“Tidak mungkin, mana mungkin kalian menikah?” Audrey masih belum percaya dengan pengakuan Arga. Elissa masih terdiam bungkam tidak tahu ingin bicara apa lagi. Di saat yang lain tidak percaya dengan ucapan Arga, termasuk Audrey, Adel pun ikut bicara tentang kebenaran tersebut.“Benar Audrey, mereka sudah menikah.”“Ya, mereka memang sudah menikah.” tambah bapak Andre saat itu yang tiba-tiba muncul di antara semuanya. Barulah mereka menganggukkan kepalanya masing-masing. Bahwa berita itu benar adanya. Seketika Audrey pun malu sudah mempermalukan Elissa. Namun dirinya sendiri yang terjebak dalam situasinya sendiri.“Maaf, jika kalian semua baru tahu soal pernikahan Arga dan Elissa. Bukan berarti mereka tidak ingin kabarkan pernikahan ini dengan kalian semua. Arga dan Elissa hanya tidak ingin membuat pesta di pernikahan mereka. Sekarang kalian sudah tahu soal mereka bukan?” Tiba-tiba mama Belinda datang dengan papa Rajendra dan menjelaskan kebenaran tersebut. Mereka semua semakin percaya
Rambut lurus dan lembut terurai rapi diatas bantal yang empuk, kulit putih bersinar seperti cahaya rembulan. Mata masih terpejam dalam buaian, bulu mata yang indah, bentuk bibir yang seksi dan menawan. Ya! Milik siapa lagi kalau bukan milik Elissa, wanita berusia 23 tahun dan paling cantik. Di saat tidurnya pun, semua pelayan melayani dirinya. Mata yang enggan membuka, tetap terpejam dengan indah dan tenang. Dalam keadaan terpejam, beberapa pelayan memandikan tubuh Elissa hingga selesai dan memakai pakaian indah untuk menghadiri perayaan pesta pernikahan saudaranya saat itu. Hal itu sudah biasa dilakukan karena tidak ingin mengganggu tidurnya sang putri Elissa layaknya seperti putri tidur. Elissa juga sudah terbiasa di perlakukan seperti itu. Kemewahan dan kekayaan yang di miliki orangtuanya dia manfaatkan dengan keangkuhan. Kring! Kring! Alarm pagi itu berdering kencang. Sehingga membangunkan Elissa dari tidurnya.“Huam!” Menguap, lalu membuka matanya perlahan.“Elissa, apakah kamu
“Nona? Apa kamu tidak apa-apa?” Tanya pria itu yang rela membasahi tubuhnya dengan derasnya hujan. Elissa hanya menggelengkan kepalanya tanpa melihat pria itu.“Maafkan aku, aku tidak dapat menyelamatkan tas kamu dari penjahat itu.” Ungkap Arga. Elissa tetap berdiri diam dan menunduk. Namun suara Arga membuat Elissa sadar akan suatu hal.‘Suaranya kayak tidak asing.’ Gumam Elissa, lalu dengan cepat mendongak ke arah sumber suara pria yang menolongnya tadi.“Kamu?” Ucap Arga setelah sadar dia tengah bicara dengan siapa saat itu. Elissa adalah wanita yang tidak dia suka, begitu juga Elissa.“Arga!” Tampaknya, Elissa lebih membenci Arga. Dia langsung berjalan meninggalkan Arga saat itu tanpa peduli hujan turun lebat.Entah apa yang membuat mereka saling membenci kala itu.“Sial, tahu begitu aku tidak akan bantu dia tadi. Dasar wanita sombong, ada masanya kamu akan berada di bawah.”Jedarrrr! Tiba-tiba suara petir sangat kuat dan kilat saling menyambar.Beberapa saat kemudian, Elissa samp
