BAB KE : 151DUDUN MENCARI FAIZ 16+Dudun berangkat ke kampung halamannya untuk menyelidiki kasus yang dia tangani. Dimulai dari mencari informasi tentang peristiwa tewasnya Hendro Parangsing dan Zulfa Adiatma. Serta mencari tahu mengenai senjata jarum beracun. Setelah mendapat keterangan yang dianggap cukup, barulah Dudun pergi ke Kampung Galuh. Kampung di mana Dudun dilahirkan. Luka di hati Dudun kembali terasa perih, ketika melihat rumah yang sekian lama dia tinggalkan. Kejadian masa kecil teringat kembali. Tidak kuat rasanya Dudun mengulang peristiwa tersebut walau hanya dalam kenangan. Kesedihan Dudun semakin sempurna ketika mengetahui apa yang menimpa keluarga Faiz. Sahabat kecilnya. Tak disangka kehidupan mereka menjadi sama, sama-sama yatim piatu oleh sebab yang sama. Disebabkan oleh hal yang serupa, kedua orang tua mereka meninggal karena dibunuh.Dudun dan Naufal mengalami peristiwa itu sekali, kedua orang tuanya pergi secara bersamaan dalam waktu dan dalam peristi
BAB KE : 152PERTEMUAN YANG MEMBAHAGIAKAN 16+Dudun menceritakan sedikit kisah masa kecil mereka kepada wanita tua yang ada di depannya. Ternyata ibu yang bernama Tardiah itu sudah mengetahui semua yang diceritakan Dudun. Dia mengetahuinya lewat cerita Faiz. Dia telah menganggap Faiz sebagai anak sendiri. Kebetulan Bu Tardiah tidak punya anak, sementara Faiz hidup sebatang kara. Bu Tardiah sangat bersyukur pada Tuhan, karena telah dipertemukan dengan Faiz. Sejak bersama Faiz, dia tidak pernah memikirkan ekonomi lagi, semua kebutuhan hidup ditanggung oleh Faiz. Akhirnya mereka larut dalam obrolan. Ibu tersebut juga berkisah tentang hidupnya. Bagaimana dia sampai berada di sini bersama Faiz. Tardiah dulu adalah seorang pemulung yang hidup sebatang kara. Dia tinggal di kolong sebuah jembatan tol, bersama dengan beberapa warga lainnya. Suatu ketika, Bu Tardiah sakit, dia tidak memiliki biaya untuk berobat. Terpaksa Bu Tardiah yang waktu itu berumur sudah lebih dari lima puluh tah
BAB KE : 153ANAK PRESIDEN16+Ada degup yang tak biasa di jantung Faiz mendengar pertanyaan Naufal. Pertanyaan yang sulit untuk dia jawab. Jawaban apa yang harus dia berikan? Tak mungkin dia berkata jujur dan berat pula rasanya untuk berbohong. Selama ini Faiz tidak pernah berbohong terhadap Naufal dan Dudun serta keluarganya. "Saya tidak memiliki pekerjaan tetap, Mas. Tapi tenaga saya terpakai untuk pekerjaan tertentu. Di sanalah nantinya saya dapat uang, cuma terkadang pekerjaan yang saya lakukan memakan waktu yang cukup lama, sehingga sampai dua bahkan tiga bulan saya tidak pulang," jawab Faiz tanpa menyebutkan jenis pekerjaannya. Terlihat dia begitu hati-hati dalam merangkai kalimat. Dia tidak ingin malam ini ada pembicaraan yang membahas tentang pekerjaannya. Kalau ada kesempatan, Faiz akan berusaha mengalihkan topik pembicaraan. "Pekerjaan seperti apa itu?" tanya Dudun. Naluri intelijennya seperti terpancing. Tentu pertanyaan seperti ini akan menghambat niat Faiz untuk m
BAB KE : 154PENCULIKAN ANAK PRESIDEN 16+Pangep Kalid Bursang ....Dia adalah putra bungsu dari presiden yang berkuasa, yang saat ini sedang disorot masyarakat atas tindakan korupsi dan pencucian uang.Ini adalah cafe elit milik seorang pengusaha, di cafe inilah anak bungsu presiden menghabiskan malam di kala dia butuh hiburan. Tentu saja gratis!Saat ini putra presiden memang sedang tertimpa masalah. Cacian dan hujatan dari masyarakat atas sesuatu yang dituduhkan padanya sangat menguras emosi anak muda itu. Si bungsu terindikasi melakukan korupsi dan pencucian uang. Dia masih kuliah di sebuah universitas, tapi telah memiliki harta kekayaan yang luar biasa. Tidak hanya kekayaan berupa uang dan kendaraan, tapi si bungsu juga memiliki saham di beberapa perusahaan besar, terutama di perusahaan batu bara. Entah bagaimana cara dia mendapatkan saham-saham tersebut, padahal dia masih seorang mahasiswa. Dari hasil investigasi dari beberapa wartawan, harta yang dimiliki Pangep Kalid B
