Beranda / Young Adult / KAPAN AYAH PULANG / KEINDAHAN BERSAMA IBU

Share

KEINDAHAN BERSAMA IBU

Penulis: SRP
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-04 17:26:43

BAB KE  :  7

KEINDAHAN BERSAMA IBU

Malam itu Faiz di lepas dengan lambaian tangan oleh keluarga Mas Kemal.

"Hati-hati di sana ya, Faiz! Kalau Om Darto melotot, kabur aja ke sini!" teriak Dudun dalam isak, ketika Tina dan Faiz baru berjalan berapa langkah.

Jelas teriakan Dudun itu membuat keki hati Tina. Bocah ini benar-benar tukang hasut kelas berat, batin Ibu Faiz tersebut.

"Iya, Dun!?" balas Faiz dengan teriakan juga. 

Dia menoleh ke belakang sambil melambaikan tangan.

Dengan cepat Tina meraih tangan Faiz, meraih dengan lembut dan tak melepaskannya. Sehingga mereka berjalan sambil bergandeng tangan.

Peringatan Dudun mungkin karena rasa persahabatan yang kental antara mereka. Rasa takut akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap Faiz.

Apa lagi hati Dudun sedang dipenuhi oleh rasa khawatir. Khawatir tidak akan bertemu lagi dengan Faiz ... khawatir Faiz akan di pelototin Om Darto dan khawatir bila Faiz kembali dipukul Ibunya. Dudun tak ingin Faiz luka dan berdarah lagi seperti kemaren.

Dulu Dudun juga pernah luka. Tergores oleh ranting waktu main kejar-kejaran. Tidak berdarah! Tapi perihnya luar biasa. Sampai Dudun berteriak-teriak memanggil Ibunya sambil menangis.

Apa lagi berdarah seperti Faiz!

Dudun membayangkan betapa sakitnya dipukul Ibu pakai gayung. Sehingga membuat kepala Faiz jadi luka dan berdarah. Bahkan rambut Faiz pun juga berdarah. Mungkin rambut Faiz juga ikut luka karena gayung itu, pikir Dudun.

Hal inilah yang membuat Dudun terus terisak. Perut serta dadanya turun naik karena sedu sedan.

Rasa sedih juga dirasakan Faiz, apa lagi melihat Dudun belum juga lepas dari sedu sedannya. Tak tega rasanya hati Faiz meninggalkan Dudun.

Tapi, rasa sedih itu terkikis oleh genggaman tangan Ibu. Faiz melirik jemari Ibu yang memegang pergelangan tangannya. Kemudian pindah menggenggam telapak tangan Faiz. 

Mereka berjalan bergadengan dengan telapak tangan saling menempel. Betapa bahagianya hati Faiz, karena malam ini dia berjalan di gandeng Ibu dengan lembut. 

Sesuatu yang belum pernah terjadi!

Kebahagiaan yang menyelimuti hati Faiz mampu menggerakkan bibirnya. Gerakan itu membentuk seulas senyum. Senyum tulus seorang bocah, senyum yang teramat indah.

Masih dengan senyum yang dikulum, Faiz melirik wajah Ibunya. Kebetulan Tina juga sedang melirik ke arah Faiz. Mata mereka bertemu. Tina membalas senyum Faiz, genggaman-nya semakin erat, langkah Tina pun semakin mantap.

Senyum Tina membuat hati Faiz semakin bahagia. Terasa ada kedamaian yang merasuk ke dalam jiwanya, persis seperti saat dia bergandeng tangan bersama Ayah. Kini, Faiz menyadari ternyata Ibu sama baiknya dengan Ayah.

Sekali lagi Faiz melirik genggaman tangan mereka. Hatinya terasa damai melihat keindahan dua telapak tangan itu saling menyatu. 

Telapak tangan Faiz dan Ibu!

Genggaman itu terasa erat, karena dikokohkan oleh jari-jari mereka yang saling menaut. 

Faiz memperlambat langkahnya, biar tak terlalu cepat sampai di rumah. Dia ingin lebih lama lagi menikmati keindahan ini. 

Keindahan bersama Ibu!

