“El, ini kamu?”“Ya! Siapa lagi kalau bukan aku. Masa orang lain? Aku hanya satu. Masa sih harus di samakan dengan orang lain.” Jawab Elissa dengan panjang lebar tanpa jeda lagi. Arga hanya tertawa mengejek. Padahal tadi dia sudah melihat Elissa sebelum menunggu di mobil, kini justru baru bertanya.“Haha!”“Tadi tanya, sekarang malah tertawa mengejek. Apa maksud kamu!”“Kamu cantik!” Ucapan singkat, padat dan jelas terdengar saat itu.“Apa kamu bilang, Arga?”“Kamu malam ini terlihat cantik, El. Eh, sudah ayo kita berangkat. Mungkin acaranya sudah mau di mulai. Nanti kita telat.”“Ayo!”Pandangan Arga saat itu tidak lepas dari Elissa. Begitu juga sebaliknya, mereka saling curi-curi pandang saja. Tanpa di sadari, mereka pun saling senyum. Entah apa yang terjadi di antara mereka berdua. Terkadang sama-sama marah, kasar, terkadang juga lembut dan saling membantu.Tiba di tempat tujuan, yaitu rumah megah milik Leon. Meski Leon anak orang kaya, dia tetap menjadi pria yang materialistis. Se
“Audrey, apa-apaan kamu ini.” Ucap Leon.“Ssssst! Kamu lihat mereka, mereka cocok bukan? Kamu itu milik aku Leon. Jadi biarkan saja mereka itu dekat.” Ujar Audrey dengan senyumnya. Leon hanya bisa pasrah, melihat Arga yang begitu dekat dengan Elissa. Bahkan mereka saling berpelukan saat ini.‘Aku tidak boleh hilangkan kesempatan ini. Aku harus pisahkan mereka. Aku tidak peduli lagi dengan Audrey. Dia sudah tidak berguna untuk aku.’ Gumam Leon lalu melepaskan pegangannya pada Audrey. Saat itu juga mau tidak mau demi perasaan yang dia rasakan pada Elissa, membuat Leon pun bertekad untuk merebutnya langsung. Arga di tarik atau di pisahkan langsung oleh Elissa. Sehingga Arga saat itu terjatuh. Sedang Leon langsung memeluk Elissa dan membawanya berdansa. Elissa berusaha menolak, namun Leon tetap kekeh untuk terus memegang dan berdansa dengan Elissa.“Kurang ajar!” Sergah Arga. Lalu dia berdiri dan menarik paksa lagi Leon saat itu. Sehingga kini, Leon gantian terjatuh di bawah. Arga pun men
“Ya Allah, apa yang sudah terjadi malam tadi. Apa yang sudah aku lakukan sama Arga? Aku takut hamil ya Allah, aku belum siap. Apa lagi aku harus hamil dengan Arga. Aku tidak terima jika ini terjadi padaku. Aku harus lakukan sesuatu! Kenapa aku jadi terjebak seperti ini sih?”Elissa segera menuju dapur dan membuka lemari es. Entah apa saat itu yang dia cari. Semula seisi kulkas rapi, namun kini berantakan Elissa buat.“Mbak El, cari apa? Kok semua isi di berantaki.”“Bibik, biasanya ada nanas bukan? Tapi di mana? Kok tidak ada?”“Tumben Mbak El cari nanas? Untuk apa? Biasanya juga tidak suka. Kok sekarang malah suka. Wah, jangan-jangan lagi ngidam ya?”“Hem, tidak Bibik. Aku hanya butuh untuk bahan praktek saja besok. Hari ini mau aku kerjakan. Sudah deh, katakan saja, ada atau tidak. Kalau tidak ada, tolong carikan dulu Bibik. Ini penting banget.”“Hem, ya sudah. Bibik memang belum belanja. Nanti Bibik belikan ya. Tapi saran Bibik, Mbak El jangan sampai makan ya. Kalau pun makan, jang
“Meski aku tidak suka, aku harus makan nanas ini. Hem, akhirnya aku dapatkan juga. Aku harus simpan nanas ini sisanya. Agar Arga atau siapa pun tidak tahu rencana aku.” Elissa langsung menyimpan nanas itu di bawah ranjangnya. Lalu di tutup dengan sprei yang menjuntai panjang ke lantai, sehingga menutup kolong di bawah ranjang.Setelah pulang dari rumah mama, Elissa melanjutkan rencananya untuk memakan nanas tersebut.“Huh, selesai juga. Simpan nanas, seperti simpan emas saja. Tapi tidak apa-apa deh. Hem, ngomong-ngomong di mana Arga ya? Perasaan dari kemarin, dia tidak kelihatan. Pagi ini ‘kan ada jam kuliah. Kok dia belum siap-siap? Duh, dasar bego. Kenapa juga aku pikirkan dia. Mau dia makan atau nggak, mau tidur di mana, lagi ngapain, apa peduli aku. Haduh!”Terkadang tanpa di sadari, Elissa pun memikirkan Arga. Namun rasa kesalnya jauh lebih menguasai dirinya. Padahal di lubuk hati yang paling dalam, sebenarnya Elissa juga peduli dengan Arga.“Hem, daripada bosan. Lebih baik aku k
