BAB KE : 156KEBAIKAN KELOMPOK SANG PENGADIL16+Dengan menghadapkan kepala mobil ke arah Timur, tentu orang akan mengira si penculik kabur membawa korban ke daerah kabupaten bagian Timur dari Ibu Kota. Mereka akan mencari ke arah Timur. Padahal kelompok Sang Pengadil berputar arah membawa korbannya ke sebuah kabupaten di sebelah Barat Ibu Kota.Cara seperti ini telah sering dipraktekan Faiz dan selalu berhasil mengecoh tim penyelidik. Cara seperti ini adalah salah satu yang membuat kelompok Sang Pengadil terkenal dengan kelicinan mereka. Licin melebihi belut ....Di sebelah Barat Ibu Kota, ada sebuah kabupaten yang wilayahnya berada di lereng bukit. Pemandangan di tempat itu tidak begitu indah. Sehingga tidak diminati oleh orang-orang yang ingin berwisata. Tapi di daerah itu ada berapa bangunan vila, tidak banyak, bisa dihitung dengan jari saja. Wilayah tersebut tergolong sangat sepi. Di wilayah itulah kelompok Sang Pengadil menyewa sebuah vila. Vila tempat mereka merencanakan
BAB KE : 157JANJI PRESIDEN UNTUK DUDUN SUPARMAN 16+"Apa yang saya kuatirkan menjadi kenyataan! Sekarang anak Saya yang diculik oleh mereka!? Ini pukulan keras bagi negara kita. Wibawa kita jatuh di mata internasional. Anak presiden bisa diculik oleh segelintir orang yang tidak jelas. Ini bukti otentik bahwa pertahanan negara kita sangat lemah! Paham?! ... sangat lemah!?"Wajah presiden mengelam di belakang meja ruang kususnya yang masih dalam lingkungan istana. Terlihat dia begitu murka, berdiri dengan kedua tangan bertelekan pada meja yang terbuat dari kayu jati berukir. Panjangnya sekitar tiga meter. Tubuh presiden agak membukuk dan condong ke depan, yang membuat sorot matanya terlihat semakin tajam. Suara keras dan menggelegar dengan mata nan tajam menyorot silih berganti tiga orang yang ada di depannya. Mereka yang disorot hanya menunduk, diam mendengar kemarahan Sang Presiden.Di bagian sebelah kanan terlihat Dudun Suparman dan Carut Kaesar Paniti duduk bersebelahan di a
BAB KE : 158DILEMA FAIZ 16+Setelah Presiden mengucapkan janjinya, pembicaraan antara mereka berempat pun selesai. Itulah keputusan yang diambil oleh sang presiden. Setelah pertemuan mereka berakhir, Carut, Henkono dan Dudun meninggalkan istana.Mereka bertiga membawa harapan dengan janji presiden tentang masa depan mereka kelak, jabatan yang selama ini memang mereka inginkan.****Sebelum dipanggil Presiden, Dudun telah datang ke tempat kejadian perkara penculikan. Kemudian melakukan penyelidikan. Kali ini cukup banyak bukti yang didapatkan Dudun, walau hanya berupa jarum, tanpa ada keterangan tentang ciri-ciri pelaku, tapi itu sudah cukup bila digabungkan dengan bukti-bukti kejahatan Kelompok Sang Pengadil sebelumnya. Meskipun semua korban tidak sadarkan diri sebelum pelaku muncul. Sementara orang yang berada di dalam cafe tidak mengetahui kejadian tersebut. Namun, dari tiga mobil sedan yang ditinggalkan penculik, Dudun telah dapat mengambil sebuah kesimpulan yang sangat b
