Share

MENJEMPUT FAIZ

Penulis: SRP
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-04 17:07:01

BAB KE 6

MENJEMPUT FAIZ 

POV : NITA

"Faiz ... jangan menangis! Ibu mu kan telah datang!"

Suara Dudun beriring isak membuat aku mengangkat wajah. Dari sela bahu dan leher Faiz aku mengarahkan pandangan pada bocah itu. 

Dudun perlahan menghampiri kami, terlihat dari matanya menggulir tetesan bening yang jatuh di pipi. Kedua bahunya turun naik karena sedan sedan.

Faiz ikut menoleh ke arah Dudun, pelukan kami merenggang.

"Aku takut Ibu digampar Om Darto lagi, Dun! Kayak waktu itu," jawab Faiz dengan suka sendu ke arah Dudun.

Saya merasa kaget mendengar jawaban Faiz. Tak ku sangka dia melihat peristiwa itu. Peristiwa yang seharusnya tidak boleh dia saksikan.

Apakah anakku mengalami trauma? Tanyaku dalam hati. Mungkinkah sikap keras kepala Faiz dan antipatinya terhadap Mas Darto karena hal itu? Batinku lagi.

"Tidak ... tidak akan lagi! Hu hu hu... Ibumu sekarang akan tinggal bersama kita. Tak mungkin Om Darto berani ke sini, karena di sini ada Ayahku," ucap Dudun membujuk di sela tangis.

Dia merangkul Faiz, membuat kami lepas.

"Tante jangan menangis? Kasihan Faiz nya ikut-ikutan nangis," kata Dudun saat mata kami bertemu. Sedu sedannya masih terdengar. 

Tanganku dengan sigap mengusap pipi, menyeka udara yang ada di sana. Setelah itu kupaksakan tersenyum untuk Dudun.

"Udah ... Tante sudah tidak menangis ... Dudun dan Faiz jangan menangis juga, ya?" kataku, yang di jawab dengan anggukkan oleh kedua bocah itu. 

"Boleh ya Pak De, Bu De... Ibu Faiz tinggal bersama kita?" kata Faiz setelah membocorkan Mas Kemal dan bergantian. Wajah Faiz terlihat penuh harap dengan mata sayu.

"Boleh, tidak apa-apa. Biar kita tinggal bersama di rumah ini," jawab Mas Kemal dengan suara serak. 

"Iya, Faiz sama Ibu tinggal di sini saja, biar kita berkumpul dan selalu bersama." Mbak Hamilah ikut menimpali. Sekilas aku melihat memerah, berkaca-kaca. Namun, ada di sana.

"Sekarang kita tinggal di sini saja, Bu, bersama Dudun! Om Darto jangan di ajak!" Faiz mengangkat wajahnya yang kini telah berdiri.

Sekali lagi saya melihat senyum, kali ini untuk menanggapi keinginan Faiz, tak ada jawaban yang keluar dari mulutku. Karena aku merasakan tenggorokan kering dan serak, sedangkan di dada ada sesuatu yang membuat sesak.

"Ayo kita duduk di sini," ajak Mas Kemal sambil meraih tangan Faiz, sementara tangan satunya menempel di punggung Faiz. 

Mereka berjalan menuju tempat kosong antara meja dan lemari. Dudun mengekor di belakang, Di tempat itu terbentang sebuah tikar pandan. Kemudian kami duduk di sana. Kakak Dudun yang kini telah kelas empat SD. Juga ikut bergabung duduk bersama kami.

"Bagaimana tanggapanmu atas keinginan Faiz itu, Tina? Apakah kamu benar hadir bersama kami di sini? Bagi kami tidak siap menampung. Nanti jika suamimu telah, baru lagi ke sana," ucap Mas Kemal kami setelah kami siap menyambut. . 

"Kapan Ayah aku akan pulang, Pak De?" Faiz menyela dengan pertanyaan.

"Nanti... nanti Ayahmu akan pulang! Sabar, ya?" jawab Mas Kemal.

"Kata Pak De, kita yang akan mencari Ayah," balas Faiz.

"Iya, kalau berapa hari lagi Ayahmu belum juga pulang, kita akan mencarinya," terang Mas Kemal.

Aku hanya diam, menunduk dengan pikiran berkecamuk.