“Maafkan aku, Nona. Kalau nanti aku tidak kerja, mau makan apa anak aku di rumah.” Bujuk Evita dengan wajah memelas pada Elissa sang majikan.“Itu bukan urusan aku, kamu bisa cari pekerjaan lain di luar sana. Masih banyak yang mau terima kamu. Akan tetapi, kamu harus tahu. Kalau kerja itu yang di jaga kepercayaan, bukan asal bicara.” Jelas Elissa.“Ada apa lagi ini, Elissa?” Mama datang melihat keributan di dapur saat itu.“Ma, Evita aku pecat.”“Kenapa kamu pecat?” Tanya Mama lagi.“Ma, Evita tidak perlu kerja di sini lagi. Lihatlah, ucapan saja tidak bisa di jaga, bagaimana dengan pekerja lain.”“Maksud kamu apa? Mama tidak mengerti.”“Ma, Evita sudah bicara buruk tentang aku. Makanya aku tidak suka dia tetap di sini.”“Semua bisa di bicarakan baik-baik, Elissa. Jangan pakai emosi lagi ya.”“Ah, sudahlah. Pokoknya aku tidak mau tahu, hari ini juga Elisa harus angkat kaki dari tempat ini.”“Ya sudah, terserah kamu saja.” Ucap Mama tidak ingin banyak perdebatan dengan anak semata waya
“Papa, apa ini? Ma, apa yang terjadi?” Suara parau dan bergetar ketika melihat kedua orang tuanya bersimpuh di atas lantai sore itu. Elissa tidak bisa lagi menahan begitu banyak pertanyaan di benaknya ketika dia melihat Mama dan papanya duduk berlutut di tanah. Menatap pintu rumah yang sudah tertutup rapat oleh dua orang dan juga sosok lelaki tua yang sudah sering datang ke rumah Elissa selama ini. Saat itu, Elissa baru saja pulang dari kampus dan dikejutkan dengan pemandangan tak wajar di hadapannya. Beberapa koper berisi pakaian juga sudah disiapkan untuk dibawa pergi. Namun, Elissa tidak mengerti apa yang telah terjadi.“Ma, Papa, jawab aku! Ada apa ini? Kenapa kalian ada di sini, dan orang-orang ini?” Elissa duduk dan menatap mata Mama dan papanya.“Elissa, sayang. Ini bukan rumah kita lagi. Rumahnya sudah di sita.” Mama menjelaskan dengan air mata berlinang.“Ya, tapi kenapa? Kenapa, Ma? Apa kita tidak bisa melakukan sesuatu? Lalu, kenapa rumah kita di sita? Apa salah kita?” T
“Tunggu, maksudmu anakmu suka balap liar?” Tanya Papa Rajendra dengan mengerutkan keningnya diiringi alis yang melengkung dengan berbagai macam belokan.“Hahaha, maaf. Hobinya di luar. Makanya di usianya yang sekarang, dan kebiasaannya, aku ingin menikahkannya saja dan sepertinya dia cocok untuk anakmu.” Kata Daniel.“Ya, makanya dengan menikahkan anak kita, kamu tidak perlu menyewa rumah ini. Tapi itu akan menjadi milikmu!” Daniel menjelaskan lagi.“Jadi sama saja, Paman sudah membeli aku ‘kan? Atau Papa sudah menjualku untuk menikahi anak Paman Daniel.” Ungkap pendapat Elissa. Sementara itu, mama Belinda diam saja. Berbeda dengan papa Raja, bahkan dia merasa itu adalah hal yang benar.“Bukan, bukan, bukan itu maksud Paman. Paman percaya saja padamu, kalau nanti kamu pasti bisa mengubah sikap anak Paman.” Bujuk Daniel. Elissa hanya menatap dengan curiga dan menyipitkan sebelah matanya ke arah Daniel. Entah kenapa Daniel begitu mudah menjodohkan Elissa dan anaknya.“Aneh!” Elissa menj