Sekali lagi Faiz melirik wajah Ibunya, tapi mata mereka tidak lagi saling bertemu. Karena wajah Sang Ibu sedang fokus ke depan, menatap jalan yang diselubungi gelapnya malam. Walau ada bias dari cahaya lampu penerangan jalan, namum pedarnya tak merata. 

Mungkin karena jarak tiang lampu penerangan itu terlalu jauh dari tiang satu ke tiang lainnya. Belum lagi gangguan dari rimbunnya dedauan dari pohon yang tumbuh sepanjang jalan gang ini. Membuat cahaya semakin bias.

Setelah melirik Ibu, Faiz menarik tangan-nya pelan ke atas. Ujung tangan Tina pun terangkat, tapi Tina membiarkan, bahkan sampai sejajar dengan wajah Faiz.

Perlahan Faiz menempelkan punggung tangan Tina ke pipi. Faiz merasakan ada hangat yang mengalir dari punggung tangan itu. Hawa hangat yang membahagiakan. Faiz meresapinya dan ingin menikmati lebih lama. 

Dia ingin kehangatan itu selalu ada. Kehangatan kasih sayang seorang Ibu. Kehangatan yang selama ini dia rindukan.

"Faiz, kedinginan?" tanya Tina sambil melirik anaknya.

"Tidak," jawab Faiz sambil menggeleng dengan senyum malu-malu.

Gelengan Faiz membuat pipinya bergesekkan dengan punggung tangan Tina. Gesekan itu dirasakan Faiz seperti sebuah belaian. Belaian dari Ibu yang belum pernah dia terima.

Faiz semakin menekankan punggung tangan Tina ke pipinya, sehingga membuat pipi Faiz tenggelam dan melebar. Dia berharap kehangatan itu selalu mengalir dari tangan Ibunya.

Sebenarnya apa yang dilakukan Faiz membuat langkah Tina agak terganggu. Tapi dia sengaja membiarkan, agar hati Faiz tetap nyaman bersamanya.

Ada sesuatu yang dirasa oleh Tina dengan sikap Faiz itu. Rasa kasihan, ternyata anak lelakinya sangat manja. Tapi kemanjaan itu tidak pernah diberikan oleh Tina. Selama ini dia terlalu acuh terhadap Faiz.

Ada guratan penyesalan yang muncul di hati Tina. Penyesalan karena tidak bisa memperlakukan Faiz dengan semestinya. Memperlakukan selayaknya anak kecil yang butuh perhatian, butuh kasih sayang, bahkan butuh untuk di manja.

Dalam hati, Tina mengutuk dirinya, mengutuk sifatnya yang tidak bisa menyayangi anak kecil. Apa lagi anak laki-laki.

Di mata Tina, anak laki-laki itu sangat bandel, menyebalkan bahkan bikin sakit hati. 

Ya, sakit hati!

Tina pernah mengalami rasa sakit hati itu. Sakit hati terhadap seorang bocah laki-laki. Sudah lama, namun masih membekas di hati. 

Bocah laki-laki yang dilahirkan Ibu tirinya. Kelahiran bocah itu telah membuat status Tina sebagai anak tunggal  tamat.

Tidak hanya itu, adik tirinya yang baru lahir itu, juga  merampas semua kasih sayang Bapak. Kehadirannya membuat Tina tersisih. Tersisih dari perhatian Bapak kandungnya sendiri.

Semakin lama, Tina merasa semakin tersisih.

Tina kesal, marah dan menjadi anak yang pembangkang. Keributan dengan Bapak pun tak dapat dihindari. Keributan itu membuat Tina tak betah. Tak betah di rumah dan tak betah di sekolah. 

Bolos dan nongkrong menjadi kebiasaan baru Tina. Belajar bukan lagi prioritas, akirnya dia tinggal kelas. Jelas saja Bapak marah. 

Kemarahan Bapaknya di balas oleh Tina dengan keluar dari sekolah, yang membuat Tina gagal mendapatkan ijazah sekolah menengah atas.

