Rupanya tidak perlu waktu lama menunggu jawaban mengapa Hasna ada di tempat ini. Seorang pria gagah mengenakan kemeja batik lengan panjang. Senada dengan gaun yang dipakai Hasna menghampiri wanita itu. Dengan mesra Hasna menggandeng tangan sang suami. Pasangan yang ideal dan serasi.Zaki hanya melamun melihat itu. Membayangkan dulu bahkan sekalipun ia tidak pernah mengajak Hasna ke acara seperti ini. Dengan alasan malu. Hasna terlalu kucel. Tidak cantik dan lain sebagainya. Andai saja Zaki sadar bahwa Hasna pun mampu tampil berkelas. Tergantung siapa laki-laki yang mendampingi dia. Siapapun wanita. Dari kalangan manapun. Asal ada uang, mereka pun bisa tampil cantik.Wanita yang jatuh pada lelaki yan tepat, tentu ia akan menjadi ratu. Sebaliknya jika wanita jatuh pada lelaki yang salah, ia bisa menjadi babu. Seperti Hasna saat terikat pernikahan dengan Zaki dulu."Kamu mau jadi patung disini atau memilih masuk?"tanya Bu Ratih membuyarkan lamunan Zaki."Hasna, bu,"jawab lirih Zaki."Ya
Zaki menghampiri dengan geram pasangan suami istri yang tampak begitu bahagia itu."Hasna,"panggilnya dengan ketus dan dingin.Yang dipanggil menoleh sewajarnya. Namun ia pun juga merasa kaget bahwa yang memanggilnya adalah Zaki. Bukan karena ia merasa heran mengapa Zaki ada di acara ini. Namun ia lebih ingin menjaga perasaan suaminya. Karena menurut Hasna mempertemukan suami dan mantan suami dalam sebuah kesempatan itu kurang tepat. "M.. Mas..Zaki. Ada apa?"jawabnya sedikit gugup. Robert yang kebetulan mendengar kalimat dari istrinya juga sontak menoleh.Hasna semakin takut, jika justru memancing amarah Robert. Terlihat juga tatapan Robert kepada Zaki yang kurang bersahabat. Ah memang dari fisik saja, Zaki terlihat lemah. Dibandingkan Robert dengan tubuh tegap, gagah serta berisi serta bingkai wajahnya yang menyiratkan kewibawaan. "Perkenalkan ini Mas Zaki, mas,"lanjut Hasna sembari hatinya tidak berhenti berdo'a agar semua baik-baik saja.Sejenak Hasna pun memejamkan mata. Ber
Dan tanpa disangka, ia justru mendapat tepuk tangan dari semua yang hadir. Merasa didukung, seulas senyum juga tergambar dari bingkai wajah tampan seorang Robertio.Sementara Zaki dengan wajah merah padam menahan emosi serta geram yang sudah memuncak.Ia kalah. "Tih, anak membuat kekacauan dengan pemilik perusahaan besar itu. Jangan makan saja kerjaanmu. Datang kesini cuma gara-gara isi perut. Tidak peka dengan keadaan sekitar,"omel Tante Mela kepada Bu Ratih dengan tiba-tiba. Padahal baru satu suap saja masuk kedalam mulutnya. Bu Ratih mendesah pelan. Beginikah rasanya menjadi miskin. Tidak dibela walaupun kerabat sendiri. Sedikit panik ia mencari keberadaan Zaki. Menyeruak kerumunan orang-orang yang berkumpulDi depan sana tampak Zaki tengah berhadapan dengan seorang pria blasteran yang gagah, berwajah penuh wibawa dan tegas. Dan di samping sang pria telah berdiri seorang Hasna demgan mimik wajah resah yang tidak bisa disembunyikan. "Zaki, "seru Bu Ratih.Zaki hanya menole
Zaki celingukan saat kembali memasuki gedung tempat acara pesta pernikahan Sean dan Tari digelar. Sepertinya ia tengah mencaribsesuatu. Namun yang terlihat hanya wara-wiri petugas kebersihan. "Cari apa mas? "sapa seorang pria paruh baya dengan vacum cleaner di tanganya"Ehm. Saya cari pelayan bernama Fatihah. Dia tadi ada disini saat acara berlangsung,""Oh. Neng Fatihah? Dia sedang ganti pakaian mau pulang. Mungkin sebentar lagi juga keluar. Mas ini siapanya Neng Fatihah ya? Teman dekatnya kah?"Zaki enggeleng dengan cepat. "Oh bukan pak. Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada Fatihah yang sempat menolong sya, "Pria paruh baya itu mengangguk. "Tidak apa-apa atuh jadi teman dekatnya. Pantas. Memang lebih baik Neng Fatihah bersama pria yang lebih dewasa. Daripada pria muda yang ujung-ujungnya tidak bertanggung jawab, "Zaki membulatkan netra. Mengeryitkan dahi. Seolah sebagai isyarat ingin tau kiranya apa yang terjadi dengan masa lalu Fatihah."Jadi ceritanya Neng