BAB KE : 159LANGKAH DUDUN SEMAKIN TERARAH 16+"Sudah berapa tahun kamu tidak pulang kampung, Faiz?" tanya Naufal ketika mereka bertiga sudah duduk di ruang tengah. Karena sebelumnya mereka berbincang di ruang tamu. "Sejak merantau ke sini, saya belum pernah pulang, Mas.""Kalau begitu ikut dengan Dudun, rencananya dua hari lagi dia akan pulang kampung," usul Naufal. "Betul itu, Dun?" Faiz bertanya ke Dudun. Bukan meragukan apa yang disampaikan Naufal barusan, tapi pertanyaan itu hanya sekedar penegasan belaka. "Iya, dia akan menyelidiki kasus ke kampung kita," Naufal lagi yang menjawab, membuat Dudun mengernyitkan dahi. Bagi Dudun, tidak masalah Faiz ikut bersamanya. Toh dalam penyelidikan nanti dia akan melakukannya sendiri. Tapi seharusnya Naufal tidak perlu memberi tahu apa tujuannya pulang. Sementara menurut Naufal, apa yang dia katakan tersebut bukanlah kesalahan. Karena Dudun juga pernah mengajak dia untuk ikut pulang kampung. Waktu itu Dudun pulang juga dalam rangka peny
BAB KE : 160NIAT DUDUN UNTUK MENANGKAP KELOMPOK SANG PENGADIL SEMAKIN MANTAP 16+Tidak berapa hari setelah pertemuan mereka, Dudun kembali ke kampung halamannya untuk melakukan penyelidikan. Dia pergi sendiri tanpa Faiz, karena dengan berbagai alasan Faiz menolak untuk mendampingi Dudun pulang kampung. Sekembali dari kampung halaman, Dudun mengajak Naufal berbicara. Ada sesuatu yang ingin dia sampaikan pada Naufal.Setelah menyelidiki dan mempelajari sepak terjang Kelompok Sang Pengadil. Ada berapa hal yang mengganjal di hati Dudun. Akhirnya dia mengajak Naufal berdiskusi tentang kelompok Sang Pengadil. Semua yang pernah dirampok, diculik dan diperas oleh kelompok Sang Pengadil, adalah mereka dari kalangan pejabat dan pengusaha yang terindikasi pernah diduga atau tertuduh melakukan tindakan korupsi dan merugikan keuangan negara. Kemudian Dudun juga menyelidiki berapa wilayah yang pernah disebut-sebut mendapat bantuan modal usaha dari kelompok Sang Pengadil. Hal ini terjadi di
BAB KE : 161KECURIGAAN DUDUN TERHADAP FAIZ 16+Ketika pulang kampung untuk kedua kalinya, Dudun tidak hanya sekedar memeriksa arsip atas kematian Zulfa Adiatma dan Hendro Parangsing. Tapi dia mendalami peristiwa sebelum terjadinya pembunuhan terhadap kedua orang tersebut. Dari hasil penyelidikan itulah Dudun mengambil kesimpulan. Zulfa Adiatma dan Hendro Parangsing tewas sekitar tiga bulan setelah aksi masa menuntut pembebasan Faiz. Faiz ditahan atas tuduhan melakukan pembunuhan terhadap tiga orang yang tewas di rumahnya. Walau bersamaan dengan itu, ibu Faiz juga ikut tewas. Saat aksi masa, kantor police didatangi oleh Zulfa Adiatma yang waktu itu menjabat sebagai bupati. Sementara Hendro Parangsing adalah kepala satuan kriminal. Zulfa Adiatma yang meminta Hendro Parangsing untuk membebaskan Faiz. Tapi sebenarnya pengaruh Buya Heru dan masa-lah yang membuat Faiz dibebaskan. Dudun menemui Buya Heru dan ada beberapa keterangan yang dia dapat dari guru Faiz tersebut. Faiz bebas
BAB KE : 162FAIZ SIAP MENGHADAPI PASUKAN DUDUN 16+Karena lokasi markas Kelompok Sang Pengadil telah dipetakan, maka Dudun tinggal menyusun strategi untuk membebaskan anak presiden. Namun, sebelumnya, ada sesuatu yang harus dilakukan Dudun, yaitu menemui Faiz. Setelah keluar dari istana, Dudun menelepon Naufal, menanyakan apakah Faiz punya rencana untuk mengunjungi Naufal. Setelah mendapat jawaban bahwa Faiz belum ada menelepon, tanpa membuang masa lagi, Dudun segera menuju rumah Faiz. ****"Rencananya besok saya mau ke rumah Mas Naufal. Kapan kembali dari kampung, Dun?" kata Faiz yang diiringi sebuah pertanyaan ketika mereka telah duduk bersila di ruang tamu rumah Faiz. Kebetulan Faiz sedang ada di rumah. Rencananya besok dia memang mau berkunjung ke rumah Naufal. "Sudah tiga hari saya di sini, cuma belum sempat istirahat. Kemana Bu Tardiah?" jawab Dudun sekaligus bertanya, setelah meneguk teh yang terhidang. "Di ajak Mbak Siti ke rumahnya. Bagaimana? Dapat informasi yang
