Melihat wajah Bema, Rentina semakin tidak tega. Cita-citanya ingin bahagia di masa depan untuk menutupi luka di masa lalu. Rentina masih mengingat deretan kata tersebut. Adapun Bian, ia pikir sudah banyak hal yang dilakukan. Nanti ia akan berterus terang pada Bian.
Rentina tersenyum dan mengelus rambut Bema, “Tuan Salim hanya ingin mengenal anak bunda langsung dari Bunda.”
Ia menarik tangan Bema dan mereka duduk di ruang tamu, “Haruskah Bunda membuatkan lagu untuk hadiah pernikahan kalian?” tanyanya dengan mata berbinar.
Bema tersenyum senang. Siapa yang tidak senang mendapatkan hadiah yang begitu bagus di hari bahagianya. Dengan manja, ia memeluk pinggang Rentina dari samping, “Jika tidak memberatkan Bunda maka Bema dan Angel akan menerimanya dengan senang hati.”
“Tentu,” ucap Rentina.
Melihat kebahagiaan dari Rentina, Bema menganggap bahwa pertemuan mereka memang membicarakan hal yang baik. Ini siny
Hari berikutnya, Angel membawa Bema mengunjungi kafenya. Ia memperkenalkan seluruh karyawan, sudut ruangan hingga menu pada Bema. Tak ada hal yang ingin Angel sembunyikan. Mereka akan segera bersama.Usai berkeliling, mereka menikmati spaghetti yang merupakan highly recommend di kafe ini.“Ini sangat enak?” Bema mengangguk-anggukan kepalanya sambil mengunyah. Tak heran banyak pengunjung yang datang, cita rasa makanannya memang tak kalah dengan restoran bintang lima.Angel senang mendengar itu. “Ya, kan?” Ia pun memang setuju bahwa spagheti ini sangat enak dan berbeda dari biasanya. Itu karena chef yang ia miliki berasal dari Italia langsung.Angel menggenggam tangan Bema yang berada di atas meja, ia mengusap-usapnya. Hal itu membuat Bema berhenti makan dan fokus menatap Angel dengan bertanya-tanya.“Ada hal yang ingin aku katakan.” Angel memaksakan senyuman terbaiknya.B
“Apakah kamu ingin menambah masa jabatan mu lagi di gelombang berikutnya?”Salim tertawa mendengar pertanyaan Dewo dari sambungan ponsel tersebut. Tidak ada yang bisa memahaminya dengan baik selain Dewo. Satu-satunya orang yang membuatnya ambisius. Namun juga harus jujur dalam waktu bersamaan.“Hmm. Aku rasa akan lebih menantang bila aku mencalon presiden.” Salim mengatakan sambil bercanda.“Ide yang bagus. Aku akan mendukung mu.”Salim tersedak hingga ia batuk. Air mata bahkan keluar dari sudut matanya. Bercanda dengan Dewo sama dengan merealisasikan idenya. Dia tidak bisa diajak bercanda sama sekali. “Aku hanya bercanda.”Giliran Dewo yang tertawa, “Bercanda mu tidak jelek. Pelajari lah cara mencalon presiden, aku akan mendukungmu dari segi apapun.”Salim tahu itu, kedudukannya saat ini juga atas campur tangan Dewo yang mendukungnya. Tetapi menj
Baik Dewo maupun Byanca sama-sama terkejut seakan mereka sedang berselingkuh dan dipergoki. Byanca lebih dahulu memutar badannya dan menemukan Rina dengan tatapan menyelidiki.“Mami mengejutkan saja,” protes Byanca dengan memegangi dadanya.Rina mengerlingkan mata dan duduk di hadapan mereka berdua. “Kalian, bapak dan anak sedang merencanakan apa?”Tidak ada tanda-tanda Dewo akan menjawab, jadi Byanca berinisiatif ingin mengerjai maminya. “Kami berencana ingin menjual perusahaan Mami.”Bukan hanya Rina yang terkejut, Dewo juga bahkan matanya menatap tajam Byanca. Sejak kapan ia membuat rencana itu? Perusahaan Rina? Masuk saja dia belum pernah, bagaimana ingin menjualnya.“Jangan jadi anak durhaka kamu, By. Jika bukan karena perusahaan itu kamu tidak akan bisa membelikan Ken kuda,” kritik Rina dengan penuh emosi.Ya, seminggu yang lalu, Byanca menghadiahi Ken kuda atas keberhasilan Ken memenangk