Keluarnya Tina dari sekolah membuat Bapak semakin marah, jatah jajan di stop, tak ada lagi uang yang mengalir ke kantong Tina. Sebagai hukuman! Hukuman akan dicabut, bila Tina kembali ke bangku sekolah lagi.

Bukanya kembali ke bangku sekolah, Tina malah membalas dengan mencari uang sendiri. 

Untuk mendapatkan cuan dan sekaligus menabuh gendrang perang dengan Bapak. Tina memilih bekerja sebagai pelayan di sebuah warung remang-remang. 

Melayani lelaki bodoh pecandu alkohol.

Sebagai seorang pegawai di kantor kecamatan. Tentu apa yang dilakukan anak gadisnya membuat malu sang Bapak. Pekerjaan Tina ibarat menoreh arang di kening beliau. 

Bapak murka!

Tina diberi dua pilihan. Berhenti kerja di tempat itu dan kembali sekolah atau enyah dari kampung. Dasar Tina memang keras kepala! Dia malah memilih yang kedua.

Enyah dari kampung! 

Hal itulah yang membuat dia sampai di daerah ini. Menekuni pekerjaan yang sama. Melayani lelaki dungu pecandu miras.

Ingat masa lalu, semakin membuat hati Tina bersedih. Ada bening hangat di matanya yang siap tumpah. Namun Tina berusaha untuk membendungnya.

Masa lalu yang kelam! 

Tapi Tina tidak bisa belajar dari masa lalu itu. Sifat manja, keras kepala dan ingin diperhatikan masih melekat di dirinya. 

Sehingga meredupkan iman yang ada di hati dan membuat terbelenggunya akal oleh emosi. Akibat dari itu, terabaikanlah kasih sayang untuk anak sendiri.

Tina kembali melirik Faiz, bocah itu masih asik menikmati hangatnya punggung tangan Tina, melangkah dengan langkah pendek khas ala bocah yang sedang riang gembira.

Ingin rasanya Tina memberikan kebahagiaan untuk Faiz, kebahagiaan yang sempurna seperti yang diinginkan Mas Thoriq. 

Tapi dia sudah terlanjur melangkah. Langkah yang sulit untuk ditarik mundur. Dia tidak lagi memiliki pilihan, selain maju bersama Darto.

Tiba-tiba langkah Faiz terhenti, membuat Tina pun menghentikan langkahnya. Peganggan tangan Faiz mengendor, kemudian melepaskan tangan Ibunya.

 

Mata Faiz menatap lurus ke depan, menatap sebuah rumah. Rumah mereka. Ada keraguan di hatinya untuk kembali ke rumah itu.

"Ayo," ajak Tina sambil menarik lembut lengan Faiz.

"Apakah Om Darto sudah tidur?" tanya Faiz pelan. Ada keraguan dan kecemasan yang mengalir di hati Faiz.

Kecemasan itu jelas tersirat di wajahnya, bola mata Faiz yang bening mengarah ke wajah sang Ibu. Menatap, mengharap agar Ibunya menjawab 'sudah'.

"Tidak apa-apa! Om Darto sekarang sudah baik ... sudah tidak suka marah lagi! Ayo kita jalan!" jawab Tina sekaligus membujuk Faiz. 

Tina memahami kegundahan yang ada di hati anaknya itu. Dia mencoba melepaskan senyum untuk memberi ketenangan pada Faiz. Kemudian Tina kembali menarik lengan Faiz.

Ternyata jawaban Tina tidak sesuai dengan harapan Faiz. Walau kecewa, Faiz tetap menuruti ajakkan Ibunya.

Faiz mengayun langkah mengikuti Tina, walau keraguan dan kecemasan masih membekas di wajah bocah itu.

Dalam hati Faiz merasa bingung dengan sikap Om Darto. Berbagai pertanyaan muncul di sana. Kenapa Om Darto  masih menginap di sini? Kenapa dia tidak pulang-pulang? Kok nginapnya lama sekali?

Padahal Faiz juga numpang nginap di rumah Dudun kemaren, tapi tak selama Om Darto numpang nginap di sini. Baru dua hari Faiz sudah di jemput Ibu.

Tapi, perasaan. Om Darto di sini sudah berhari-hari. Bahkan Faiz tak bisa menghitung sudah berapa banyak harinya. 