Seperti biasa, sebelum berangkat kuliah. Elissa kembali terlebih dahulu ke rumah karena ingin mengambil sesuatu di kamar.“Dunia, terasa aman tidak ada kamu satu malam di sini.” Tiba-tiba Arga asal nyeletuk saja. Mungkin karena merasa kesal kejadian itu.“Baguslah.” Balas Elissa singkat, dan malah membuat Arga semakin marah.“Oh, begitu cara kamu. Setelah mendapatkan semua dari aku. Terus kamu dekat dengan pria lain dengan enaknya.“Kok jadi tidak nyambung sih?” Balas Elissa lagi semakin tidak mengerti dengan amarah Arga. Saat itu Elissa tengah mempersiapkan barangnya untuk kuliahnya. Begitu juga Arga, lalu Elissa pergi ke kampus terlebih dahulu. Hari ini, mereka dengan mobil terpisah.Melihat kepergian Elissa, tanpa di sadarivhidungnya mulai mencium bau harum nanas yang sangat menyengat di dalam kamar itu.“Loh, kok bau nanas ya? Menyengat banget.” Lalu tidak sengaja Arga melihat salah satu nanas di bawah kolong.“Loh, kok ada nanas di kamar.”Arga membuka sprei yang menjuntai di baw
“Hallo, Pak. Kok melamun!” Elissa melambaikan tangannya di depan muka Andre yang masih fokus melihat dirinya.“Pak Andre!” Panggil Elissa sekali lagi.“Oh iya, maaf Elissa. Hem, terima kasih ya bukunya. Oh iya, kamu ada waktu tidak sekarang?”“Hem. Memangnya kenapa, Pak?”“Kita makan di luar yuk!”“Duh, bagaimana ya?”“Ayo lah, sekali-kali.”“Hem, ya sudah deh kalau begitu. Aku turuti kemauan Bapak mau ke mana saja, pasti aku antar.”“Maunya di temani, bukan di antar saja. Ya sudah, ayo kita makan bareng di kafe biasa. Naik mobil kamu ya!”“Oke, baiklah. Ayo!” Ajak Elissa. Sementara itu, tidak jauh dari mereka Arga melihat kebersamaan Elissa dan Andre.“Mau ke mana mereka?”Terlihat Andre masuk ke dalam mobil Elissa saat itu. Hal itu membuat Arga merasa kesal.“Bisa-bisanya ya tuh dosen baru ganjen seperti itu. Elissa juga, kenapa sih dia mau. Arrhhh!” Arga pun kesal, lalu pulang. Sampai di rumah, dia terus menggerutu. Sehingga Papa saat itu yang juga baru pulang dari kantor mengetahu
“Aku rindu dengan Mama. Andai Mama masih ada, aku pasti tidak seperti ini.”“Kalau boleh tahu, memangnya Mama kamu meninggal karena apa, Arga?”“Panjang ceritanya, aku tidak sanggup jika mengingat semuanya. Sudahlah, lupakan saja.”“Tidak, Arga. Ceritakan saja, aku rasa ketika kamu sudah cerita keluh kesah kamu, kamu pasti bisa merasa lega. Katakan saja sama aku, aku bisa kok menjaga rahasia kamu.” Rayu Elissa. Arga pun tergerak hatinya oleh rayuan Elissa yang menginginkan dirinya bercerita.“Dulu...”Arga mulai menceritakan apa yang dia alami.Flashback!“Wah, ini cantik banget. Terima kasih banyak ya, Mas. Selama ini kamu selalu saja turuti kemauan aku.”“Iya, aku senang kalau kamu suka.”“Tapi kapan kamu nikahi aku?”“Kamu yang sabar ya? Suatu saat aku pasti akan nikahi kamu.”“Iya, tapi kapan? Selalu saja kamu bilang seperti itu. Pokoknya aku tidak mau tahu. Kamu harus nikahi aku dalam waktu dekat ini.”“Iya, iya. Kamu yang sabar ya!”“Oh iya, kamu mencintai aku bukan?”“Iya, aku
“Seperti itu lah cerita aku dulu, mama sakit komplikasi. Malah Papa selingkuh.” Jelas Arga saat sudah menceritakan semua masa lalunya.“Oh, seperti itu. Lalu, apa yang terjadi setelah itu? Apa karena itu kamu jadi nakal dan melawan papa kamu?”“Beberapa bulan setelah itu, mama meninggal. Saat itu, aku kesal dan marah dengan papa. Papa yang sudah berjanji tidak akan menikah lagi setelah mama tiada namun di ingkari.”“Maksud kamu, Papa Daniel menikah lagi dengan orang lain atau dengan selingkuhannya dulu?”“Dengan orang baru.”“Loh, katanya selingkuhannya dulu hamil?”“Itu hanya kebohongannya saja.”“Lalu di mana istri mudanya itu?”“Aku tidak tahu, mereka tidak cocok. Lalu bercerai setelah istri papa melahirkan anak. Aku tidak tahu sekarang mereka di mana.”‘Apa jangan-jangan harta papaku yang akan di berikan pada anak itu?’ Gumam Elissa saat mengingat pembicaraan papa Daniel kemarin malam.“Hem, pantas saja kamu jadi urak-urakan dan suka ganggu aku dulu. Apa karena ini semua?”“Bisa d