BAB KE : 163KELOMPOK SANG PENGADIL RAPAT MENDADAK 16+Setelah memeriksa pistol dengan teliti dan memastikan berfungsi dengan baik, Faiz meletakan benda tersebut di atas ranjangnya. Pistol itu tergeletak begitu saja. Selanjutnya Faiz membuka tas koper yang ada di bagian paling bawah lemari tersebut. Sesaat Faiz menatap tumpukan uang yang berada di dalam tas, kemudian menutupnya, lalu kembali merapatkan pintu lemari pakaian. "Bu, saya mau pergi ke tempat kerjaan dulu, mungkin agak lama pulangnya," pamit Faiz pada Bu Tardiah setelah mereka selesai melaksanakan salat Isya. "Katanya Nak Faiz akan ke rumah Naufal? Kok sekarang malah mau ke tempat kerja?" tanya Bu Tardiah dengan lembut, tapi ada keheranan dalam nadannya. Biasanya Faiz tidak pernah bersikap seperti ini. Apa yang dia rencanakan memang itu yang dia lakukan, tapi kali ini kok berbeda. Inilah yang membuat Bu Tardiah heran. "Iya, Bu. Ada sesuatu yang harus saya urus dengan segera," jawab Faiz, kemudian Faiz mengeluarkan
BAB KE : 19716+Setelah pertemuan itu, hubungan mereka pun semakin membaik, malah Dudun dan Faiz hampir tiap minggu bertandang ke rumah Sisilia. Setiap hari libur, mereka berkumpul di rumah Sisilia, ada-ada saja yang mereka lakukan untuk menuai kebahagiaan. Tidak hanya Dudun dan Faiz. Naufal dan istrinya juga suka ikut berkumpul bersama mereka. Satu hal yang paling membuat Sisilia terharu. Perhatian Naufal, Dudun dan Faiz sangat luar biasa kepada papanya. Padahal Sisilia telah mengetahui bahwa orang tua Naufal dan Dudun juga termasuk korban kejahatan papanya di masa lalu, walau hal ini masih mereka rahasiakan pada Karta Setiawan. Anak-anak dari korban pembunuhan Karta Setiawan itu malah paling senang mendorong kursi roda Karta Setiawan, bahkan mereka tidak pernah bosan melatih Karta Setiawan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kesehatan papa Sisilia tersebut. Pertemuan demi pertemuan, telah membuat cinta mereka semakin mekar, bahkan Faiz tidak sungkan lagi menyusul S
BAB KE : 19616+Faiz merasa heran dengan perubahan sikap Dudun dan Naufal itu, padahal jelas sekali betapa besar keinginan Dudun untuk balas dendam beberapa hari yang lalu. "Kita tidak perlu lagi menuntutnya, karena Tuhan telah memberi teguran pada beliau, dan beliau telah menyesali perbuatannya," jawab Naufal. "Lalu, bagaimana dengan kamu, Dun?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada Dudun yang sedang mengemudi. "Sebelum ke sini, kami telah membicarakan tindakan apa yang akan kami lakukan, dan inilah yang terjadi. Kalau mau detilnya, tanya saja pada Mas Naufal, apa yang dilakukan Mas Naufal tadi adalah keputusan Mas Naufal sendiri. Tapi saya mendukung, karena memang itu yang terbaik," jawab Dudun sambil melirik kaca spion dalam. Dia menatap wajah Faiz sekilas dari sana. Saat ini Faiz dan Naufal duduk berdua di bangku tengah, sedangkan Dudun sendirian di depan memegang kemudi. Rupanya sebelum menemui Sisilia, Naufal dan Dudun sempat berdiskusi. Naufal meminta Dudun untuk menjaga per