Setelah tidak sengaja menyenggol Adel hingga jatuh, Elissa tidak peduli dan segera menuju kursi. Di sana dia menumpahkan tangisnya yang sudah tidak terbendung lagi.“El, apa yang kamu lakukan?” Adel mendekati Elissa yang menangis di meja belajarnya. Adel memberi Elissa sebuah tisu yang dia miliki.“Kenapa kamu dekat-dekat! Aku miskin, aku sudah sering mengganggumu,” katanya dengan nada keras.“Bukankah teman menemani teman saat susah, meski dia tidak pernah dianggap teman?” Kata-kata itu membuat Elissa menghentikan amarahnya dan menatap wajah Adel yang saat ini berada di sampingnya.“Kamu serius? Jadi selama ini aku banyak merepotkanmu, tapi kamu masih menganggapku teman? Kamu tidak malu berteman denganku yang malang ini?”“Elissa, bagiku sahabat yang saling mengerti. Selama ini aku berusaha baik sama kamu, tapi apa kamu tidak mengerti aku? Aku butuh teman, dan tidak ada yang menemaniku. Apa salahku? Dan apa salahnya jika Aku baik padamu? Kita berteman 'kan?” Adel membuka kesempatan u
“Maaf, Papa harus lakukan ini. Kamu harus ikut Papa sekarang juga.” Papa Daniel harus menarik Arga untuk masuk ke dalam mobil. Malam itu banyak disaksikan oleh teman-teman Arga yang melihat langsung kejadian tersebut. Arga tidak bisa menahan diri sampai dia masuk ke dalam mobil. Teman-temannya hanya mengejek Arga saat itu juga.“Haha, anak Papa dijemput lagi.” Teman-teman Arga mengejek Arga.“Iya, takut diculik tante kalau tidak pulang mungkin. Haha!”“Bisa jadi!” Sahut yang lain lagi.Itulah yang mereka katakan satu sama lain. Sempat terdengar di telinga Arga dan ingin marah saat itu juga. Tapi papa tetap menarik Arga dengan paksa.“Awas saja kalian!” Ancamnya dari balik kaca mobil.“Arga, ayo. Ayo kita pulang!”Tiga puluh menit perjalanan, Arga dan papa Daniel tiba di rumah. Tempat balap mobil Arga memang tidak jauh. Karena itulah Arga lebih memilih untuk mengikuti hobinya bersama teman-teman lainnya.“Papa, apa yang salah? Main paksa saja. Di mana aku taruh wajahku ketika mereka se
“Tidak mungkin, mana mungkin kalian menikah?” Audrey masih belum percaya dengan pengakuan Arga. Elissa masih terdiam bungkam tidak tahu ingin bicara apa lagi. Di saat yang lain tidak percaya dengan ucapan Arga, termasuk Audrey, Adel pun ikut bicara tentang kebenaran tersebut.“Benar Audrey, mereka sudah menikah.”“Ya, mereka memang sudah menikah.” tambah bapak Andre saat itu yang tiba-tiba muncul di antara semuanya. Barulah mereka menganggukkan kepalanya masing-masing. Bahwa berita itu benar adanya. Seketika Audrey pun malu sudah mempermalukan Elissa. Namun dirinya sendiri yang terjebak dalam situasinya sendiri.“Maaf, jika kalian semua baru tahu soal pernikahan Arga dan Elissa. Bukan berarti mereka tidak ingin kabarkan pernikahan ini dengan kalian semua. Arga dan Elissa hanya tidak ingin membuat pesta di pernikahan mereka. Sekarang kalian sudah tahu soal mereka bukan?” Tiba-tiba mama Belinda datang dengan papa Rajendra dan menjelaskan kebenaran tersebut. Mereka semua semakin percaya
