BAB KE : 154PENCULIKAN ANAK PRESIDEN 16+Pangep Kalid Bursang ....Dia adalah putra bungsu dari presiden yang berkuasa, yang saat ini sedang disorot masyarakat atas tindakan korupsi dan pencucian uang.Ini adalah cafe elit milik seorang pengusaha, di cafe inilah anak bungsu presiden menghabiskan malam di kala dia butuh hiburan. Tentu saja gratis!Saat ini putra presiden memang sedang tertimpa masalah. Cacian dan hujatan dari masyarakat atas sesuatu yang dituduhkan padanya sangat menguras emosi anak muda itu. Si bungsu terindikasi melakukan korupsi dan pencucian uang. Dia masih kuliah di sebuah universitas, tapi telah memiliki harta kekayaan yang luar biasa. Tidak hanya kekayaan berupa uang dan kendaraan, tapi si bungsu juga memiliki saham di beberapa perusahaan besar, terutama di perusahaan batu bara. Entah bagaimana cara dia mendapatkan saham-saham tersebut, padahal dia masih seorang mahasiswa. Dari hasil investigasi dari beberapa wartawan, harta yang dimiliki Pangep Kalid B
BAB KE : 155SEPAK TERAJANG FAIZ 16+Dengan kecepatan tinggi ketiga mobil itu menuju Timur. Sekitar sepuluh menit perjalanan, mereka melewati sebuah warung nasi yang ada di perbatasan Ibu Kota dengan sebuah kabupaten.Persis di depan warung nasi, ketiga mobil sedan tersebut tiba-tiba dengan serentak membunyikan klason. Sangat berisik. "Sialan! Pagi buta mencet klason seperti kesambet setan! Dasar songgong, lu!?" maki penjaga warung. Wajar saja dia marah, suara klason itu membuat dia tersentak dari kantuknya. Padahal tadi kantuk sudah hampir membawanya ke alam bawah sadar. Saking kagetnya, bapak pemilik rambut yang telah memutih semua itu, sampai terlompat dari duduknya, dan apes, kepalanya membentur tiang yang berada persis di belakangnya. Hal inilah yang membuat bapak penjaga warung mengeluarkan makian. Kepalanya terasa nyeri dan seperti ada yang menonjol di tempat yang kejedut tadi. Rupanya kepala bapak itu benjut!Dua pelanggan yang ada di sana tersenyum melihat ulah si bap
BAB KE : 156KEBAIKAN KELOMPOK SANG PENGADIL16+Dengan menghadapkan kepala mobil ke arah Timur, tentu orang akan mengira si penculik kabur membawa korban ke daerah kabupaten bagian Timur dari Ibu Kota. Mereka akan mencari ke arah Timur. Padahal kelompok Sang Pengadil berputar arah membawa korbannya ke sebuah kabupaten di sebelah Barat Ibu Kota.Cara seperti ini telah sering dipraktekan Faiz dan selalu berhasil mengecoh tim penyelidik. Cara seperti ini adalah salah satu yang membuat kelompok Sang Pengadil terkenal dengan kelicinan mereka. Licin melebihi belut ....Di sebelah Barat Ibu Kota, ada sebuah kabupaten yang wilayahnya berada di lereng bukit. Pemandangan di tempat itu tidak begitu indah. Sehingga tidak diminati oleh orang-orang yang ingin berwisata. Tapi di daerah itu ada berapa bangunan vila, tidak banyak, bisa dihitung dengan jari saja. Wilayah tersebut tergolong sangat sepi. Di wilayah itulah kelompok Sang Pengadil menyewa sebuah vila. Vila tempat mereka merencanakan
BAB KE : 157JANJI PRESIDEN UNTUK DUDUN SUPARMAN 16+"Apa yang saya kuatirkan menjadi kenyataan! Sekarang anak Saya yang diculik oleh mereka!? Ini pukulan keras bagi negara kita. Wibawa kita jatuh di mata internasional. Anak presiden bisa diculik oleh segelintir orang yang tidak jelas. Ini bukti otentik bahwa pertahanan negara kita sangat lemah! Paham?! ... sangat lemah!?"Wajah presiden mengelam di belakang meja ruang kususnya yang masih dalam lingkungan istana. Terlihat dia begitu murka, berdiri dengan kedua tangan bertelekan pada meja yang terbuat dari kayu jati berukir. Panjangnya sekitar tiga meter. Tubuh presiden agak membukuk dan condong ke depan, yang membuat sorot matanya terlihat semakin tajam. Suara keras dan menggelegar dengan mata nan tajam menyorot silih berganti tiga orang yang ada di depannya. Mereka yang disorot hanya menunduk, diam mendengar kemarahan Sang Presiden.Di bagian sebelah kanan terlihat Dudun Suparman dan Carut Kaesar Paniti duduk bersebelahan di a