Sejak habis lebaran, sampai sekarang sudah mau puasa. Om Darto tidak juga pulang-pulang. 

Kenapa Ibunya tidak menjemput, ya? Seperti Ibu Faiz yang segera menyusul ke rumah Dudun. Apakah Om Darto tidak punya Ibu? Batin Faiz.

Entah kenapa, langkah Faiz terasa berat untuk memasuki rumahnya sendiri. Rumah yang tidak lagi mendatangkan rasa  nyaman sejak di tinggalkan Ayah.

Seandainya Ayah yang berada dalam rumah saat ini, pasti Faiz yang akan mengetuk pintu. Pasti Faiz tak sabar menunggu kemunculan Ayah di hadapannya. Dan, jika Ayah telah membuka pintu, Faiz akan langsung melompat ke pangkuan Ayah. 

Menumpahkan kerinduan, karena sudah terlalu lama dia berada rumah Dudun ... dua hari!

Tapi sayangnya....

Saat ini Ayah tidak ada, yang ada hanya Om Darto.

Begitupun kerinduan yang di pendam Faiz untuk Ayah, bukan hanya dua hari. Sudah terlalu lama ... sudah berhari-hari, sejak Ayah pergi!

Bersambung

    

Bab terkait

  • KAPAN AYAH PULANG    TIDUR BERSAMA IBU

    TIDUR BERSAMA IBUBAB KE : 8Di ambang pintu, Tina tidak mengetuk seperti perkiraan Faiz. Cukup sekali dorong, pintu itu telah terbuka. Mereka masuk tanpa salam.Faiz merapat mengikuti langkah Ibunya dari belakang, dengan kedua tangan berpegangan pada baju Tina. Sekali-kali mata Faiz mengintip lewat punggung Ibunya. Menyapu ruang depan mencari sosok Darto. Entah kenapa ada rasa malas di hati Faiz untuk bertemu dengan Darto. Untunglah di dekat meja ruang depan, sosok itu tak terlihat.Walau menurut Tina, Om Darto sudah jadi baik. Tapi Faiz tetap tidak berani bertemu dengannya. Faiz takut di pelototin.Tina terus melangkah menuju ruang tengah yang berbatas dengan dapur dan kamar mandi. Sebelum memasuki ruang tengah, Faiz menghentikan langkahnya. Sehingga bagian baju Tina yang dipegang Faiz seperti ditarik dari belakang.Tina pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang menatap Faiz."Aku tidak mau ke san

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • KAPAN AYAH PULANG    CELENGAN FAIZ

    KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 9CELEENGAN FAIZSetelah Faiz tidur, perlahan Tina turun dari ranjang. Dia turun dengan hati-hati, memastikan tidak ada suara atau gerakkan yang bisa mengganggu kenyenyakkan Faiz.Bahkan ketika menuju pintu kamar, Tina berjalan dengan mengendap-endap. Menjaga langkahnya agar tidak menimbulkan suara sedikit pun.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • KAPAN AYAH PULANG    KESEDIHAN THORIQ

    KESEDIHAN THORIQBAB KE : 10Bus berjalan pelan di sela perbukitan membelah jalan utama antar provinsi.Medan yang sulit, dengan belokan dan tanjakkan di sisi lereng membuat awak armada harus ekstra hati-hati.Berapa kali penumpang seperti di ayun saat bus merambah area yang tak rata dan menurun.Perjalanan ini sangat berat dan melelahkan bagi sebagian besar penumpang. Wajah mereka begitu kuyu dan terlihat letih.Wajah kuyu dan letih itu juga tersirat dari muka Thoriq. Lelaki yang hanya duduk diam dekat jendela.Bangku di sebelahnya kosong, sehingga sepanjang perjalanan tidak ada orang yang bisa diajak untuk mengobrol.Tapi, andaipun ada.Mungkin dia akan tetap memilih diam, karena Thoriq bukanlah tipe lelaki yang suka banyak bicara. Apa lagi seperti saat ini, dimana dia lebih sibuk dengan pikirannya sendiri.Pikiran yang berkecamuk dengan segala kesedihan. Kes