"Pikirlah dengan baik! Demi anakmu, Tina! Thoriq itu orangnya sangat baik. Saya yakin dia akan memaafkan dan memaafkanmu kembali, asal kamu berusaha untuk mengubah," lanjut Mas Kemal, sambil membocorkan ke arahku.

Aku masih diam.

"Iya, untuk apa kamu melanjutkan hubungan dengan lelaki seperti Darto itu. Tidak benar kalau laki-laki suka main tangan sama istri." Mbak Hamilah menambahkan.

Aku tetap diam, karena tidak tahu apa yang harus ku katakan.

"Bagaimana, Tina? Kamu menyediakan?" tanya Mas Kemal lagi setelah sewaktu-waktu kami saling diam.

"Sebaiknya malam ini saya dan Faiz kembali dulu ke rumah kami. Tak enak saya sama Mas Darto. Sebab dialah yang menyuruh saya bertemu Faiz. Dia menyesal atas sikapnya selama ini. Dia juga telah meminta maaf dan meminta maaf untuk mengubahnya," jawabku berbohong.

Ya, aku terpaksa berbohong. Karena aku pikir, kalau tawaran itu aku terima, jelas Mas Darto akan menceraikanku. 

Sementara Mas Thoriq tidak jelas rimbanya. Kalaupun Mas Thoriq pulang, belum tentu dia mau kembali kepada saya, karena saya telah menyakiti hati. 

Belum lagi pandangan masyarakat sini terhadapku. Mau ditaruh di mana mukaku.

Sebenarnya sudah lama aku ingin meninggalkan kampung ini. Karena rasa malu dan tak tahan menghadapi sinisnya sebagai warga. Tapi, aku berjanji oleh perjanjian dengan Mas Thoriq. 

Rasanya benar-benar keterlaluan kalau aku juga harus mengkianati perjanjian dengan Mas Thoriq. Karena dia telah rela mengorbankan dirinya. Demi Faiz, demi kebahagiaan anak kami.

Tapi, kini perjanjian itu terpaksa harus ku langgar demi mengikuti keinginan Mas Darto. 

Apa boleh buat, mungkin aku memang telah menjadi wanita yang terlalu.

Ah, masa bodolah dengan istilah Bang Haji itu.

Tapi, semua terjadi karena saat ini keadaanku sangat terjepit. Seperti menghadapi buah simalakama. Inilah keputusan yang kuambil. Aku harus mengikuti apa kata Mas Darto. Karena dialah suamiku saat ini. 

Biarlah sekarang kami pergi meninggalkan kampung ini. Menghilang untuk sementara. Namun suatu saat nanti, Faiz pasti akan menemui Ayahnya. Aku tidak akan memutuskan hubungan darah antara Ayah dan anak.

Terlihat Mas Kemal menarik napas panjang, ada rona kecewa di wajah ketika terinspirasi kutipanku. Begitupun dengan Mbak Hamilah. Mulutnya terlihat sedikit meruncing.

"Apakah kamu yakin dengan apa yang dikatakan Darto?" tanya Mas Kemal pelan.

"Ya, saya yakin, Mas" jawabku, sekali lagi aku harus berbohong.

"Tapi saya tidak percaya dengan omongan orang seperti itu. Kalau Faiz kembali menggoda, mungkin keadaannya tidak akan berubah. Faiz lah yang akan menderita nantinya," 

ucapan Mbak Hamilah seperti pujian. 

"Ya, untuk sementara Faiz di sini dulu. Kalau memang Darto yang menyuruh kamu bertemu Faiz, sebaiknya dia datang ke sini. Biar tenang saya melepas," kata Mas Kemal.

Terlihat jelas, kalau Mas Kemal enggan membiarkan aku membawakan Faiz pulang.

"Percayalah pada saya Mbak! Saya berjanji tidak akan pernah memukul Faiz lagi. Saya sangat menyesal dengan sikap saya selama ini," ucapku mengarah pada Mbak Hamilah.

Mbak Hamilah tidak menjawab ucapanku, malah beralih pada Mas Kemal. Seakan meminta pendapat dari suaminya.

Melihat hal itu, aku segera berkata pada Mas Kemal, " izinkan saya membawa anak saya malam ini, Mas. Demi menjaga perasaan Mas Darto, suami saya! Tak enak rasanya bila saya pulang tanpa Faiz."

