“Sudah cukup, Arga. Sudah! Dari mana kamu dapatkan ini semua. Bukannya dulu kamu bilang kalau tidak punya uang?” Ucap Gea.“Kamu tidak perlu tahu tentang itu semua. Yang jelas saat ini, aku sudah tepati janji aku bukan? Aku datang kemari bukan untuk minta kamu kembali. Melainkan aku hanya ingin berikan ini semua kepadamu agar aku tidak terikat utang lagi sama kamu. Sekarang sudah lunas, sudah selesai semua bukan. Aku ucapkan terima kasih sama kamu, semoga hubungan kalian juga baik-baik saja ya!”“Ah, banyak bicara kamu!” Boy semakin geram dan kesal dengan Arga. Rasa cemburu itu datang kepadanya hingga membuat dia kesal dan menarik masker di wajah Arga tiba-tiba. Sontak semua yang melihat pun kaget dengan wajah Arga yang semakin tampan tidak seperti sebelumnya. Boy pikir, dia akan permalukan Arga ketika membuka masker itu. Justru akan membuat dia semakin banyak di kagumi siapa pun yang melihatnya termasuk Gea saat itu.Sementara itu, Elissa yang masih mengintai mereka tertawa cekikikan
Elissa berjalan ke kamar tamu, setelah tidak mendapatkan pintu masuk oleh Arga.“Elissa, tunggu sebentar. Papa juga ingin bicara sama kamu.” Panggil Papa Daniel, lalu Elissa pun ikut duduk bersama mertuanya.“Iya, ada apa, Pa?”“Elissa, Papa boleh minta tolong sama kamu?”“Minta tolong apa, Pa? Katakan saja. Kalau aku bisa bantu, pasti aku bantu.”“Begini, kamu tahu sendiri bagaimana sifat suami kamu itu. Papa ingin dia berubah menjadi lebih baik. Papa sudah kesal dengan dia. Sejak sekolah dia selalu saja buat masalah. Kalau tidak ganggu temannya, pasti dia mendapatkan nilai paling rendah. Terkadang Papa malu, selalu saja dapat panggilan gara-gara Arga yang berulah. Semenjak mamanya meninggal, hidupnya jadi tidak terarah. Hanya mamanya yang dia turuti. Papa tidak bisa nasihati dia. Dia tidak pernah mau dengar ucapan papa. Jadi papa mohon sama kamu. Tolong kamu rubah dia menjadi lebih baik ya? Dia itu butuh kasih sayang, tolong ajari dia belajar, nasihati dia baik-baik.”“Iya, Pa. Aku
“Duh, sakit banget. Aku benar-benar tidak kuat. Tolong aku, siapa pun!” Arga merintih kesakitan. Saat itu dia ragu-ragu ingin minta tolong dengan Elissa. Apa lagi di jam malam, tentu dia sudah tidur.“Ingin minta tolong siapa, papa tidak mungkin, Bibi Lusy juga tidak mungkin. Pasti dia sudah tidur jam segini. Lalu siapa? Masa Elissa. Dia juga pasti sudah tidur saat ini. Kaki aku sakit sekali, ya ampun. Aku harus bagaimana?”Arga mengecek handphone langsung, begitu mengusap handphone jarinya pun langsung menekan layar aplikasi WhatsApp. Dia iseng melihat kontak Elissa ternyata masih online saat itu.“Elissa belum tidur? Jam segini dia masih main WhatsApp? Chattingan dengan siapa dia?”Meski tahu Elissa belum tidur, Arga masih sungkan untuk minta tolong kepada Elissa. Sehingga Arga menggunakan cara lain, yaitu dia sengaja membuat status agar Elissa membacanya.“Kaki sakit, belum sembuh ditambah lagi sakit jatuh dari kamar mandi. Tolong aku ya Allah.”Begitulah caption yang Arga buat di
Arga terdiam, namun sikap egonya tetap ada. Meski Elissa sudah bangun dan bicara padanya, tetap saja Arga tidak mau minta tolong.“Ah, sudahlah. Aku mau tidur!” Ucap Elissa. Arga semakin kesal, rasanya dia ingin marah habis-habisan saat itu. Namun mengingat dirinya memang salah dan butuh pertolongan, akhirnya dia menarik napas dalam dan memberanikan diri minta tolong Elissa untuk membantu dirinya.“Huuuff fyuuuhhh! Hem, Elissa. Aku minta tolong sama kamu, tolong pijati kaki aku. Kakiku sakit sekali, aku tidak bisa tidur malam ini. Aku mohon sama kamu jika kamu bersedia.” Pinta Arga dengan sangat lembut. Elissa pun diam-diam tersenyum. Lalu membalikkan tubuhnya lagi dan berkata dengan Arga.“Nah, begini ‘kan enak kedengarannya. Coba ulangi sekali lagi?”“Apa? Tidak.”“Ya sudah kalau tidak mau, itu artinya kamu tidak tulus minta tolongnya.” Elissa menarik selimut lagi.“Iya, iya. Aku minta tolong, aku mohon. Ya Elissa!”“Nah, begini ‘kan enak dengarnya. Ya sudah, apa yang perlu aku bant