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • KAPAN AYAH PULANG    MIMPI THORIQ

    KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 11MIMPI THORIQ18+"Cibora habissss...!""Cibora habissss...!"Teriakan kondektur bus menyadarkan Thoriq dari lamunan. Ternyata mereka telah sampai di sebuah terminal di sebuah Kota Kabupaten.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • KAPAN AYAH PULANG    DERITA THORIQ DI PASAR INDUK

    KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 12DERITA THORIQ DI PASAR INDUK18+Setelah melaksanakan shalat Subuh, Thoriq duduk di kaki mushala. Pandangannya menatap jauh dengan pikiran gundah.Jarak antara terminal dengan pasar induk sebenarnya terbilang dekat, namun cukup melelahkan bila ditempuh dengan berjalan kaki.Tapi Thoriq tak punya pilihan, karena tidak sepeserpun uang ada dalam kantongnya. Dia harus jalan kaki agar segera bertemu dengan Tamrin.Setelah menarik napas dalam dan ucapkan Bismillah, Thoriq bangkit dan mulai mengayunkan langkah meninggalkan mushala tempat dia bernaung semalam.Untunglah ada yang memberi tau jalan pintas, hingga Thoriq tidak perlu lagi melangkah di sepanjang trotoar jalan raya yang berdebu. Dan tentu jarak tempuh jadi lebih dekat.Keringat bercucuran dan perut terasa melilit disaat Thoriq memasuki pintu gerbang pasar induk. Haus dan lapar menyatu membuat tubuhnya sedikit lemah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • KAPAN AYAH PULANG    PELAJARAN DARI BOCAH KECIL BERNAMA UCIL

    KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 13PELAJARAN DARI BOCAH KECIL BERNAMA UCIL18+"Om, kenapa menangis?" tanya si bocah penuh keheranan.Thoriq tersentak, dengan cepat dia menyeka air yang membasahi pipinya."Nggak apa-apa," jawab Thoriq berusaha melepas seulas senyum."Nggak apa-apa, kok nangis? Om, sakit?" tanya bocah itu lagi, sambil menatap dalam wajah Thoriq.Jelas keluguan seorang bocah tersirat dari wajahnya yang polos. Ada rasa kasihan yang timbul di hatinya, apa lagi ketika melihat wajah Thoriq yang sedikit pucat dengan bibir kering.Memang wajah Thoriq kelihatan agak pucat, mungkin karena kurang tidur selama dalam perjalanan, belum lagi ditambah rasa letih dan lapar yang sedang dia derita."Tidak ... Om tidak sakit," jawab Thoriq sambil memasukan berapa butir bawang merah ke dalam kantong kresek yang kini telah berada dalam peganggan si bocah.Itulah

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • KAPAN AYAH PULANG    PENDERITAAN THORIQ BELUM BERAKIR

    KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 14PENDERITAAN THORIQ BELUM BERAKIR18+Mungkin ruangan itu hanya berukuran kurang dari tiga kali tiga meter ... sangat sempit! Bahkan kamar Thoriq di kampung, jauh lebih besar dari ruangan ini.Diruangan itulah Ucil dan Ibunya tinggal, berbaur dengan segala macam benda-benda keperluan se hari-hari.Lemari plastik yang warnanya telah kusam terlihat berdiri agak miring di pojok ruangan. Mungkin karena usianya yang telah tua. Sehingga tidak kuat lagi tegak dengan sempurna menahan beban yang ada di dalamnya.Bagi sebagian orang, lemari seperti itu tidak lagi terpakai dan akan dibuang ke tempat sampah. Tidak demikian dengan keluarga Ucil, lemari kusam itu masih bisa mereka manfaatkan untuk menyimpan pakaian.Di pinggir ruangan, juga terlihat kardus yang berjejer dekat dinding. Entah apa isinya, Thoriq tidak begitu jelas memperhatikan.Mungkin saja di dalam

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • KAPAN AYAH PULANG    PENJARA UNTUK THORIQ

    KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 15PENJARA UNTUK THORIQ18+"Benar, Pak! Saya tidak melakukannya. Malah saya ingin membantu Ibu tersebut. Saya melihat dengan jelas orang yang mencopet dompet Ibu itu," jawab Thoriq ketika dia diinterogasi di pos satpam."Tapi, fakta di dompet itu ada di tangan anda, menurut keterangan yang kami terima," sela seorang satpam yang terlihat lebih tua dibanding yang lain.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07

Bab terbaru

  • KAPAN AYAH PULANG    BIARLAH YANG LALU BERLALU JIKA MASIH ADA CINTA DI HATIMU

    BAB KE : 19716+Setelah pertemuan itu, hubungan mereka pun semakin membaik, malah Dudun dan Faiz hampir tiap minggu bertandang ke rumah Sisilia. Setiap hari libur, mereka berkumpul di rumah Sisilia, ada-ada saja yang mereka lakukan untuk menuai kebahagiaan. Tidak hanya Dudun dan Faiz. Naufal dan istrinya juga suka ikut berkumpul bersama mereka. Satu hal yang paling membuat Sisilia terharu. Perhatian Naufal, Dudun dan Faiz sangat luar biasa kepada papanya. Padahal Sisilia telah mengetahui bahwa orang tua Naufal dan Dudun juga termasuk korban kejahatan papanya di masa lalu, walau hal ini masih mereka rahasiakan pada Karta Setiawan. Anak-anak dari korban pembunuhan Karta Setiawan itu malah paling senang mendorong kursi roda Karta Setiawan, bahkan mereka tidak pernah bosan melatih Karta Setiawan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kesehatan papa Sisilia tersebut. Pertemuan demi pertemuan, telah membuat cinta mereka semakin mekar, bahkan Faiz tidak sungkan lagi menyusul S

  • KAPAN AYAH PULANG    UNTUK APA DENDAM BERKARAT PADA ORANG YANG TELAH BERTOBAT

    BAB KE : 19616+Faiz merasa heran dengan perubahan sikap Dudun dan Naufal itu, padahal jelas sekali betapa besar keinginan Dudun untuk balas dendam beberapa hari yang lalu. "Kita tidak perlu lagi menuntutnya, karena Tuhan telah memberi teguran pada beliau, dan beliau telah menyesali perbuatannya," jawab Naufal. "Lalu, bagaimana dengan kamu, Dun?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada Dudun yang sedang mengemudi. "Sebelum ke sini, kami telah membicarakan tindakan apa yang akan kami lakukan, dan inilah yang terjadi. Kalau mau detilnya, tanya saja pada Mas Naufal, apa yang dilakukan Mas Naufal tadi adalah keputusan Mas Naufal sendiri. Tapi saya mendukung, karena memang itu yang terbaik," jawab Dudun sambil melirik kaca spion dalam. Dia menatap wajah Faiz sekilas dari sana. Saat ini Faiz dan Naufal duduk berdua di bangku tengah, sedangkan Dudun sendirian di depan memegang kemudi. Rupanya sebelum menemui Sisilia, Naufal dan Dudun sempat berdiskusi. Naufal meminta Dudun untuk menjaga per

  • KAPAN AYAH PULANG    KALIMAT NAUFAL YANG MENGEJUTKAN

    BAB KE : 195 16+Seketika dada Faiz bergemuruh, gemuruh itu bertalu dengan rasa cemas yang kembali hadir. Faiz dapat menebak apa maksud ucapan Dudun itu. Naufal pun tertegun ketika mendengar apa yang disampaikan Dudun, dia menatap Dudun sesaat, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Oh, iya. Hampir lupa," jawab Naufal kemudian, lalu ujung matanya melirik pada Faiz.Naufal tercenung dengan raut serius, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, kemudian dia bangkit, membuat semua yang ada di ruangan itu mengarahkan mata pada Naufal. "Kamu berdiri, Dun!" perintah Naufal pada Dudun. Dudun pun mengikuti titah kakaknya. "Dorang kursimu ke belakang!" Naufal kembali memerintah yang segera dilaksanakan Dudun. Hati Faiz semakin cemas melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. Raut heran juga tergambar di wajah Vira, Sisilia dan Karta Setiawan. Naufal berjalan di antara celah meja dan kursi yang didorong Dudun tadi.Setelah posisinya berada antara Faiz dan adiknya, Naufal mendorong meja