Hari kian berganti. Waktu terasa lari begitu cepat. Berbagai persiapan telah dilakukan oleh Angel dan Bema beserta keluarga menjelang hari pernikahan. Kabar baik ini telah mewabah hingga ke seluruh negeri. Berbagai ucapan doa dan juga kritikan mereka telan. Ada pula yang bersuka cita dengan mengirimkan ucapan selamat berupa hadiah.Acara diadakan selama 3 hari berturut-turut. Untuk hari pertama adalah acara siraman dan juga pengajian. Acara tersebut dilaksanakan di kediaman orang tua Angel. Angel berbalut kebaya hijau muda terlihat ayu dengan riasan sederhana pada saat acara pengajian. Diapit oleh kedua orang tuanya, ia terlihat seperti anak yang tak ingin berpisah. Air mata terus keluar dan disapu dengan tisu. Beberapa kamera berdiri di hadapan mereka. Angel dan keluarga tak merasa keberatan karena memang sebelumnya telah dibicarakan.Adapun mengenai komentar buruk tentang Angel, Salim telah melakukan banyak upaya untuk menimilisir itu bahkan ia meminta bantuan hacker
Keluarga Bema dan keluarga Angel menggunakan pakaian yang senada yaitu perpaduan warna cokelat muda dan batik. Mereka duduk saling berjejeran di belakang meja akad hanya Salim dan David yang berada satu meja dengan pengantin dan penghulu. Nantinya, Salim sendirilah yang membantu Bema untuk mengijab qabul. Indira juga hadir. Ia duduk diantara Bian dan Brian. Sementara di depan mereka adalah bunda Rentina dan istri ayah David. Mereka terlihat canggung dan tidak berinteraksi satu sama lain.Semua pandangan beralih pada Angel, sang mempelai wanita. Angel dengan hati-hati duduk di sebelah Bema. Dia seperti putri yang baru saja keluar dari istana. Tubuhnya wangi hingga menguar di area indera penciuman Bema. Ketika tatapan mereka bertemu, mereka saling melemparkan senyuman. Entah mengapa ini adalah kali pertama Angel merasa canggung duduk di sebelah Bema.“Anak saya tidak akan pergi. Kamu menatapnya seolah ia lalat yang mudah terbang,” gurau Salim mengejek Bema ya
Melepas rindu dengan bertemu adalah impian. Menyelami kenangan bersama orang yang sama hingga memutar kembali memori di masa depan. Angel dan Byanca adalah teman waktu kecil, banyak kejadian yang mereka lakukan bersama hingga dewasa pun mereka intens berkomunikasi meski jarang bertemu karena Byanca sekolah di luar negeri.Angel tak membayangkan kehadiran Byanca di hari bahagianya. Dia sudah pesimis ketika Papa mengatakan bahwa tidak ada kabar lagi dari om Dewo. Angel pun tak berani secara terbuka menghubungi Byanca dan memintanya datang karena ia takut Byanca belum siap bertemu keluarga Bema.Nyatanya tidak. Byanca hadir menyaksikan hari bahagianya. Ini adalah hadiah terindah bagi Angel.Mama Irene membawa Byanca dan Dewo duduk di bagian keluarganya. Kemudian Salim dan Angel duduk kembali ke meja akad. Suasana berganti menjadi canggung terutama pada Bian. Tepat di sebelahnya adalah Byanca meski ada jarak tetapi Bian masih bisa mencium parfumnya. Wangi itu masih
