yahh engga lahh," ucap Ibu Sarah."Ayo sini sini masuk!!!" ajak Ib
"Wahhh makan besar nihhh," ucap Pak Fero."Nahh kan, jarang-jarang yah Pah," timpal Andi yang setuju dengan ucapan papahnya."Ini masakan yang terakhir Rara yang buat lho Pah," seru Ibu Harti."Boleh Om coba!!" Pak Fero yang meminta izin."Iyaahh om silahkan!!" Rara mempersilahkan pada Pak Fero untuk mencicipi masakannya."Emhhh... enak banget!!" puji Pak Fero."Masa sih Pahh??" Andi yang sepertinya tidak percaya. Ia pun ikut mencicipi masakan Rara.Andi mengacungkan jempolnya."Enak banget!!" puji Andi.Raut wajah Rara begitu senang saat mendengar pujian dari Andi."Sumpah gak nyangka banget sihh." Andi yang merasa takjub karena Rara dulunya cewek yang tomboy boro-boro masak kayanya kalau gak di paksa mandi sama Ibunya mana mau dia mandi."Mamah juga bilang apa, gak akan ada yang nandingin masakan Rara," ucap Ibu Sarah begitu bangga."Udah ah ayo kita makan yang bener!!" suruh Ibu Sarah.Mereka pun menyantap dengan lahap setiap makanan yang tersaji di meja makan.Baru kali ini Andi d
"Mah gak usah bahas itu dulu lah!!!" pinta Pak Fero."Gak usah gimana sih Pah, ini tuhh penting!!" tekan Ibu Sarah."Memangnya kenapa Mah???" tanya Rara yang juga bingung."Kamu pasti tau kan sayang tentang berita Andi yang sedang tranding saat ini??" tanya balik Ibu Sarah.Rara pun mengangguk."Dan kamu tau wanita yang bersama Andi saat itu siapa kan???" cecar Ibu Sarah."Mah....." Andi yang merasa kasian pada Rara karena Ibu Sarah terlihat seperti menekannya."Wanita itu Dinda, kenapa sih kamu juga malah membiarkan Andi jalan terus dengan wanita seperti Dinda. Okeh Dinda di sini memang korban, tapi Mamah cuma mau kamu hanya sebatas membantunya saja. Mamah memang egois, tapi semua ini Mamah lakukan untuk kebaikan Andi," jelas Ibu Sarah yang tidak pernah setuju dengan hubungan Andi dan Dinda."Mah... Dinda dan Andi gak pacaran ko," ucap Rara tiba-tiba yang membuat Andi kaget."Gak pacaran??? Terus hubungan mereka apa??" tanya Ibu Sarah bingung."Yahh sama kaya aku dan Andi kita bertig
Mendengar hal itu membuat Andi kaget."Ra... gak usah kaya gitu lahh!!" larang Andi karena ia merasa tidak enak jika Rara melakukannya."Gak papa Ndi, dulu Ayah sama Ibu pernah pesan sama aku untuk membantu keluarga ini tanpa pamrih karena kalian sudah menyumbangkan banyak sekali materi untuk sekolah kami," ujar Rara yang merasa banyak berhutang budi pada keluarga Andi."Rara, semua yang Om lakukan itu ikhlas karena memang kita percaya dengan kemampuan almarhum orang tau kamu dalam mengelola pendidikan dan itu terbukti dengan kualitas para siswa lulusan Pelita Harapan." Pak Fero yang tidak ingin dianggap bantuannya sebagai hutang budi padanya."Gak papa Om, Rara juga ikhlas bantu keluarga ini!!" Rara yang merasa tidak terbebani dengan semua hal yang ia lakukan."Nahh kann..." Ibu Sarah yang bahagia mendengar hal itu."Lalu bagaimana dengan anak-anak di sekolah yang tau tentang hal ini Mah, mereka kan tau bukan Rara yang ada di foto tersebut," ujar Andi yang berharap Ibu Sarah mengurun
"Kenapa aku harus sakit hati??" ucap Dinda dalam hati.Ia merasa ada hal lain yang dirasakannya saat keluarga Andi melakukan preskon."Terserah Andi dan keluarganya kan, itu urusan mereka. Sadar Dinda ayo sadar!!!" Ia seperti sedang menyangkal perasaanya sendiri.Selama ini Dinda memang selalu mengabaikan Andi, ia tau sebenarnya Andi menyukainya, namun Dinda tidak pernah menganggap perasaannya dan bersikap cuek pada Andi. Hal itu karena Dinda merasa ia telah berhutang banyak pada Andi dan tidak pantas untuk menerima perasaan Andi yang begitu tulus.Ia menarik nafas panjang, "Wake up Dinda!!"Dinda pun merapikan barangnya dan bersiap untuk pergi ke sekolah."Kamu mau ke mana??" tanya Ibu Harti saat melihat Dinda keluar dari kamarnya."Ya mau ke sekolah dong Bu!!" jawab Dinda."Memangnya masih kerja gak libur??" tanya Ibu Harti."Libur apa sih Bu??' Dinda merasa bingung."Kan Rara nya juga lagi sibuk," jawab Ibu Harti."Yaa gak ada hubungannya dong Bu, aneh Ibu ah!!" ucap Dinda."Aku be