  • KAPAN AYAH PULANG    KECEMASAN BELUM BERAKHIR

    BAB KE : 19416+Kemudian kalimat itu juga dapat dijadikan bamper oleh Faiz. Seandainya Naufal mengatakan akan menuntut Karta Setiawan, atas apa yang telah dia lakukan pada orang tua mereka. Faiz punya kesempatan untuk membela Karta Setiawan, tentu perasaan Sisilia akan terobati dengan pembelaan Faiz nantinya, karena Sisilia telah mengetahui isi hati Faiz berdasarkan ucapan Naufal tadi."Berarti mereka memang sehati. Sisilia juga seperti itu, dia tidak akan menikah kalau tidak dengan Faiz." Tawa Vira kembali meledak di ujung kalimatnya. "Saya tidak ada berkata seperti itu!" Cubitan Sisilia langsung mendarat di lengan Vira, yang membuat Vira meringis.Ruangan itu kembali penuh oleh suara tawa Naufal, Dudun dan Vira. Karta Setiawan juga ikut tertawa walau tawanya belum begitu jelas."Yang sehati, sebenarnya saya dengan kamu! Saya tidak nikah-nikah, kamu juga ikutan menjomblo sampai sekarang," balas Sisilia dengan mulut geregetan. Tangan Sisilia kembali bergerak untuk mencubit Vira,

  • KAPAN AYAH PULANG    SUASANA YANG BERUBAH ARAH

    BAB KE : 19316+Karta Setiawan duduk berhadapan dengan Dudun. Mereka juga dipisahkan oleh meja yang sama, dari ujung ke ujung, mungkin jaraknya sekitar satu meter.Setelah beberapa saat, Naufal mulai berbicara untuk menyampaikan apa sebenarnya tujuan dan maksud mereka datang. "Nama saya Naufal dan ini adik saya Dudun Suparman. Kami adalah keluarga Faiz." Naufal mengawali dengan memperkenalkan diri pada Sisilia dan Karta Setiawan, setelah melirik ke arah Faiz, dan memastikan bahwa Faiz telah siap mendengar apa yang akan dia sampaikan. Perkenalan Naufal hanya dijawab dengan anggukan oleh Sisilia dan Karta Setiawan. "Sebenarnya tujuan kami ke sini, memang membawa maksud tertentu yang ingin kami sampaikan, tapi ijinkan kami terlebih dulu mengucapkan terima kasih pada Sisilia yang telah bersedia merawat Faiz, walaupun pada saat itu keadaan rumah sakit sangat sibuk, tapi Sisilia bersedia menangani Faiz dengan cepat."Naufal menatap Sisilia sesaat, lalu beralih pada Vira yang ada di s

  • KAPAN AYAH PULANG    KEKAKUAN FAIZ DAN SISILIA

    BAB KE : 19216+Meskipun Dudun seorang police yang bermental baja, tapi rasa haru juga menyeruak ke dalam hatinya menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya. Begitu pula dengan Naufal.Bola mata kakak-beradik itu memerah dengan kilauan seperti kaca. Mereka berusaha keras agar air yang ada di bola mata mereka tidak merembes keluar. Begitu pula dengan perawat Karta Setiawan, walau tidak mengetahui peristiwa apa sebenarnya yang terjadi, tapi melihat adegan tersebut, dia pun tidak mampu menahan tangis.Faiz masih terpaku di samping Sisilia, dia hanya menunduk tanpa berani menatap siapa pun. Sementara air matanya ikut berlinang di pipi. Entah sudah berapa kali Faiz mengusap wajah, demi mengapus air yang ada di sana. "Su-su-ruh-lah me-me-reka ma-masuk!" ucapan Karta Setiawan menyadarkan mereka semua, sehingga apa yang sedang menumpuk di pikiran mereka langsung buyar. "Eh, iya! Ayo masuk, Mas!" Vira menghadap Naufal dan Dudun. Terdengar suara Vira agak serak dalam isak, mungkin