“Jadi apakah kalian akan langsung pulang ke Busan?”Acara telah usai dan banyak tamu yang sudah kembali pulang. Tersisa hanya keluarga inti saja. Mereka sedang duduk melingkar di ruang tamu, ada Dewo dan Byanca juga yang bergabung. Tentu keluarga Bema juga ada di sana.Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang ditujukan Salim pada Dewo dan Byanca.“Mungkin tidak. Ada beberapa hal yang aku dan Byanca akan kerjakan di sini.”Byanca yang sejak tadi menikmati pudding, sontak menoleh ke Dewo. Ini tidak seperti perjanjian mereka pada Ken, dimana mereka hanya meminta izin ke Jakarta selama 2 hari saja. Kendati, Byanca tak berani protes di khalayak ramai. Itu akan membuat spekulasi yang berbeda-beda.Diam-diam Dewo mengelus tangan Byanca sambil mengangguk seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja selama mereka di sini. Byanca tahu itu tetapi apa yang ingin mereka kerjakan selama di Jakarta.“Kak By…”
‘Aku juga merindukan Ken’Bian menelan pahit ucapan yang hanya bisa ia katakan dalam hati. Mereka membicarakan Ken seolah ia bukan ayah kandungnya. Bian tahu betapa jahatnya ia tetapi itu tidak bisa menutupi kebenaran bahwa ia lah ayah biologis Ken.Rentina juga merasa malu. Ia seperti sedang di-roasting oleh komika di atas panggung. Ken juga bagian keluarganya. Ken adalah cucu semata wayangnya saat ini tetapi seolah ia orang asing.“Kalau begitu kami akan ikut bersama Kakak dan Om Dewo,” keputusan sepihak Angel. Ia yakin Bema akan setuju, lagi pula menurut Angel ini adalah kesempatan untuk Bema menunjukkan bahwa ia masih menyayangi keponakannya itu. Ia bukan orang yang ikut-ikutan atas apa yang telah dilakukan kakaknya. Biarlah keretakan rumah tanggan Byanca dan Bian saja yang bermasalah, tetapi mereka tidak kena imbasnya.“Baik. Om akan menyiapkan sebuah villa untuk kalian. Tetapi hanya kalian berdua saja kan?”
Tidak ada yang bisa menerima sebuah perpisahan. Baik pisah hidup maupun mati. Semua yang pernah bersama ingin selalu bersama hingga akhir hayat bahkan di kehidupan selanjutnya. Dunia fana ini selalu diimingi dengan kebahagiaan semata. Nyatanya kebahagiaan itu semu.Renata melakukan aksinya untuk memisahkan Dewo dan Rina karena kebenciannya pada ayah Dewo, Pramasta yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya. Tidak hanya itu, menurut Rentina sejak sahabatnya itu—Dewo—mengenal Rina waktunya sangat sedikit untuk Rentina. Hal itu semakin memupuk rasa kebenciaannya.Strategi demi strategi untuk balas dendam telah direncanakan. Salah satu yang direalisasikannya adalah masuknya orang ketiga dalam rumah tangga Dewo. Sebenarnya itu tidak murni rencananya. Rams berselingkuh dengan seorang wanita bernama Mellisa. Suatu hari, Rams mengatakan bahwa Mellisa tengah mengandung anak mereka. Rentina tidak dapat menerima itu, dia pun kesal pada Rams dan mengancam Rams atas
Rentina tersadar dari hanyutan masa lalunya. Matanya memerah menatap Dewo. Aura kebencian terpancar dari lensa hitam tersebut. Aliran darahnya seakan membuncah untuk membalaskan dendam kepada Dewo. Sialnya, rantai yang kuat ini menjeratnya.“Pramasta apa kabar?”Ini adalah kali pertama ia menyebut nama ayah Dewo tanpa menggunakan embel-embel panggilan ‘om’ untuk kesopanan. Sejak ia menyelidiki lebih lanjut ucapan mantan supirnya, Rentina tidak menelan informasi itu mentah-mentah melainkan ia menyelidiki lebih lanjut. Masih ada harapan Rentina bahwa ayah temannya itu tidak bersalah. Satu demi satu bukti dan saksi Rentina kumpulkan selama bertahun-tahun hingga akhirnya bahwa kecurigaan itu adalah benar.Lalu apa yang dilakukan Rentina?Apakah ia langsung membalaskan dendamnya pada Pramasta?Tidak!!Ya, jawabannya tidak. Rentina tidak melakukan apapun kepada Pramasta karena ketika ia telah berhasil mengumpulkan semua buk