BAB KE : 158DILEMA FAIZ 16+Setelah Presiden mengucapkan janjinya, pembicaraan antara mereka berempat pun selesai. Itulah keputusan yang diambil oleh sang presiden. Setelah pertemuan mereka berakhir, Carut, Henkono dan Dudun meninggalkan istana.Mereka bertiga membawa harapan dengan janji presiden tentang masa depan mereka kelak, jabatan yang selama ini memang mereka inginkan.****Sebelum dipanggil Presiden, Dudun telah datang ke tempat kejadian perkara penculikan. Kemudian melakukan penyelidikan. Kali ini cukup banyak bukti yang didapatkan Dudun, walau hanya berupa jarum, tanpa ada keterangan tentang ciri-ciri pelaku, tapi itu sudah cukup bila digabungkan dengan bukti-bukti kejahatan Kelompok Sang Pengadil sebelumnya. Meskipun semua korban tidak sadarkan diri sebelum pelaku muncul. Sementara orang yang berada di dalam cafe tidak mengetahui kejadian tersebut. Namun, dari tiga mobil sedan yang ditinggalkan penculik, Dudun telah dapat mengambil sebuah kesimpulan yang sangat b
BAB KE : 159LANGKAH DUDUN SEMAKIN TERARAH 16+"Sudah berapa tahun kamu tidak pulang kampung, Faiz?" tanya Naufal ketika mereka bertiga sudah duduk di ruang tengah. Karena sebelumnya mereka berbincang di ruang tamu. "Sejak merantau ke sini, saya belum pernah pulang, Mas.""Kalau begitu ikut dengan Dudun, rencananya dua hari lagi dia akan pulang kampung," usul Naufal. "Betul itu, Dun?" Faiz bertanya ke Dudun. Bukan meragukan apa yang disampaikan Naufal barusan, tapi pertanyaan itu hanya sekedar penegasan belaka. "Iya, dia akan menyelidiki kasus ke kampung kita," Naufal lagi yang menjawab, membuat Dudun mengernyitkan dahi. Bagi Dudun, tidak masalah Faiz ikut bersamanya. Toh dalam penyelidikan nanti dia akan melakukannya sendiri. Tapi seharusnya Naufal tidak perlu memberi tahu apa tujuannya pulang. Sementara menurut Naufal, apa yang dia katakan tersebut bukanlah kesalahan. Karena Dudun juga pernah mengajak dia untuk ikut pulang kampung. Waktu itu Dudun pulang juga dalam rangka peny
BAB KE : 160NIAT DUDUN UNTUK MENANGKAP KELOMPOK SANG PENGADIL SEMAKIN MANTAP 16+Tidak berapa hari setelah pertemuan mereka, Dudun kembali ke kampung halamannya untuk melakukan penyelidikan. Dia pergi sendiri tanpa Faiz, karena dengan berbagai alasan Faiz menolak untuk mendampingi Dudun pulang kampung. Sekembali dari kampung halaman, Dudun mengajak Naufal berbicara. Ada sesuatu yang ingin dia sampaikan pada Naufal.Setelah menyelidiki dan mempelajari sepak terjang Kelompok Sang Pengadil. Ada berapa hal yang mengganjal di hati Dudun. Akhirnya dia mengajak Naufal berdiskusi tentang kelompok Sang Pengadil. Semua yang pernah dirampok, diculik dan diperas oleh kelompok Sang Pengadil, adalah mereka dari kalangan pejabat dan pengusaha yang terindikasi pernah diduga atau tertuduh melakukan tindakan korupsi dan merugikan keuangan negara. Kemudian Dudun juga menyelidiki berapa wilayah yang pernah disebut-sebut mendapat bantuan modal usaha dari kelompok Sang Pengadil. Hal ini terjadi di
BAB KE : 161KECURIGAAN DUDUN TERHADAP FAIZ 16+Ketika pulang kampung untuk kedua kalinya, Dudun tidak hanya sekedar memeriksa arsip atas kematian Zulfa Adiatma dan Hendro Parangsing. Tapi dia mendalami peristiwa sebelum terjadinya pembunuhan terhadap kedua orang tersebut. Dari hasil penyelidikan itulah Dudun mengambil kesimpulan. Zulfa Adiatma dan Hendro Parangsing tewas sekitar tiga bulan setelah aksi masa menuntut pembebasan Faiz. Faiz ditahan atas tuduhan melakukan pembunuhan terhadap tiga orang yang tewas di rumahnya. Walau bersamaan dengan itu, ibu Faiz juga ikut tewas. Saat aksi masa, kantor police didatangi oleh Zulfa Adiatma yang waktu itu menjabat sebagai bupati. Sementara Hendro Parangsing adalah kepala satuan kriminal. Zulfa Adiatma yang meminta Hendro Parangsing untuk membebaskan Faiz. Tapi sebenarnya pengaruh Buya Heru dan masa-lah yang membuat Faiz dibebaskan. Dudun menemui Buya Heru dan ada beberapa keterangan yang dia dapat dari guru Faiz tersebut. Faiz bebas