BAB KE : 67KEKHAWATIRAN DUDUN 16+Setelah meninggalkan ke dua orang tuanya, Dudun bergegas berjalan mengikuti petunjuk sang ayah. Hujan deras dia terobos dengan langkah cekatan ala anak desa. Sesekali langkahnya terhenti di saat guntur menggelegar dan cahaya kilat menyambar. Setiap ada guntur dia dengan cepat menunduk, berharap cahaya kilat tidak menyorot tubuhnya, agar dia tidak terlihat oleh siapapun, terutama oleh tamu yang datang ke rumahnya malam ini. Dada Dudun sedikit berdebar ketika langkah kakinya belum sampai memasuki area kebun. Baru agak tenang setelah dia berhasil melewati rimbunnya pohon bambu.Ada rasa takut di hati Dudun. Bukan takut karena hantu atau makhluk astral lainnya. Tapi ketakutan itu disebabkan oleh orang yang datang bertamu ke rumahnya. Dudun takut, kalau ada diantara mereka yang melihatnya. Sebenarnya Dudun juga belum pernah merasa takut terhadap manusia, tapi nasehat ayahnya yang membuat dia jadi was-was. Takut kalau dia terlihat oleh tamu yang tak
BAB KE : 68THORIQ BERNIAT KE RUMAH KEMAL 16+Ketika melewati kamar Faiz, Thoriq dan Tina bersirobok dengan anaknya itu. Ternyata Faiz juga baru keluar dari kamarnya. Dia juga berniat hendak membukakan pintu buat Dudun."Ada Dudun, Yah!" kata Faiz ketika melihat ayahnya."Iya ... kamu belum tidur?" tanya Thoriq sambil menghentikan langkah sesaat, ketika dia telah berada di samping Faiz. Tangan Thoriq bergerak mengusap kepala bocah tersebut. "Kebangun oleh suara Dudun," jawab Faiz dengan suara serak, mungkin karena baru bangun dan rasa kantuk masih dia rasakan. Mata bocah seumur Dudun itu terlihat merah. "Sebentar, Dun!" teriak Tina dengan suara yang cukup keras, menanggapi suara panggilan dan ketukan Dudun dari luar yang semakin keras, bahkan mirip gedoran. Suara ketukan dan panggilan Dudun pun terhenti. Mungkin karena mendengar teriakan Tina tadi. Bertiga beranak mereka berjalan ke arah pintu. Thoriq berjalan paling depan, diikuti Faiz dan Tina. Mereka berjalan dengan bergega
BAB KE : 69 PESAN THORIQ16+"Biarkan aku ikut bersamamu, Mas!"Tina tidak beranjak dari hadapan Thoriq dengan menatap wajah suaminya itu., penuh harap. Kakinya sengaja dia geser selangkah seolah ingin menghalangi jalan Thoriq. Sehingga posisi mereka kembali berhadapan. "Tidak ... jangan ikut! Kamu di sini saja, Tina. Menjaga Faiz dan Dudun," tolak Thoriq lembut, telapak tangannya mengusap ke dua pundak Tina. "Tapi aku khawatir, Mas!" ucap Tina mengungkapkan rasa cemasannya."Tenanglah! Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Apapun yang terjadi di muka bumi ini, semuanya atas ijin Allah.""Tapi, di rumah Mas Kemal itu ... mereka adalah orang yang ingin membeli tanah kita. Mereka orang jahat! Sudah berapa warga sini yang mereka aniaya. Aku takut terjadi sesuatu padamu," Tina memegang lengan tangan suaminya."Tidak perlu menakutkan sesuatu yang akan terjadi! Apapun yang terjadi semuanya atas ijin Allah. Seandainya terjadi musibah terhadap kita dalam menegakkan kebenaran, itu lebih baik!