Sengaja aku berkata seperti itu untuk memberikan penekanan, agar mereka memberikan aku membawakan Faiz malam ini. 

Bahkan aku sengaja dibuatkan kata 'suamiku', agar mereka bisa memahami. Bahwa aku akan tetap mempertahankan rumah tanggaku dengan Mas Darto. 

"Sebenarnya saya tidak bisa membantu untuk melawan kamu membawa Faiz, karena dia memang anakmu! Tapi, saya juga bertanggung jawab atas keselamatan Faiz, karena dia anaknya Thoriq. Saya dengan Thoriq itu bukan hanya sekedar dari tetangga kecil, bukan hanya sebagai, tapi lebih dari itu. Saya sudah seperti kakaknya. Apa lagi Thoriq itu anak tunggal dan tidak memiliki keluarga sanak. Sejak orang tuanya meninggal, dia jadi sebatang kara. Maka sayalah keluarganya, dan sayalah sanak familinya. Segala urusan Thoriq juga menjadi urusan saya. Jadi saya tidak bisa membiarkan Faiz kamu bawa malam ini, kecuali Faiz menyukaimu," jawab Mas Kemal panjang lebar.

Kata-kata Mas Kemal membuat aku berpikir keras, bagaimana caranya agar Faiz mau pulang bersamaku.

"Faiz, ikut Ibu pulang ya?" Aku coba membujuk Faiz.

"Aku tidak mau ke sana. Di sana ada Om Darto... Ibu saja yang di sini!" jawab Faiz.

"Itu artinya Faiz tidak mau ikut bersama kamu," kata Mas Kemal.

"Mas izinkanlah saya membawa Faiz, setidaknya untuk malam ini. Besok saya akan kembalikan ke sini." Aku memohon pada Mas Kemal dengan wajah memelas.

Aku berusaha untuk menangis demi memancing simpati mereka. Air mata meleleh di pipiku, aku terisak.

"Ibu jangan menangis!" teriak Faiz sambil memelukku.

"Makanya Faiz ikut Ibu ya? Ibu kangen sama Faiz. Ibu ingin malam ini kita tidur bersama," bujukku dengan air mata berurai.

"Tapi, aku tidak mau tinggal bersama Om Darto. Dia galak!" Faiz mengungkapkan mata berkaca-kaca.

" Sekarang Om Darto sudah tidak galak lagi. Dia sudah berjanji sama Ibu, akan mencintai Faiz," kataku berbohong.

"Emang Om Darto berkata seperti itu?" tanya Faiz yang ku jawab dengan anggukkan. Walau hanya mengangguk, tapi itu adalah angguk cerita.

"Tapi, Om Darto meminjam, nggak? Kalau dia juga tidak akan galak sama Ibu?" Kembali Faiz bertanya.

"Iya, dia juga berjanji akan mencintai ibu, mencintai kita," bohongku lagi.

"Kalau begitu, aku mau ikut bersama Ibu...."

"Jangan mau Faiz! Di sini saja, nggak lama lagi mau puasa. Mending di sini, kita bisa sahur dan berbuka bersama. Juga tiap malam tarwehan. Nanti kalau kamu di sana, tidak tarweh lagi seperti puasa yang dulu." Dudun ucapan Faiz. 

Ada rasa keki di hati ku melihat ulah Dudun ini. Tapi mau tidak mau aku harus bermuka manis.

"Faiz cuma semalam di sana, Dun? Besok dia Tante antar lagi ke sini," ucapku dengan senyum.

"Jadi Faiz di sana cuma tidur doang?" tanya Dudun ingin memastikan. Aku mengiyakan, tentu dengan senyum tetap di bibir.

"Sekarang Faiz ikut Ibu pulang ya?" ajakku pada Faiz.

Ada keraguan di mata Faiz, dia mengungkapkan Dudun cukup lama, dan beralih pada kedua orang tua Dudun. 

Ketika mata Faiz mengarah pada Dudun, bocah itu kepala, memprofokasi Faiz, agar menolak mengajakkanku. 

Benar-benar bocah yang menyebalkan!

"Tapi, aku ingin bersama Ibu," kata Faiz, seolah mengerti apa yang di inginkan Dudun. 

Mendengar jawaban Faiz, Dudun menunduk, hadir di wajah polos itu.

