Hari berikutnya, Angel membawa Bema mengunjungi kafenya. Ia memperkenalkan seluruh karyawan, sudut ruangan hingga menu pada Bema. Tak ada hal yang ingin Angel sembunyikan. Mereka akan segera bersama.
Usai berkeliling, mereka menikmati spaghetti yang merupakan highly recommend di kafe ini.
“Ini sangat enak?” Bema mengangguk-anggukan kepalanya sambil mengunyah. Tak heran banyak pengunjung yang datang, cita rasa makanannya memang tak kalah dengan restoran bintang lima.
Angel senang mendengar itu. “Ya, kan?” Ia pun memang setuju bahwa spagheti ini sangat enak dan berbeda dari biasanya. Itu karena chef yang ia miliki berasal dari Italia langsung.
Angel menggenggam tangan Bema yang berada di atas meja, ia mengusap-usapnya. Hal itu membuat Bema berhenti makan dan fokus menatap Angel dengan bertanya-tanya.
“Ada hal yang ingin aku katakan.” Angel memaksakan senyuman terbaiknya.
B
“Apakah kamu ingin menambah masa jabatan mu lagi di gelombang berikutnya?”Salim tertawa mendengar pertanyaan Dewo dari sambungan ponsel tersebut. Tidak ada yang bisa memahaminya dengan baik selain Dewo. Satu-satunya orang yang membuatnya ambisius. Namun juga harus jujur dalam waktu bersamaan.“Hmm. Aku rasa akan lebih menantang bila aku mencalon presiden.” Salim mengatakan sambil bercanda.“Ide yang bagus. Aku akan mendukung mu.”Salim tersedak hingga ia batuk. Air mata bahkan keluar dari sudut matanya. Bercanda dengan Dewo sama dengan merealisasikan idenya. Dia tidak bisa diajak bercanda sama sekali. “Aku hanya bercanda.”Giliran Dewo yang tertawa, “Bercanda mu tidak jelek. Pelajari lah cara mencalon presiden, aku akan mendukungmu dari segi apapun.”Salim tahu itu, kedudukannya saat ini juga atas campur tangan Dewo yang mendukungnya. Tetapi menj
Baik Dewo maupun Byanca sama-sama terkejut seakan mereka sedang berselingkuh dan dipergoki. Byanca lebih dahulu memutar badannya dan menemukan Rina dengan tatapan menyelidiki.“Mami mengejutkan saja,” protes Byanca dengan memegangi dadanya.Rina mengerlingkan mata dan duduk di hadapan mereka berdua. “Kalian, bapak dan anak sedang merencanakan apa?”Tidak ada tanda-tanda Dewo akan menjawab, jadi Byanca berinisiatif ingin mengerjai maminya. “Kami berencana ingin menjual perusahaan Mami.”Bukan hanya Rina yang terkejut, Dewo juga bahkan matanya menatap tajam Byanca. Sejak kapan ia membuat rencana itu? Perusahaan Rina? Masuk saja dia belum pernah, bagaimana ingin menjualnya.“Jangan jadi anak durhaka kamu, By. Jika bukan karena perusahaan itu kamu tidak akan bisa membelikan Ken kuda,” kritik Rina dengan penuh emosi.Ya, seminggu yang lalu, Byanca menghadiahi Ken kuda atas keberhasilan Ken memenangk
Hari kian berganti. Waktu terasa lari begitu cepat. Berbagai persiapan telah dilakukan oleh Angel dan Bema beserta keluarga menjelang hari pernikahan. Kabar baik ini telah mewabah hingga ke seluruh negeri. Berbagai ucapan doa dan juga kritikan mereka telan. Ada pula yang bersuka cita dengan mengirimkan ucapan selamat berupa hadiah.Acara diadakan selama 3 hari berturut-turut. Untuk hari pertama adalah acara siraman dan juga pengajian. Acara tersebut dilaksanakan di kediaman orang tua Angel. Angel berbalut kebaya hijau muda terlihat ayu dengan riasan sederhana pada saat acara pengajian. Diapit oleh kedua orang tuanya, ia terlihat seperti anak yang tak ingin berpisah. Air mata terus keluar dan disapu dengan tisu. Beberapa kamera berdiri di hadapan mereka. Angel dan keluarga tak merasa keberatan karena memang sebelumnya telah dibicarakan.Adapun mengenai komentar buruk tentang Angel, Salim telah melakukan banyak upaya untuk menimilisir itu bahkan ia meminta bantuan hacker
Keluarga Bema dan keluarga Angel menggunakan pakaian yang senada yaitu perpaduan warna cokelat muda dan batik. Mereka duduk saling berjejeran di belakang meja akad hanya Salim dan David yang berada satu meja dengan pengantin dan penghulu. Nantinya, Salim sendirilah yang membantu Bema untuk mengijab qabul. Indira juga hadir. Ia duduk diantara Bian dan Brian. Sementara di depan mereka adalah bunda Rentina dan istri ayah David. Mereka terlihat canggung dan tidak berinteraksi satu sama lain.Semua pandangan beralih pada Angel, sang mempelai wanita. Angel dengan hati-hati duduk di sebelah Bema. Dia seperti putri yang baru saja keluar dari istana. Tubuhnya wangi hingga menguar di area indera penciuman Bema. Ketika tatapan mereka bertemu, mereka saling melemparkan senyuman. Entah mengapa ini adalah kali pertama Angel merasa canggung duduk di sebelah Bema.“Anak saya tidak akan pergi. Kamu menatapnya seolah ia lalat yang mudah terbang,” gurau Salim mengejek Bema ya