“Tidak, aku tidak akan izinkan kamu lihat papa kamu.”Singkat, namun sangat menyakitkan bagi Arga. Elissa tidak mengizinkan Arga untuk bertemu dengan papanya saat itu juga. Padahal baru saja hubungan mereka membaik. Akan tetapi ada saja hal yang membuat mereka bertengkar.“Kenapa aku tidak boleh melihat papa aku sendiri? Aku hanya ingin bertemu sebentar dengan papa. Aku tidak minta kamu untuk antar aku, aku hanya ingin tahu papa di tahan di mana. Aku ingin datang sendiri untuk melihat keadaan papa. Kamu kok jahat banget sih, Elissa!” Ucapnya dengan terisak-isak.“Aku tidak peduli tentang itu semua, Arga Pokoknya apa pun alasannya, kamu tidak boleh bertemu papa kamu untuk sementara waktu ini.”“Iya, apa alasannya? Jelaskan!” Sergah Arga. Namun Elissa hanya diam saja tidak mau berikan alasan yang sebenarnya.“El, kenapa kamu diam saja? Apa alasannya? Dia papa aku, kenapa kamu larang aku untuk bertemu dengannya. Jika aku tahu di mana papa aku kamu penjarakan, mana mungkin aku datang kema
“Untuk apa aku marah, lagi pula itu keinginan Arga. Jika tidak, mana mungkin dia lakukan itu. Kamu tahu sendiri, Arga itu hanya ingin buat aku marah agar aku meninggalkan dia. Akan tetapi, tidak semudah itu. Aku memang kesal dengan dia karena anak ini. Tadi malam aku berpikir, mungkin ada baiknya aku tetap bertahan dengan dia hingga lahir anak ini. Setelah itu, dia yang akan merawat anak ini sendiri. Haha!”Ucap Elissa dengan penuh percaya diri. Raut senyum di wajahnya tergambar jelas, bahkan malah terlihat mengejek Arga saat itu.“Sial, kenapa Elissa malah senyum-senyum. Kok dia tidak marah sih, minimal samperin kek, terus marah-marah dan tinggalkan aku. Masa bodo dengan orang yang banyak tahu nanti masalahnya. Yang penting aku bisa terbebas dari dia.” Ucap Arga lirih.“Arga, kamu bicara apa? Bicara dengan aku ya?” Tanya Audrey saat itu.“Oh, tidak. Tidak kok, aku ke kelas duluan ya. Ada tugas yang belum aku selesaikan.” Ucap Arga beralasan.“Hem, oke. Baiklah!” Balas Audrey dengan p
“Jangan mendekat!” Spontan ucapan Arga terdengar sangat ketakutan ketika melihat Elissa. Bahkan Arga tidak ingin berdekatan dengan Elissa lagi.“Kenapa?” Tanya Elissa saat itu yang hendak duduk di sebuah kursi untuk ikut makan bersama dengan keluarga besar papa Rajendra.“Arga, kamu kenapa? Kok sepertinya ketakutan melihat Elissa?”“Tidak apa-apa, Ma, Pa.” Jawab Arga lirih takut jika yang lain tahu bahwa dia takut dengan Elissa saat itu.“Ma, Pa, sudah aku bilang sejak awal. Kenapa juga izinkan Arga tinggal di sini. Sekarang lihat saja, dekat atau lihat aku saja tidak mau. Jadi apa gunanya dia ada di sini. Ha?”“Sudah diam Elissa. Berulang kali Papa katakan sama kamu, Arga itu suami kamu. Dia papa dari anak yang kamu kandung, jadi kamu harus hormati dia. Bukan kamu perlakukan seperti ini!”“Tapi, Pa. Sejak awal aku sudah tidak suka dengan perjodohan ini. Kenapa Mama dan Papa paksa aku. Lihat, terbukti sekarang kalau papa Arga itu sudah menipu Papa. Apa Papa masih tidak percaya dan mau