Perusahaan warisan ayah Rentina telah dikelola oleh adik kandung ayahnya sendiri yang mana nantinya akan diserahkan kepadanya. Rentina tidak terlalu mengambil berat hal itu karena ia menganggap dirinya masih belum mampu untuk mengelola perusahaan tersebut. Rentina hanya menerima hasil setiap bulan dan dimanfaatkan untuk biaya sekolahnya. Rentina sering berkunjung hanya untuk mendapatkan teka-teki atas kematian orang tuanya. Dia mulai melibatkan diri dalam pekerjaan di perusahaan. Mulanya hanya untuk memecahkan teka-teki, lama kelamaan menjadi ketertarikan untuk bekerja di sana. Rentina meminta kepada omnya untuk diajak bekerja, ia pun ingin mengambil peran dari mulai yang terendah dahulu. Rentina mempelajari setiap liku pekerjaan tersebut. Perusahaan ayah mengalami gejolak hingga hampir gulung tikar. Om Irwan, omnya mengaku sudah melakukan banyak cara untuk menstabilkan permasalahan tersebut. Permasalahan ini dipicu karena mereka salah memilih distributor. Uang yang
Flashback on“Rentina, ikhlaskan kepergian mereka!” ucap tantenya sambil memeluk tubuh remaja Rentina.Rentina mengatupkan mulutnya. Membungkam kesedihan yang membendung. Hari itu adalah hari yang sangat buruk bagi Rentina. Tak pernah ia bayangkan bahwa hari itu datang, hari dimana ia kehilangan dua orang yang disayanginya yaitu papa dan mamanya.“Tante, kata ikhlas memang mudah diucapkan tetapi, sangat sulit untuk diimplementasikan. Bagaimana aku akan menjalani hariku tanpa mereka? Aku hanya anak tunggal. Aku tak memiliki apapun dan siapapun lagi.”Rentina tahu bahwa ini kehendak Tuhan akan tetapi ia belum siap. Hati dan kepalanya terus berbicara akan sendiri yang akan dihadapinya. Rentina menekuk lututnya kemudian memeluk lutut itu, menggambarkan bahwa ia hanya bisa bertahan dengan dirinya sendiri. Hartanya adalah dirinya sendiri. Ia menangkup dan menangis sekencang-kencangnya. Para pelayat yang mengirimkan doa kepada orangtuanya
“Apa sebenarnya penyebab kalian merusak rumah tangga ku?”Rina tak mampu menahan seluruh gejolak pertanyaan yang telah dari Singapore ia pendam. Rina tak mementingkan waktu jika saat ini antara Rentina dan Dewo sedang bersitegang. Ia hanya ingin tahu agar dadanya tak sesak menahan.Mata Rentina beralih pada Rina. Alih-alih menjawab, ia justru menyunggingkan senyuman seakan mengejek Rina. Senyuman yang dulunya hangat kini menjadi tajam yang mampu menyabik hati Rina.“Karena kamu terlalu sombong, Rina.”Rina terpancing untuk menghampiri Rentina. Entah hanya sekedar mendekatkan telinganya agar memastikan bahwa ia tak salah dengar. Namun, Dewo segera mencegahnya. Dewo menarik tangan Rina dan membisikkan kata-kata penenang.Rina memejamkan mata kemudian mengatur emosinya. Ia tak boleh terpancing demi permasalahan ini cepat diselesaikan. Melihat wajah Rentina terlalu lama akan mempengaruhi kesehatan jantungnya.“Kamu