  • KAPAN AYAH PULANG    PERANAN VIRA YANG CERDAS

    BAB KE : 19116+Sebelumnya, jangankan untuk mengangkat tangan, untuk menggerakannya saja Karta Setiawan sudah kesulitan. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Faiz, juga telah membuat Karta Setiawan mampu berbicara, walaupun dengan susah payah dan terbata-bata, serta perlu waktu yang cukup lama untuk menyampaikan sepotong kalimat, tapi apa yang disampaikannya dapat dimengerti. Wajar, jika hal itu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan bagi Vira, bahkan dia menganggap kejadian ini adalah sebuah keajaiban. "Papa ...! Heiiiyyy, apa yang kalian lakukan pada papa saya?!"Sebuah bentakan mengejutkan mereka yang ada di halaman. Perawat, Vira, Dudun dan Naufal serentak menoleh ke sumber suara tersebut. Faiz melepaskan pelukannya dari Karta Setiawan, kemudian ikut menoleh ke arah Sisilia yang telah berada di depan pintu. Dengan susah payah Karta Setiawan juga memalingkan mukanya ke arah Sisilia. "Naak-nak!" cukup keras suara yang keluar dari mulut Karta Setiawan memanggil anaknya

  • KAPAN AYAH PULANG    PERTEMUAN SI PEMBUNUH DENGAN ANAK-ANAK KORBAN PEMBUNUHANNYA

    BAB KE : 19016+"Saya baik-baik aja Faiz .... " Vira menjawab pertanyaan Faiz setelah mereka berhadapan. "Eh, ya. Sampai lupa! Ayo masuk!" lanjut Vira ketika matanya menoleh pada Naufal dan Dudun. Vira sedikit kikuk menatap ke dua lelaki yang ada di depannya. Dia merasa malu karena belum sempat menyapa atau sekedar mengangguk pada dua lelaki yang posisinya jauh lebih dekat dengannya.Karena keterkejutannya ketika melihat Faiz, membuat Vira mengabaikan kedua lelaki tersebut. "Kenalkan. Saya Naufal dan ini Dudun, adik saya. Kami masih saudaranya Faiz." Sebelum melangkahkan kaki, Naufal memperkenalkan dirinya dan Dudun. "Saya Vira," jawab Vira sambil merangkapkan kedua tangan di depan dada dengan sedikit menundukan kepala tanda hormat, kemudian matanya kembali melirik pada Faiz. "Kalau Faiz, tidak perlu saya perkenalkan lagi, kan?" Senyum lepas dari bibir Naufal sambil ikut melirik ke arah Faiz. Dudun juga ikut tersenyum, hanya wajah Faiz saja yang masih terlihat agak tegang, b

  • KAPAN AYAH PULANG    KUNJUNGAN FAIZ, DUDUN DAN NAUFAL KE RUMAH SISILIA CARLINA

    BAB KE : 18916+Sejak kedatangan Vira, hampir setiap hari terdengar gelak tawa dari dalam rumah tersebut. Bahkan hampir saban hari mereka pergi jalan-jalan untuk menikmati indahnya Ibu Kota. Setiap pergi jalan-jalan, Sisilia selalu membawa semua orang yang bekerja di rumahnya, Disamping untuk berbagi kebahagiaan, tenaga mereka juga bermanfaat untuk memindahkan Karta Setiawan dari kursi roda ke dalam mobil, begitu pula sebaliknya. Ketika Sisilia menceritakan pertemuannya dengan Faiz pada Vira, tentu saja hal tersebut membuat Vira sangat terkejut, yang bahkan membuat dia sulit mempercayainya. Vira tidak pernah menyangka, Sisilia akan bertemu lagi dengan Faiz yang telah sekian lama menghilang, tapi itulah kekuasaan Tuhan, apa-apa yang tidak kita sangka, bisa saja menjadi kenyataan. Akhirnya Sisilia berkonsultasi dengan Vira tentang banyak hal, terutama tentang Faiz dan rasa yang ada di hatinya. Sisilia dan Vira adalah dua orang sahabat yang sama-sama berhasil menggapai impianny

DMCA.com Protection Status