Melepas rindu dengan bertemu adalah impian. Menyelami kenangan bersama orang yang sama hingga memutar kembali memori di masa depan. Angel dan Byanca adalah teman waktu kecil, banyak kejadian yang mereka lakukan bersama hingga dewasa pun mereka intens berkomunikasi meski jarang bertemu karena Byanca sekolah di luar negeri.Angel tak membayangkan kehadiran Byanca di hari bahagianya. Dia sudah pesimis ketika Papa mengatakan bahwa tidak ada kabar lagi dari om Dewo. Angel pun tak berani secara terbuka menghubungi Byanca dan memintanya datang karena ia takut Byanca belum siap bertemu keluarga Bema.Nyatanya tidak. Byanca hadir menyaksikan hari bahagianya. Ini adalah hadiah terindah bagi Angel.Mama Irene membawa Byanca dan Dewo duduk di bagian keluarganya. Kemudian Salim dan Angel duduk kembali ke meja akad. Suasana berganti menjadi canggung terutama pada Bian. Tepat di sebelahnya adalah Byanca meski ada jarak tetapi Bian masih bisa mencium parfumnya. Wangi itu masih
“Jadi apakah kalian akan langsung pulang ke Busan?”Acara telah usai dan banyak tamu yang sudah kembali pulang. Tersisa hanya keluarga inti saja. Mereka sedang duduk melingkar di ruang tamu, ada Dewo dan Byanca juga yang bergabung. Tentu keluarga Bema juga ada di sana.Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang ditujukan Salim pada Dewo dan Byanca.“Mungkin tidak. Ada beberapa hal yang aku dan Byanca akan kerjakan di sini.”Byanca yang sejak tadi menikmati pudding, sontak menoleh ke Dewo. Ini tidak seperti perjanjian mereka pada Ken, dimana mereka hanya meminta izin ke Jakarta selama 2 hari saja. Kendati, Byanca tak berani protes di khalayak ramai. Itu akan membuat spekulasi yang berbeda-beda.Diam-diam Dewo mengelus tangan Byanca sambil mengangguk seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja selama mereka di sini. Byanca tahu itu tetapi apa yang ingin mereka kerjakan selama di Jakarta.“Kak By…”
‘Aku juga merindukan Ken’Bian menelan pahit ucapan yang hanya bisa ia katakan dalam hati. Mereka membicarakan Ken seolah ia bukan ayah kandungnya. Bian tahu betapa jahatnya ia tetapi itu tidak bisa menutupi kebenaran bahwa ia lah ayah biologis Ken.Rentina juga merasa malu. Ia seperti sedang di-roasting oleh komika di atas panggung. Ken juga bagian keluarganya. Ken adalah cucu semata wayangnya saat ini tetapi seolah ia orang asing.“Kalau begitu kami akan ikut bersama Kakak dan Om Dewo,” keputusan sepihak Angel. Ia yakin Bema akan setuju, lagi pula menurut Angel ini adalah kesempatan untuk Bema menunjukkan bahwa ia masih menyayangi keponakannya itu. Ia bukan orang yang ikut-ikutan atas apa yang telah dilakukan kakaknya. Biarlah keretakan rumah tanggan Byanca dan Bian saja yang bermasalah, tetapi mereka tidak kena imbasnya.“Baik. Om akan menyiapkan sebuah villa untuk kalian. Tetapi hanya kalian berdua saja kan?”
Semenjak acara akad tersebut, Bian sama sekali tidak bisa tenang. Ia pikir ia akan kuat bila bertemu dengan Byanca kembali. Ternyata tidak. Dia rapuh dan tak bisa mengontrol kerinduannya. Di tengah malam, ia menghadap langit dengan tangisan yang menyesakkan.Byanca adalah kelemahannya. Mulutnya memang menolak untuk mengakui itu tetapi hatinya tidak bisa berbohong. Setiap kali ia menatap Byanca, jantungnya masih sama seperti dahulu—detaknya.“By, apa kabar?”Itu adalah hal yang ingin ia lontarkan sejak semalam ketika bertemu Byanca. Kini, semuanya terasa berbeda. Byanca bukan lagi hal yang bisa ia sentuh bahkan ajak berbicara saja rasanya sudah tidak bisa. Terlalu tebal dinding yang membenteng keduanya.Akankah masalah mereka hanya menyakitkan bagi Byanca? Tidak. Nyatanya dia yang pelaku juga korban. Dia juga hancur bahkan beribu kali, apa lagi mengingat kalimat terakhir Byanca yang mengatakan benci.Kenapa harus seperti ini? Andai