Tiba-tiba Faiz memeluk Dudun, "aku kangen sama Ibuku...besok aku akan ke sini lagi ya?" kata Faiz pelan.

"Aku takut, nanti kamu dipelototin Om Darto." Dudun membalas ucapan Faiz.

"Om Darto tidak akan melotot kan, Bu?" tanya Faiz.

"Tidak, tidak akan melotot. Om Darto sudah sayang sama Faiz," jawabku berbohong.

"Tapi, benarkah Tante? Besok Faiz di antar lagi ke sini!" kata Dudun padaku, aku mengiyakan. Terpaksa aku harus berbohong lagi.

Ternyata benar! Kalau kita telah berbohong, walau hanya sekali, maka kita akan berbohong lagi untuk menceritakan tentang sebelumnya. 

Oleh karena itu janganlah salah bohong! Walau bagaimanapun!

Tapi saya melihat hasil, karena Faiz menyimakku. Mas Kemal dan terpaksa melepaskan Faiz.

"Hati-hati di sana, ya?" pesan Dudun ketika dia melepas Faiz di pintu rumah. Mereka kembali berpelukan, cukup lama. 

Air mata meleleh di pipi kedua bocah itu. Terlihat begitu berat mereka untuk berpisah. 

Entah kenapa?

Mungkinkah bocah seusia itu punya firasat bahwa mereka tidak akan bertemu lagi? Kalaupun suatu saat mereka bertemu, mungkin usia mereka telah remaja, atau bahkan telah dewasa....

Entahlah....

Bersambung

Bab terkait

  • KAPAN AYAH PULANG    KEINDAHAN BERSAMA IBU

    BAB KE : 7KEINDAHAN BERSAMA IBUMalam itu Faiz di lepas dengan lambaian tangan oleh keluarga Mas Kemal."Hati-hati di sana ya, Faiz! Kalau Om Darto melotot, kabur aja ke sini!" teriak Dudun dalam isak, ketika Tina dan Faiz baru berjalan berapa langkah.Jelas teriakan Dudun itu membuat keki hati Tina. Bocah ini benar-benar tukang hasut kelas berat, batin Ibu Faiz tersebut."Iya, Dun!?" balas Faiz dengan teriakan juga.Dia menoleh ke belakang sambil melambaikan tangan.Dengan cepat Tina meraih tangan Faiz, meraih dengan lembut dan tak melepaskannya. Sehingga mereka berjalan sambil bergandeng tangan.Peringatan Dudun mungkin karena rasa persahabatan yang kental antara mereka. Rasa takut akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap Faiz.Apa lagi hati Dudun sedang dipenuhi oleh rasa khawatir. Khawatir tidak akan bertemu lagi dengan Faiz ... khawatir Faiz akan di pelototin Om Darto dan khawa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • KAPAN AYAH PULANG    TIDUR BERSAMA IBU

    TIDUR BERSAMA IBUBAB KE : 8Di ambang pintu, Tina tidak mengetuk seperti perkiraan Faiz. Cukup sekali dorong, pintu itu telah terbuka. Mereka masuk tanpa salam.Faiz merapat mengikuti langkah Ibunya dari belakang, dengan kedua tangan berpegangan pada baju Tina. Sekali-kali mata Faiz mengintip lewat punggung Ibunya. Menyapu ruang depan mencari sosok Darto. Entah kenapa ada rasa malas di hati Faiz untuk bertemu dengan Darto. Untunglah di dekat meja ruang depan, sosok itu tak terlihat.Walau menurut Tina, Om Darto sudah jadi baik. Tapi Faiz tetap tidak berani bertemu dengannya. Faiz takut di pelototin.Tina terus melangkah menuju ruang tengah yang berbatas dengan dapur dan kamar mandi. Sebelum memasuki ruang tengah, Faiz menghentikan langkahnya. Sehingga bagian baju Tina yang dipegang Faiz seperti ditarik dari belakang.Tina pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang menatap Faiz."Aku tidak mau ke san

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • KAPAN AYAH PULANG    CELENGAN FAIZ

    KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 9CELEENGAN FAIZSetelah Faiz tidur, perlahan Tina turun dari ranjang. Dia turun dengan hati-hati, memastikan tidak ada suara atau gerakkan yang bisa mengganggu kenyenyakkan Faiz.Bahkan ketika menuju pintu kamar, Tina berjalan dengan mengendap-endap. Menjaga langkahnya agar tidak menimbulkan suara sedikit pun.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • KAPAN AYAH PULANG    KESEDIHAN THORIQ