BAB KE : 70 PERLAWANAN THORIQ 16+Di kampung ini, rumah Thoriq-lah yang pertama dari pertigaan gang, sehingga gapura yang berdiri kokoh di pintu gerbang terlihat jelas dari rumahnya. Setelah rumah Thoriq baru rumah Kemal, jaraknya sekitar tiga ratus meter. Jarak satu rumah dengan rumah lainnya memang cukup jauh di kampung ini. Hal ini disebabkan karena area rumah mereka juga berfungsi sebagai lahan perkebunan. Hampir di setiap rumah terdapat pohon singkong, pisang dan tanaman muda lainnya.Ketika melewati rumah Kemal, Thoriq melihat lampu di ruang depan menyala. Pertanda Kemal belum tidur, mungkin tamu itu masih berada di sana, pikir Thoriq. Pintu rumah Kemal juga terbuka sedikit.Akhirnya Thoriq mengurungkan niat untuk ke rumah Pak RT, dia malah memilih memasuki pekarangan rumah Kemal.Kewaspadaan membuat Thoriq berjalan seperti mengendap-endap. Setelah mendekati pintu, Thoriq mencoba mengintip ke dalam. Karena jaraknya masih lumayan jauh, dan pintu itu hanya tersingkap sedikit
BAB KE : 71KEADILAN HANYA RETORIKA BAGI RAKYAT JELATA 16+Kemal tidak merenspon panggilan Thoriq terhadap dirinya, walau tubuhnya masih terasa hangat. Thoriq terus menggoyang tubuh Kemal dengan mulut tidak henti-hentinya memanggil nama sahabatnya itu."Pe-pergilah da-dari sini!"Meskipun sudah tidak mampu menggerakan kepalanya, tapi Kemal masih sempat memperingatkan Thoriq."Mas Kemallll!" teriak Thoriq dengan mendekatkan wajahnya ke arah Kemal. Lalu Thoriq meraih kepala Kemal, membawa ke dalam pelukannya."Allahu..." ucapan pelan keluar dari mulut Kemal ketika wajahnya baru menempel di dada Thoriq.Ucapan terakhir dengan sentakan halus sekaligus menghentikan denyut jantung Kemal. Sang pencipta telah menjemputnya dalam pelukkan Thoriq, sahabatnya dari kecil.Merasa tidak ada tarikan napas lagi dari mulut Kemal, Thoriq menatap wajah Kemal yang berada dalam pelukkanya."Mas Kemallll!" teriak Thoriq melengking ketika menyadari sahabatnya itu telah tiada. Teriakan itu berbarengan den
BAB KE : 72TINA MENYUSUL THORIQ Kemerdekaan tidak akan pernah dirasakan oleh suatu penduduk negeri, bila oknum penguasa dan pengusaha serakah masih berkabolarisasi untuk memenuhi shawat duniawi.Keadilan?Hanya basa-basi ... selagi penguasa zholim masih diberi hak berpoligami mengangkangi hasil bumi! Apabila pengusaha memiliki jabatan di pundaknya, maka akan membuat mereka bertindak semena-mena.Sementara itu di rumahnya Tina semakin gelisah. Berulang kali dia menatap jam yang seolah-olah jarumnya begitu lambat berputar. Sudah lebih lima belas menit sejak Thoriq pergi. Kegundahan di hati Tina semakin menjadi.Kegundahan itu pun dirasakan Faiz dan Dudun. Walau telah di suruh tidur, namun mata mereka tidak kunjung terpejam. Tepukan lembut Tina di tubuh mereka seolah percuma. Karena sampai saat ini mata mereka masih terjaga."Ayo tidur! Ini kan sudah larut malam." Kembali Tina memperingatkan kedua bocah itu."Aku tidak bisa tidur," jawab Faiz."Aku juga!" timpal Dudun.Kedua anak itu
BAB KE : 73FAIZ DAN DUDUN MENYUSUL TINA 16+"Kita susul mereka, yuk?" ajak Faiz setelah mereka diam beberapa saat. "Ayok!" Dudun menyetujui.Kedua bocah itu turun dari ranjang dan bergegas keluar kamar."Hujannya deras!" seru Faiz ketika dia membuka pintu depan. Kembali pintu itu ditutupnya dengan keras. Suara dentuman pintu berbaur dengan gemuruh guntur."Lalu bagaimana?" tanya Dudun."Kita pakai jas hujan," jawab Faiz sambil meraih tangan Dudun lalu menariknya. Dudun mengikuti langkah Faiz dan berusaha mengimbangi langkah sahabatnya itu. Mereka berjalan menuju dapur. Faiz berjalan di depan sambil menarik tangan Dudun. Setelah sampai di dapur, Faiz mengambil jas hujan yang masih tersisa di sana.Dudun terpaksa memakai jas hujan yang masih basah bekasnya tadi, karena yang seukuran mereka hanya ada satu, milik Faiz. Setelah keduanya memakai jas hujan dan dilengkapi topi, mereka bergegas meninggalkan dapur. Menuju pintu depan.Tanpa kenal takut, kedua bocah itu, menembus pekatnya
BAB KE : 74PESAN TERAKHIR THORIQ 16+Tina sedikit lega, ketika melihat wajah orang-orang yang telah kaku itu. Mereka bukan Thoriq, Kemal atau Hamilah. Namun, Tina tetap cemas dan khawatir tentang nasib suaminya dan kedua orang tua Dudun.Apa yang terjadi dengan mereka bertiga? Kenapa mereka tidak kelihatan? Sementara ada orang yang keluar dari rumah mereka. Apakah telah terjadi perkelahian yang membuat jatuh korban?Tina paham sifat Kemal, dia sangat keras. Begitu pula dengan Thoriq, suaminya. Sikap dari kedua orang yang bersahabat itu hampir sebelas dua belas. Mengingat tubuh yang di panggul tadi, Tina hampir bisa memastikan bahwa memang telah terjadi perkelahian. Lalu, bagaimana dengan nasib suaminya dan kedua orang tua Dudun? Kenapa mereka tidak keluar juga? Apakah telah terjadi sesuatu yang buruk pada mereka?Memikirkan hal itu, rasa cemas kembali bergelayut di hati Tina. Dia jadi bimbang, apakah akan masuk dulu ke rumah Kemal untuk melihat keadaan, atau langsung menyerang