BAB KE : 195 16+Seketika dada Faiz bergemuruh, gemuruh itu bertalu dengan rasa cemas yang kembali hadir. Faiz dapat menebak apa maksud ucapan Dudun itu. Naufal pun tertegun ketika mendengar apa yang disampaikan Dudun, dia menatap Dudun sesaat, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Oh, iya. Hampir lupa," jawab Naufal kemudian, lalu ujung matanya melirik pada Faiz.Naufal tercenung dengan raut serius, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, kemudian dia bangkit, membuat semua yang ada di ruangan itu mengarahkan mata pada Naufal. "Kamu berdiri, Dun!" perintah Naufal pada Dudun. Dudun pun mengikuti titah kakaknya. "Dorang kursimu ke belakang!" Naufal kembali memerintah yang segera dilaksanakan Dudun. Hati Faiz semakin cemas melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. Raut heran juga tergambar di wajah Vira, Sisilia dan Karta Setiawan. Naufal berjalan di antara celah meja dan kursi yang didorong Dudun tadi.Setelah posisinya berada antara Faiz dan adiknya, Naufal mendorong meja
BAB KE : 19416+Kemudian kalimat itu juga dapat dijadikan bamper oleh Faiz. Seandainya Naufal mengatakan akan menuntut Karta Setiawan, atas apa yang telah dia lakukan pada orang tua mereka. Faiz punya kesempatan untuk membela Karta Setiawan, tentu perasaan Sisilia akan terobati dengan pembelaan Faiz nantinya, karena Sisilia telah mengetahui isi hati Faiz berdasarkan ucapan Naufal tadi."Berarti mereka memang sehati. Sisilia juga seperti itu, dia tidak akan menikah kalau tidak dengan Faiz." Tawa Vira kembali meledak di ujung kalimatnya. "Saya tidak ada berkata seperti itu!" Cubitan Sisilia langsung mendarat di lengan Vira, yang membuat Vira meringis.Ruangan itu kembali penuh oleh suara tawa Naufal, Dudun dan Vira. Karta Setiawan juga ikut tertawa walau tawanya belum begitu jelas."Yang sehati, sebenarnya saya dengan kamu! Saya tidak nikah-nikah, kamu juga ikutan menjomblo sampai sekarang," balas Sisilia dengan mulut geregetan. Tangan Sisilia kembali bergerak untuk mencubit Vira,
BAB KE : 19316+Karta Setiawan duduk berhadapan dengan Dudun. Mereka juga dipisahkan oleh meja yang sama, dari ujung ke ujung, mungkin jaraknya sekitar satu meter.Setelah beberapa saat, Naufal mulai berbicara untuk menyampaikan apa sebenarnya tujuan dan maksud mereka datang. "Nama saya Naufal dan ini adik saya Dudun Suparman. Kami adalah keluarga Faiz." Naufal mengawali dengan memperkenalkan diri pada Sisilia dan Karta Setiawan, setelah melirik ke arah Faiz, dan memastikan bahwa Faiz telah siap mendengar apa yang akan dia sampaikan. Perkenalan Naufal hanya dijawab dengan anggukan oleh Sisilia dan Karta Setiawan. "Sebenarnya tujuan kami ke sini, memang membawa maksud tertentu yang ingin kami sampaikan, tapi ijinkan kami terlebih dulu mengucapkan terima kasih pada Sisilia yang telah bersedia merawat Faiz, walaupun pada saat itu keadaan rumah sakit sangat sibuk, tapi Sisilia bersedia menangani Faiz dengan cepat."Naufal menatap Sisilia sesaat, lalu beralih pada Vira yang ada di s
BAB KE : 19216+Meskipun Dudun seorang police yang bermental baja, tapi rasa haru juga menyeruak ke dalam hatinya menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya. Begitu pula dengan Naufal.Bola mata kakak-beradik itu memerah dengan kilauan seperti kaca. Mereka berusaha keras agar air yang ada di bola mata mereka tidak merembes keluar. Begitu pula dengan perawat Karta Setiawan, walau tidak mengetahui peristiwa apa sebenarnya yang terjadi, tapi melihat adegan tersebut, dia pun tidak mampu menahan tangis.Faiz masih terpaku di samping Sisilia, dia hanya menunduk tanpa berani menatap siapa pun. Sementara air matanya ikut berlinang di pipi. Entah sudah berapa kali Faiz mengusap wajah, demi mengapus air yang ada di sana. "Su-su-ruh-lah me-me-reka ma-masuk!" ucapan Karta Setiawan menyadarkan mereka semua, sehingga apa yang sedang menumpuk di pikiran mereka langsung buyar. "Eh, iya! Ayo masuk, Mas!" Vira menghadap Naufal dan Dudun. Terdengar suara Vira agak serak dalam isak, mungkin