    KESEDIHAN THORIQBAB KE : 10Bus berjalan pelan di sela perbukitan membelah jalan utama antar provinsi.Medan yang sulit, dengan belokan dan tanjakkan di sisi lereng membuat awak armada harus ekstra hati-hati.Berapa kali penumpang seperti di ayun saat bus merambah area yang tak rata dan menurun.Perjalanan ini sangat berat dan melelahkan bagi sebagian besar penumpang. Wajah mereka begitu kuyu dan terlihat letih.Wajah kuyu dan letih itu juga tersirat dari muka Thoriq. Lelaki yang hanya duduk diam dekat jendela.Bangku di sebelahnya kosong, sehingga sepanjang perjalanan tidak ada orang yang bisa diajak untuk mengobrol.Tapi, andaipun ada.Mungkin dia akan tetap memilih diam, karena Thoriq bukanlah tipe lelaki yang suka banyak bicara. Apa lagi seperti saat ini, dimana dia lebih sibuk dengan pikirannya sendiri.Pikiran yang berkecamuk dengan segala kesedihan. Kes

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • KAPAN AYAH PULANG    MIMPI THORIQ

    KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 11MIMPI THORIQ18+"Cibora habissss...!""Cibora habissss...!"Teriakan kondektur bus menyadarkan Thoriq dari lamunan. Ternyata mereka telah sampai di sebuah terminal di sebuah Kota Kabupaten.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • KAPAN AYAH PULANG    DERITA THORIQ DI PASAR INDUK

    KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 12DERITA THORIQ DI PASAR INDUK18+Setelah melaksanakan shalat Subuh, Thoriq duduk di kaki mushala. Pandangannya menatap jauh dengan pikiran gundah.Jarak antara terminal dengan pasar induk sebenarnya terbilang dekat, namun cukup melelahkan bila ditempuh dengan berjalan kaki.Tapi Thoriq tak punya pilihan, karena tidak sepeserpun uang ada dalam kantongnya. Dia harus jalan kaki agar segera bertemu dengan Tamrin.Setelah menarik napas dalam dan ucapkan Bismillah, Thoriq bangkit dan mulai mengayunkan langkah meninggalkan mushala tempat dia bernaung semalam.Untunglah ada yang memberi tau jalan pintas, hingga Thoriq tidak perlu lagi melangkah di sepanjang trotoar jalan raya yang berdebu. Dan tentu jarak tempuh jadi lebih dekat.Keringat bercucuran dan perut terasa melilit disaat Thoriq memasuki pintu gerbang pasar induk. Haus dan lapar menyatu membuat tubuhnya sedikit lemah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • KAPAN AYAH PULANG    PELAJARAN DARI BOCAH KECIL BERNAMA UCIL

    KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 13PELAJARAN DARI BOCAH KECIL BERNAMA UCIL18+"Om, kenapa menangis?" tanya si bocah penuh keheranan.Thoriq tersentak, dengan cepat dia menyeka air yang membasahi pipinya."Nggak apa-apa," jawab Thoriq berusaha melepas seulas senyum."Nggak apa-apa, kok nangis? Om, sakit?" tanya bocah itu lagi, sambil menatap dalam wajah Thoriq.Jelas keluguan seorang bocah tersirat dari wajahnya yang polos. Ada rasa kasihan yang timbul di hatinya, apa lagi ketika melihat wajah Thoriq yang sedikit pucat dengan bibir kering.Memang wajah Thoriq kelihatan agak pucat, mungkin karena kurang tidur selama dalam perjalanan, belum lagi ditambah rasa letih dan lapar yang sedang dia derita."Tidak ... Om tidak sakit," jawab Thoriq sambil memasukan berapa butir bawang merah ke dalam kantong kresek yang kini telah berada dalam peganggan si bocah.Itulah