Atau mungkin ia masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Hasna? Di atas montor milik Fatihah, Zaki ingin sekali menanyakan itu. Namun kekuatan ragu berkali-kali menepisnya.Untuk apa menanyakan hal yang tidak penting itu. Namun seandainya memang Hasna bersaudara dengan Fatihah. Justru ia akan merasa malu."Apa kamu kenal dengan istri Pak Robert, Fat? "tanya Zaki akhirnya. Di jok belakang Fatihah memicingkan mata, lalu tertawa kecil. "Bu Hasna?"tanyanya lagi memastikan.Zaki mengangguk kecil."Ya kali mas. Rakyat jelata seperti ku bersaudara dengan serang istri konglomerat,"Zaki merasakan apa yang mengganjal di hati dan fikiranya sedikit lega."Tapi wajah kamu.., ""Mirip dengan Bu Hasna? Mas Zaki bukan orang yang pertama kali mengatakan itu. Tetapi ya lebih bening Bu Hasna lah. Suaminya bermodal. Ya begitu kalau wanita di ratukan oleh sang suami. Aura kebahagiaanya terpancar. Menambah wajah cantiknya semakin berseri. Apa nasibku kelak bisa sama dengan Bu Hasna ya?"celetuk
Zaki terlonjak kaget bukan main. Ia turun dari montor dengan buru-buru. Bahkan ia lupa sekedar mengucapkan kalimat terimakasih untuk Fatihah.Fatihah yang melihatpun turut merasa iba. Ia memilih untuk menunggui. Ibunya terduduk lemas dengan pandangan kosong. Bahkan kehadiran Fatihah pun tak ia gubris. Biasanya ia akan cerewet dengan wanita pilihan Zaki."Ibu kenapa?"tanya Zaki dengan panik."Kita diusir dari kontrakan, Ki,"jawab Bu Ratih dengan lemas dan lirih."Memangnya salah kita apa bu? Kita bayar uang kontrakan tepat waktu."keluh Zaki. Bu Ratih justru menangis. Namun tangisanya tidak meronta. Sepertinya ia sudah lelah menangis. "Tadi ada tiga orang laki-laki berpenampilan seperti preman kesini. Dia mengusir ibu dengan paksa sembari mengeluarkan barang-barang kita di kontrakan dengan kasar juga. Semua dilempar keluar. Bahkan ibu tidak sempat menatanya dengan rapi. Ibu malu menjadi bahan tontonan Ki. Seperti kita ini buruan dept collector saja."Zaki merasa geram. Pasti saat i
"Semua beres bos. Sesuai perintah,"ujar salah seorang bodyguard yang ditugaskan mengusir Zaki dan ibunya dari kontrakanya. Lelaki sepuh dengan tongkat di tanganya itu tersenyum puas di tengah wajah keriputnya yang terlihat jelas. 'Kamu kira bisa menyakiti mereka sesuka hatimu begitu. Robert dan istrinya boleh masih berbesar hati. Tetapi tidak untuk ku. Tidak ada seorang pun yang dapat menyakiti keuargaku. Atau dia akan lenyap, 'gumam lelaki tersebut. Wajahnya boleh tua dan keriput. Tetapi sorot matanya tajam menghujam seperti mata elang. Alexander Sanjaya. Ayah kandung dari Robertio Hadi Sanjaya.Ia melakukan itu tanpa sepengetahuan sang anak. Baginya tidak sulit mengetahui bagaimana keadaan rumah tangga sang anak. Tinggal perintah semua akan berjalan dengan sendirinya. "Papa tidak perlu sampai seperti itu. Percayalah Robert pasti bisa menyelesaikan masalahnya sendiri,". Seorang wanita yang berkisar seumuran Pak Alex menghampirimya. Wajahnya masih terlihat cantik. Berkulit bersih
Zaki mengusap wajahnya dengan kasar. Mampukah ia mengemis pekerjaan kepada ayahnya Hasna kembali? Walau ia tau Pak Rohim adalah seorang yang lembut, baik lagi santun. Tetapi bagaimanapun beliau masih berhubungan dengan Hasna. Dimana keluarga anaknya yang mengusir Zaki dan ibunya secara tidak hormat dari kontrakan itu. Ah jika mengingatnya hati Zaki kembali perih. Ia menelan saliva kala mengingat dendamnya yang membara kepada Robertio. Mampukah ia menuntaskan rasa sakitnya itu? Harga dirinya serasa di injak-injak. Namun saat mengingat siapa Robertio, nyalinya ciut. Ia punya segalanya. Harta, jabatan dan kekuasaan. Saat Zaki masih kaya pun nyatanya kekayaanya tidak ada secuil dari materi yang dimiliki Robertio. Di zaman sekarang dengan uang, semua bisa dikendalikan.*"Tidak usah balas dendam secara berlebihan. Balas dendam terbaik adalah saat kamu berusaha lebih baik dari sebelumnya,"ucap Hasna sembari melipat pakaian yang kering. Sementara Zaki duduk di tepi ranjang dengan na