Rina menyunggingkan senyuman kepada Bian setelah mendengar teriakan Indira. Wanita itu sangat kacau dan berantakan. Rina mengira bahwa mentalnya telah terguncang. Ia mendekati Dewo dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi kepada Indira. Dewo hanya menjawab dengan mengangkat bahunya membuat Rina menghela napas malas. Sudah dalam keadaan seperti ini pun Dewo masih sempat untuk bermain rahasia. Di hadapan Rams dan Rentina terbentang sebuah sofa panjang dengan sebuah meja di hadapannya yang berisi banyak makanan dan juga minuman. Dewo mengajak mereka semua untuk duduk. “Rentina, Rams dan Indira kehadiranku membawa mereka semua ke sini bukan untuk menghukum kalian. Aku tahu semua orang pasti pernah melakukan kesalahan tidak terkecuali diriku sendiri. Aku ingin kita menyelesaikan dengan damai dan secara kekeluargaan. Tolong akui semua kesalahan kalian!” Tak munafik bahwa kekesalan Dewo kepada tiga manusia di hadapannya sudah mengubun-ubun tetapi ia masih memiliki h
Pesawat yang ditumpangi mendarat indah di Bandar udara Soekarno Hatta. Dewo beserta rombongan segera menaiki mobil yang telah disediakan. Perjalanan selanjtunya adalah menuju tempat penyekapan Rams dan Rentina. Sepanjang perjalanan, semua tampak tak banyak bicara. Hanya diam dan menerka-nerka akan bagaimana kelanjutan cerita ini.Begitu sampai tempat penyekapan, Salim telah menunggu mereka. Ia segera mendekat dan menyapa satu-persatu. Dewo tersenyum ramah dan juga berjalan di samping Salim.“Lalu, apa yang akan kau lakukan?” Siapapun pasti akan sangat penasaran. Begitu pula dengan Salim. Sudah lama ia menanti hari ini. Ia juga sudah lelah menebak konspirasi di antara semuanya.“Dimana Bema dan Brian?” Dewo berhenti dan memperhatikan sekitar. Hal tersebut juga membuat semuanya berhenti dan mengikuti arah pandang Dewo.“Aku sudah meminta mereka datang tetapi tidak tahu kemana dua anak itu.” Tak ingin membuat suasana hati
Langit cerah menutupi raut kemarahan dari dua anak manusia yang saling berhadapan dengan kondisi tubuh terikat tali. Mereka adalah Rentina dan Rams. Rentina menggerakkan tubuhnya; menggapai-gapai tangan Rams. Ia tak bisa dengan lantang menyuarakan isi kepalanya sebab mulutnya ditutupi lakban hitam yang menyebalkan.Rentina berusaha berbicara lewat mata. Sayangnya Rams nampak tak tertarik, ia memutar lehernya dan lebih memilih menatap dinding yang dipenuhi sarang laba-laba tersebut. Lebih baik melihat itu dari pada menatap Rentina dengan segala gejolak emosinya.“Apa kau tak ingin mengalahkan Dewo di dunia bisnis?” Rams mengingat dengan jelas kata-kata yang diucapkan Rentina dahulu. Kata yang menjadi mantra untuknya melakukan segala cara agar mengalahkan Dewo. Meski Dewo bukan tandingannya di dunia bisnis tetapi Rams mengal
Berdamai dengan keadaan adalah jalan yang dipilih Rina meski hati masih berbentur dengan luka masa lalu, tetapi ia begitu sadar bahwa semua karena jebakan. Rina memang mencoba untuk memaafkan Mellisa. Melihat Archi yang sedikit trauma membuat Rina merasa iba. Ia pernah melihat jiwa Byanca terguncang. Oleh sebab itu, ia tak ingin Archi juga nekat melakukan apa yang Byanca lakukan dahulu.Mellisa merasa terharu atas sikap Rina. Ia berulang mengucapkan terima kasih bahkan ia secara refelks memeluk Rina. Semua ini di luar ekspektasinya. Mellisa iri dengan Rina yang memiliki hati begitu lembut. Ia berjanji akan menjadikan dirinya lebih baik lagi untuk membalas kebaikan Rina. Untuk Dewo, ia tak akan mengejarnya lagi. Terserah pada Dewo untuk hidup seperti apa, lagi pula mereka telah berpisah sejak beberapa bulan yang lalu.Usai melepaskan pelukan Mellisa, Rina menatap Dewo dengan ekspresi tak terbaca. Dewo menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti arti tatapan itu. Rina t