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07
  • KAPAN AYAH PULANG    PENDERITAAN THORIQ BELUM BERAKIR

    KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 14PENDERITAAN THORIQ BELUM BERAKIR18+Mungkin ruangan itu hanya berukuran kurang dari tiga kali tiga meter ... sangat sempit! Bahkan kamar Thoriq di kampung, jauh lebih besar dari ruangan ini.Diruangan itulah Ucil dan Ibunya tinggal, berbaur dengan segala macam benda-benda keperluan se hari-hari.Lemari plastik yang warnanya telah kusam terlihat berdiri agak miring di pojok ruangan. Mungkin karena usianya yang telah tua. Sehingga tidak kuat lagi tegak dengan sempurna menahan beban yang ada di dalamnya.Bagi sebagian orang, lemari seperti itu tidak lagi terpakai dan akan dibuang ke tempat sampah. Tidak demikian dengan keluarga Ucil, lemari kusam itu masih bisa mereka manfaatkan untuk menyimpan pakaian.Di pinggir ruangan, juga terlihat kardus yang berjejer dekat dinding. Entah apa isinya, Thoriq tidak begitu jelas memperhatikan.Mungkin saja di dalam

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07

Bab terbaru

  • KAPAN AYAH PULANG    BIARLAH YANG LALU BERLALU JIKA MASIH ADA CINTA DI HATIMU

    BAB KE : 19716+Setelah pertemuan itu, hubungan mereka pun semakin membaik, malah Dudun dan Faiz hampir tiap minggu bertandang ke rumah Sisilia. Setiap hari libur, mereka berkumpul di rumah Sisilia, ada-ada saja yang mereka lakukan untuk menuai kebahagiaan. Tidak hanya Dudun dan Faiz. Naufal dan istrinya juga suka ikut berkumpul bersama mereka. Satu hal yang paling membuat Sisilia terharu. Perhatian Naufal, Dudun dan Faiz sangat luar biasa kepada papanya. Padahal Sisilia telah mengetahui bahwa orang tua Naufal dan Dudun juga termasuk korban kejahatan papanya di masa lalu, walau hal ini masih mereka rahasiakan pada Karta Setiawan. Anak-anak dari korban pembunuhan Karta Setiawan itu malah paling senang mendorong kursi roda Karta Setiawan, bahkan mereka tidak pernah bosan melatih Karta Setiawan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kesehatan papa Sisilia tersebut. Pertemuan demi pertemuan, telah membuat cinta mereka semakin mekar, bahkan Faiz tidak sungkan lagi menyusul S

  • KAPAN AYAH PULANG    UNTUK APA DENDAM BERKARAT PADA ORANG YANG TELAH BERTOBAT

    BAB KE : 19616+Faiz merasa heran dengan perubahan sikap Dudun dan Naufal itu, padahal jelas sekali betapa besar keinginan Dudun untuk balas dendam beberapa hari yang lalu. "Kita tidak perlu lagi menuntutnya, karena Tuhan telah memberi teguran pada beliau, dan beliau telah menyesali perbuatannya," jawab Naufal. "Lalu, bagaimana dengan kamu, Dun?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada Dudun yang sedang mengemudi. "Sebelum ke sini, kami telah membicarakan tindakan apa yang akan kami lakukan, dan inilah yang terjadi. Kalau mau detilnya, tanya saja pada Mas Naufal, apa yang dilakukan Mas Naufal tadi adalah keputusan Mas Naufal sendiri. Tapi saya mendukung, karena memang itu yang terbaik," jawab Dudun sambil melirik kaca spion dalam. Dia menatap wajah Faiz sekilas dari sana. Saat ini Faiz dan Naufal duduk berdua di bangku tengah, sedangkan Dudun sendirian di depan memegang kemudi. Rupanya sebelum menemui Sisilia, Naufal dan Dudun sempat berdiskusi. Naufal meminta Dudun untuk menjaga per

  • KAPAN AYAH PULANG    KALIMAT NAUFAL YANG MENGEJUTKAN

    BAB KE : 195 16+Seketika dada Faiz bergemuruh, gemuruh itu bertalu dengan rasa cemas yang kembali hadir. Faiz dapat menebak apa maksud ucapan Dudun itu. Naufal pun tertegun ketika mendengar apa yang disampaikan Dudun, dia menatap Dudun sesaat, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Oh, iya. Hampir lupa," jawab Naufal kemudian, lalu ujung matanya melirik pada Faiz.Naufal tercenung dengan raut serius, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, kemudian dia bangkit, membuat semua yang ada di ruangan itu mengarahkan mata pada Naufal. "Kamu berdiri, Dun!" perintah Naufal pada Dudun. Dudun pun mengikuti titah kakaknya. "Dorang kursimu ke belakang!" Naufal kembali memerintah yang segera dilaksanakan Dudun. Hati Faiz semakin cemas melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. Raut heran juga tergambar di wajah Vira, Sisilia dan Karta Setiawan. Naufal berjalan di antara celah meja dan kursi yang didorong Dudun tadi.Setelah posisinya berada antara Faiz dan adiknya, Naufal mendorong meja