BAB KE : 155SEPAK TERAJANG FAIZ 16+Dengan kecepatan tinggi ketiga mobil itu menuju Timur. Sekitar sepuluh menit perjalanan, mereka melewati sebuah warung nasi yang ada di perbatasan Ibu Kota dengan sebuah kabupaten.Persis di depan warung nasi, ketiga mobil sedan tersebut tiba-tiba dengan serentak membunyikan klason. Sangat berisik. "Sialan! Pagi buta mencet klason seperti kesambet setan! Dasar songgong, lu!?" maki penjaga warung. Wajar saja dia marah, suara klason itu membuat dia tersentak dari kantuknya. Padahal tadi kantuk sudah hampir membawanya ke alam bawah sadar. Saking kagetnya, bapak pemilik rambut yang telah memutih semua itu, sampai terlompat dari duduknya, dan apes, kepalanya membentur tiang yang berada persis di belakangnya. Hal inilah yang membuat bapak penjaga warung mengeluarkan makian. Kepalanya terasa nyeri dan seperti ada yang menonjol di tempat yang kejedut tadi. Rupanya kepala bapak itu benjut!Dua pelanggan yang ada di sana tersenyum melihat ulah si bap
BAB KE : 156KEBAIKAN KELOMPOK SANG PENGADIL16+Dengan menghadapkan kepala mobil ke arah Timur, tentu orang akan mengira si penculik kabur membawa korban ke daerah kabupaten bagian Timur dari Ibu Kota. Mereka akan mencari ke arah Timur. Padahal kelompok Sang Pengadil berputar arah membawa korbannya ke sebuah kabupaten di sebelah Barat Ibu Kota.Cara seperti ini telah sering dipraktekan Faiz dan selalu berhasil mengecoh tim penyelidik. Cara seperti ini adalah salah satu yang membuat kelompok Sang Pengadil terkenal dengan kelicinan mereka. Licin melebihi belut ....Di sebelah Barat Ibu Kota, ada sebuah kabupaten yang wilayahnya berada di lereng bukit. Pemandangan di tempat itu tidak begitu indah. Sehingga tidak diminati oleh orang-orang yang ingin berwisata. Tapi di daerah itu ada berapa bangunan vila, tidak banyak, bisa dihitung dengan jari saja. Wilayah tersebut tergolong sangat sepi. Di wilayah itulah kelompok Sang Pengadil menyewa sebuah vila. Vila tempat mereka merencanakan
BAB KE : 157JANJI PRESIDEN UNTUK DUDUN SUPARMAN 16+"Apa yang saya kuatirkan menjadi kenyataan! Sekarang anak Saya yang diculik oleh mereka!? Ini pukulan keras bagi negara kita. Wibawa kita jatuh di mata internasional. Anak presiden bisa diculik oleh segelintir orang yang tidak jelas. Ini bukti otentik bahwa pertahanan negara kita sangat lemah! Paham?! ... sangat lemah!?"Wajah presiden mengelam di belakang meja ruang kususnya yang masih dalam lingkungan istana. Terlihat dia begitu murka, berdiri dengan kedua tangan bertelekan pada meja yang terbuat dari kayu jati berukir. Panjangnya sekitar tiga meter. Tubuh presiden agak membukuk dan condong ke depan, yang membuat sorot matanya terlihat semakin tajam. Suara keras dan menggelegar dengan mata nan tajam menyorot silih berganti tiga orang yang ada di depannya. Mereka yang disorot hanya menunduk, diam mendengar kemarahan Sang Presiden.Di bagian sebelah kanan terlihat Dudun Suparman dan Carut Kaesar Paniti duduk bersebelahan di a
BAB KE : 158DILEMA FAIZ 16+Setelah Presiden mengucapkan janjinya, pembicaraan antara mereka berempat pun selesai. Itulah keputusan yang diambil oleh sang presiden. Setelah pertemuan mereka berakhir, Carut, Henkono dan Dudun meninggalkan istana.Mereka bertiga membawa harapan dengan janji presiden tentang masa depan mereka kelak, jabatan yang selama ini memang mereka inginkan.****Sebelum dipanggil Presiden, Dudun telah datang ke tempat kejadian perkara penculikan. Kemudian melakukan penyelidikan. Kali ini cukup banyak bukti yang didapatkan Dudun, walau hanya berupa jarum, tanpa ada keterangan tentang ciri-ciri pelaku, tapi itu sudah cukup bila digabungkan dengan bukti-bukti kejahatan Kelompok Sang Pengadil sebelumnya. Meskipun semua korban tidak sadarkan diri sebelum pelaku muncul. Sementara orang yang berada di dalam cafe tidak mengetahui kejadian tersebut. Namun, dari tiga mobil sedan yang ditinggalkan penculik, Dudun telah dapat mengambil sebuah kesimpulan yang sangat b