BAB KE : 19116+Sebelumnya, jangankan untuk mengangkat tangan, untuk menggerakannya saja Karta Setiawan sudah kesulitan. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Faiz, juga telah membuat Karta Setiawan mampu berbicara, walaupun dengan susah payah dan terbata-bata, serta perlu waktu yang cukup lama untuk menyampaikan sepotong kalimat, tapi apa yang disampaikannya dapat dimengerti. Wajar, jika hal itu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan bagi Vira, bahkan dia menganggap kejadian ini adalah sebuah keajaiban. "Papa ...! Heiiiyyy, apa yang kalian lakukan pada papa saya?!"Sebuah bentakan mengejutkan mereka yang ada di halaman. Perawat, Vira, Dudun dan Naufal serentak menoleh ke sumber suara tersebut. Faiz melepaskan pelukannya dari Karta Setiawan, kemudian ikut menoleh ke arah Sisilia yang telah berada di depan pintu. Dengan susah payah Karta Setiawan juga memalingkan mukanya ke arah Sisilia. "Naak-nak!" cukup keras suara yang keluar dari mulut Karta Setiawan memanggil anaknya
BAB KE : 19016+"Saya baik-baik aja Faiz .... " Vira menjawab pertanyaan Faiz setelah mereka berhadapan. "Eh, ya. Sampai lupa! Ayo masuk!" lanjut Vira ketika matanya menoleh pada Naufal dan Dudun. Vira sedikit kikuk menatap ke dua lelaki yang ada di depannya. Dia merasa malu karena belum sempat menyapa atau sekedar mengangguk pada dua lelaki yang posisinya jauh lebih dekat dengannya.Karena keterkejutannya ketika melihat Faiz, membuat Vira mengabaikan kedua lelaki tersebut. "Kenalkan. Saya Naufal dan ini Dudun, adik saya. Kami masih saudaranya Faiz." Sebelum melangkahkan kaki, Naufal memperkenalkan dirinya dan Dudun. "Saya Vira," jawab Vira sambil merangkapkan kedua tangan di depan dada dengan sedikit menundukan kepala tanda hormat, kemudian matanya kembali melirik pada Faiz. "Kalau Faiz, tidak perlu saya perkenalkan lagi, kan?" Senyum lepas dari bibir Naufal sambil ikut melirik ke arah Faiz. Dudun juga ikut tersenyum, hanya wajah Faiz saja yang masih terlihat agak tegang, b
BAB KE : 18916+Sejak kedatangan Vira, hampir setiap hari terdengar gelak tawa dari dalam rumah tersebut. Bahkan hampir saban hari mereka pergi jalan-jalan untuk menikmati indahnya Ibu Kota. Setiap pergi jalan-jalan, Sisilia selalu membawa semua orang yang bekerja di rumahnya, Disamping untuk berbagi kebahagiaan, tenaga mereka juga bermanfaat untuk memindahkan Karta Setiawan dari kursi roda ke dalam mobil, begitu pula sebaliknya. Ketika Sisilia menceritakan pertemuannya dengan Faiz pada Vira, tentu saja hal tersebut membuat Vira sangat terkejut, yang bahkan membuat dia sulit mempercayainya. Vira tidak pernah menyangka, Sisilia akan bertemu lagi dengan Faiz yang telah sekian lama menghilang, tapi itulah kekuasaan Tuhan, apa-apa yang tidak kita sangka, bisa saja menjadi kenyataan. Akhirnya Sisilia berkonsultasi dengan Vira tentang banyak hal, terutama tentang Faiz dan rasa yang ada di hatinya. Sisilia dan Vira adalah dua orang sahabat yang sama-sama berhasil menggapai impianny