  • KAPAN AYAH PULANG    KECEMASAN BELUM BERAKHIR

    BAB KE : 19416+Kemudian kalimat itu juga dapat dijadikan bamper oleh Faiz. Seandainya Naufal mengatakan akan menuntut Karta Setiawan, atas apa yang telah dia lakukan pada orang tua mereka. Faiz punya kesempatan untuk membela Karta Setiawan, tentu perasaan Sisilia akan terobati dengan pembelaan Faiz nantinya, karena Sisilia telah mengetahui isi hati Faiz berdasarkan ucapan Naufal tadi."Berarti mereka memang sehati. Sisilia juga seperti itu, dia tidak akan menikah kalau tidak dengan Faiz." Tawa Vira kembali meledak di ujung kalimatnya. "Saya tidak ada berkata seperti itu!" Cubitan Sisilia langsung mendarat di lengan Vira, yang membuat Vira meringis.Ruangan itu kembali penuh oleh suara tawa Naufal, Dudun dan Vira. Karta Setiawan juga ikut tertawa walau tawanya belum begitu jelas."Yang sehati, sebenarnya saya dengan kamu! Saya tidak nikah-nikah, kamu juga ikutan menjomblo sampai sekarang," balas Sisilia dengan mulut geregetan. Tangan Sisilia kembali bergerak untuk mencubit Vira,

  • KAPAN AYAH PULANG    SUASANA YANG BERUBAH ARAH

    BAB KE : 19316+Karta Setiawan duduk berhadapan dengan Dudun. Mereka juga dipisahkan oleh meja yang sama, dari ujung ke ujung, mungkin jaraknya sekitar satu meter.Setelah beberapa saat, Naufal mulai berbicara untuk menyampaikan apa sebenarnya tujuan dan maksud mereka datang. "Nama saya Naufal dan ini adik saya Dudun Suparman. Kami adalah keluarga Faiz." Naufal mengawali dengan memperkenalkan diri pada Sisilia dan Karta Setiawan, setelah melirik ke arah Faiz, dan memastikan bahwa Faiz telah siap mendengar apa yang akan dia sampaikan. Perkenalan Naufal hanya dijawab dengan anggukan oleh Sisilia dan Karta Setiawan. "Sebenarnya tujuan kami ke sini, memang membawa maksud tertentu yang ingin kami sampaikan, tapi ijinkan kami terlebih dulu mengucapkan terima kasih pada Sisilia yang telah bersedia merawat Faiz, walaupun pada saat itu keadaan rumah sakit sangat sibuk, tapi Sisilia bersedia menangani Faiz dengan cepat."Naufal menatap Sisilia sesaat, lalu beralih pada Vira yang ada di s

  • KAPAN AYAH PULANG    KEKAKUAN FAIZ DAN SISILIA

    BAB KE : 19216+Meskipun Dudun seorang police yang bermental baja, tapi rasa haru juga menyeruak ke dalam hatinya menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya. Begitu pula dengan Naufal.Bola mata kakak-beradik itu memerah dengan kilauan seperti kaca. Mereka berusaha keras agar air yang ada di bola mata mereka tidak merembes keluar. Begitu pula dengan perawat Karta Setiawan, walau tidak mengetahui peristiwa apa sebenarnya yang terjadi, tapi melihat adegan tersebut, dia pun tidak mampu menahan tangis.Faiz masih terpaku di samping Sisilia, dia hanya menunduk tanpa berani menatap siapa pun. Sementara air matanya ikut berlinang di pipi. Entah sudah berapa kali Faiz mengusap wajah, demi mengapus air yang ada di sana. "Su-su-ruh-lah me-me-reka ma-masuk!" ucapan Karta Setiawan menyadarkan mereka semua, sehingga apa yang sedang menumpuk di pikiran mereka langsung buyar. "Eh, iya! Ayo masuk, Mas!" Vira menghadap Naufal dan Dudun. Terdengar suara Vira agak serak dalam isak, mungkin