“Sepertinya ada suara dari dalam ruangan ini. Apa ya?” Papa datang memeriksa. Namun dia tidak menemukan apa pun. Elissa hanya diam, bahkan menahan napasnya karena takut terdengar di ruang yang sunyi tersebut.‘Ya Allah, semoga Papa tidak lihat aku di sini.’ Gumamnya dan terus memejamkan matanya karena takut. Untung saja, meja itu besar. Sehingga dirinya yang besar itu pun muat dan tak terlihat di bawah meja itu.‘Haduh, mana mau kentut segala ini.’ Elissa menahan kentut saat itu yang sudah tidak tertahan sehingga perut Elissa berbunyi ketika menahan angin di dalam perut. Papa Daniel saat itu mengucek matanya berkali-kali karena efek ngantuk yang begitu berat.‘Astaga, perut aku sepertinya sudah tidak bisa menahan angin ini. Bagaimana ini?’ Gumam Elissa yang sudah tidak bisa menahan lagi. Di tambah lagi dia menahan tubuhnya agar tidak mengenai kaki papa saat itu yang berada di dekatnya.‘Duh, kaki papa bau banget sih? Ingin muntah rasanya.’ Kaki Papa membuat Elissa tidak kuat menahan b
“Bukannya ini yang papa inginkan?”“Iya, Sayang. Papa sangat senang, akhirnya kamu mau berubah lebih baik.”“Hem, ya sudah kalau begitu. Aku pergi dulu, Pa.” Ucapnya masih dengan sikap dingin.“Iya, ya, aku kok tidak perhatikan Arga sejak tadi. Dia kelihatan rapi, padahal aku tidak minta dia untuk seperti itu.” Ucap Elissa lirih, lalu dia masuk ke dalam mobil. Begitu juga Arga yang masuk ke dalam mobilnya sendiri. Hal itu membuat Papa bingung dengan anak dan menantunya. Pergi ke kampus yang sama, suami istri, namun menaiki kendaraan masing-masing.“Eh, apa-apaan ini? Kok naik mobil sendiri-sendiri. Elissa pergi dengan suami kamu. Ayo cepat!”“Pa, kita ‘kan punya kendaraan masing-masing. Jadi tidak ada salahnya ‘kan?” Jawab Arga kesal. Elissa hanya terdiam.“Tidak, pokoknya kalian satu mobil saja. Ayo naik mobil Arga saja. Mulai hari ini, kamu pergi dengan Elissa. Tidak boleh naik sendiri. Cepat!”“Papa,”“Arga! Tidak ada alasan.”Brak! Pintu mobil di tutup dengan keras ketika Arga kel
“Aku kemari, ingin undang kalian di acara ulang tahun aku nanti malam. Aku harap kalian semua datang bawa pasangan masing-masing ya. Ini aku akan berikan satu persatu undangannya.”Leon mulai membagikan beberapa undangan untuk semua yang ada di dalam ruangan itu. Leon sengaja mengundang semua tanpa terkecuali. Anak manja, anak orang kaya, makanya buat pesta ulang tahun saja sampai meriah.“Sebagian undangan aku titip ya, nanti kalau mereka sudah datang tolong berikan. Jangan lupa datang. Terutama untuk kamu, Elissa. Aku sangat berharap kamu datang. Aku akan jadikan kamu tamu spesial nanti.” Ucapnya dengan melirik Elissa. Elissa pun hanya diam dan memberikan senyuman saja.“Elissa, aku mohon sama kamu. Kamu jangan tolak ini ya! Aku ingin kamu datang.”“Iya, aku pasti datang kok.”“Sendiri ‘kan?”“Hem!”Elissa tidak mau menjawab, dia hanya melirik Arga saat itu yang ternyata juga memperhatikan kedekatan Elissa dan Leon. Namun Arga langsung buang muka.‘Hah, Arga, Arga, aku yakin kamu pa
“El, ini kamu?”“Ya! Siapa lagi kalau bukan aku. Masa orang lain? Aku hanya satu. Masa sih harus di samakan dengan orang lain.” Jawab Elissa dengan panjang lebar tanpa jeda lagi. Arga hanya tertawa mengejek. Padahal tadi dia sudah melihat Elissa sebelum menunggu di mobil, kini justru baru bertanya.“Haha!”“Tadi tanya, sekarang malah tertawa mengejek. Apa maksud kamu!”“Kamu cantik!” Ucapan singkat, padat dan jelas terdengar saat itu.“Apa kamu bilang, Arga?”“Kamu malam ini terlihat cantik, El. Eh, sudah ayo kita berangkat. Mungkin acaranya sudah mau di mulai. Nanti kita telat.”“Ayo!”Pandangan Arga saat itu tidak lepas dari Elissa. Begitu juga sebaliknya, mereka saling curi-curi pandang saja. Tanpa di sadari, mereka pun saling senyum. Entah apa yang terjadi di antara mereka berdua. Terkadang sama-sama marah, kasar, terkadang juga lembut dan saling membantu.Tiba di tempat tujuan, yaitu rumah megah milik Leon. Meski Leon anak orang kaya, dia tetap menjadi pria yang materialistis. Se