  • KAPAN AYAH PULANG    PERANAN VIRA YANG CERDAS

    BAB KE : 19116+Sebelumnya, jangankan untuk mengangkat tangan, untuk menggerakannya saja Karta Setiawan sudah kesulitan. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Faiz, juga telah membuat Karta Setiawan mampu berbicara, walaupun dengan susah payah dan terbata-bata, serta perlu waktu yang cukup lama untuk menyampaikan sepotong kalimat, tapi apa yang disampaikannya dapat dimengerti. Wajar, jika hal itu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan bagi Vira, bahkan dia menganggap kejadian ini adalah sebuah keajaiban. "Papa ...! Heiiiyyy, apa yang kalian lakukan pada papa saya?!"Sebuah bentakan mengejutkan mereka yang ada di halaman. Perawat, Vira, Dudun dan Naufal serentak menoleh ke sumber suara tersebut. Faiz melepaskan pelukannya dari Karta Setiawan, kemudian ikut menoleh ke arah Sisilia yang telah berada di depan pintu. Dengan susah payah Karta Setiawan juga memalingkan mukanya ke arah Sisilia. "Naak-nak!" cukup keras suara yang keluar dari mulut Karta Setiawan memanggil anaknya

  • KAPAN AYAH PULANG    PERTEMUAN SI PEMBUNUH DENGAN ANAK-ANAK KORBAN PEMBUNUHANNYA

    BAB KE : 19016+"Saya baik-baik aja Faiz .... " Vira menjawab pertanyaan Faiz setelah mereka berhadapan. "Eh, ya. Sampai lupa! Ayo masuk!" lanjut Vira ketika matanya menoleh pada Naufal dan Dudun. Vira sedikit kikuk menatap ke dua lelaki yang ada di depannya. Dia merasa malu karena belum sempat menyapa atau sekedar mengangguk pada dua lelaki yang posisinya jauh lebih dekat dengannya.Karena keterkejutannya ketika melihat Faiz, membuat Vira mengabaikan kedua lelaki tersebut. "Kenalkan. Saya Naufal dan ini Dudun, adik saya. Kami masih saudaranya Faiz." Sebelum melangkahkan kaki, Naufal memperkenalkan dirinya dan Dudun. "Saya Vira," jawab Vira sambil merangkapkan kedua tangan di depan dada dengan sedikit menundukan kepala tanda hormat, kemudian matanya kembali melirik pada Faiz. "Kalau Faiz, tidak perlu saya perkenalkan lagi, kan?" Senyum lepas dari bibir Naufal sambil ikut melirik ke arah Faiz. Dudun juga ikut tersenyum, hanya wajah Faiz saja yang masih terlihat agak tegang, b

  • KAPAN AYAH PULANG    KUNJUNGAN FAIZ, DUDUN DAN NAUFAL KE RUMAH SISILIA CARLINA

    BAB KE : 18916+Sejak kedatangan Vira, hampir setiap hari terdengar gelak tawa dari dalam rumah tersebut. Bahkan hampir saban hari mereka pergi jalan-jalan untuk menikmati indahnya Ibu Kota. Setiap pergi jalan-jalan, Sisilia selalu membawa semua orang yang bekerja di rumahnya, Disamping untuk berbagi kebahagiaan, tenaga mereka juga bermanfaat untuk memindahkan Karta Setiawan dari kursi roda ke dalam mobil, begitu pula sebaliknya. Ketika Sisilia menceritakan pertemuannya dengan Faiz pada Vira, tentu saja hal tersebut membuat Vira sangat terkejut, yang bahkan membuat dia sulit mempercayainya. Vira tidak pernah menyangka, Sisilia akan bertemu lagi dengan Faiz yang telah sekian lama menghilang, tapi itulah kekuasaan Tuhan, apa-apa yang tidak kita sangka, bisa saja menjadi kenyataan. Akhirnya Sisilia berkonsultasi dengan Vira tentang banyak hal, terutama tentang Faiz dan rasa yang ada di hatinya. Sisilia dan Vira adalah dua orang sahabat yang sama-sama berhasil menggapai impianny

DMCA.com Protection Status