Di tengah malam yang mencekam, mati lampu dan suasana di luar hujan begitu deras sejak sore tadi. Arga yang tengah tidur bersama Elissa saat itu, mau tidak mau harus dia lakukan.Arga sengaja membiarkan Elissa untuk tidur bersamanya malam itu. Karena dia ingin memberikan kesempatan pada Elissa sebagai bentuk tanggung jawab terhadap anaknya.“Kamu pikir, aku biarkan kamu tidur bersamaku malam ini tidak dengan tujuan aku Arga? Kamu akan tahu sendiri akibatnya. Rasakan ini!” Elissa memegang bantalnya dan mengarahkan pada wajah Arga agar kesulitan bernapas saat bantal itu di tekan di atasnya. Lalu bantal itu pun di gunakan Elissa untuk menekan bagian pernapasan Arga dengan kuat. Sehingga Arga kesulitan bernapas dalam tidurnya dan meronta-ronta. Sekujur tubuh tegang, kedua tangan dan kakinya meronta dengan keras. Namun karena tubuh Elissa menindih tubuh Arga, jadi Arga tidak dapat banyak bergerak. Elissa masih dengan posisinya yang bersemangat untuk membunuh sang suaminya sendiri. Sebuah s
Arga yang mendengar itu pun langsung panik dan bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya. Papa Daniel hanya bisa diam, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena laporan itu benar adanya apa yang sudah dia lakukan sebelumnya.“Tangkaplah saya, Pak!” Ucap Papa dengan mudahnya menyerahkan diri.“Apa-apaan ini, Pa? Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Masalah apa sebenarnya? Kenapa aku tidak tahu apa-apa?”Plok! Plok! Plok!Suara tepuk tangan terdengar nyaring dari pintu masuk saat itu. Elissa dan Mama papanya melangkah masuk. Elissa yang tampak senang, karena sebentar lagi dia akan mendapatkan haknya kembali dan memberikan kepada orang tua sebagai kejutan. Sedangkan mama Belinda dan papa Rajendra malah bingung.“Elissa, sebenarnya apa yang ingin kamu tunjukkan kepada kami?” Tanya Papa heran.“Pa, harta kita akan kembali ke tangan kita lagi. Papa Daniel sudah ketahuan dan dia harus menanggung semua yang sudah dia lakukan selama ini.”“Maksud kamu apa?” Tanya Mama belum mengerti. Namun Ar
“Apa? Jadi Mbak Elissa hamil?” Ucap Bibi Lusy dengan wajah sumringah. Akhirnya akan ada anggota baru di rumah itu.“Mbak, Mbak, El. Mbak, apa yang ingin Mbak lakukan? Mbak hamil? Jangan lakukan ini, Mbak. Seharusnya Mbak bahagia. Bukannya malah mengakhiri semua ini.”“Buat apa, Bik? Lihat, apa yang sudah Arga lakukan? Dia tidak mau terima anak ini. Jadi untuk apa dia hidup, jika dia tidak mau mati sendiri. Lebih baik mati dengan aku, Bik.”“Astaghfirullah, istighfar Mbak El. Istighfar. Jangan berpikir seperti itu. Dosa.” Ucap Bibi Lusy terus mencoba menasihati Elissa. Arga hanya tertegun diam saja saat itu tidak dapat bicara lagi.“Mas Arga, bagaimana ini?”“Ya sudah kita bawa dia ke kamar saja. Biar Elissa tenangkan pikirannya dulu.” Perintah Arga pada Bibi Lusy untuk membawa Elissa masuk ke dalam kamar terlebih dahulu.“Baik, Mas.” Bibi Lusy pun langsung menuntun Elissa untuk masuk ke kamar. Namun Elissa menolak mentah-mentah.“Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri kok.” Elissa menola
“Selamat ya, Mbak Elissa. Usia kehamilan Anda sudah satu bulan.”“Terima kasih, Dokter!” Balas Elissa.Setelah mengetahui hasil tesnya, Elissa buru-buru keluar. Perasaannya saat itu benar-benar kacau. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi, harus senang atau marah untuk saat ini.“El, bagaimana hasilnya?” Tanya Adel saat itu yang duduk menunggu di luar ruangan.“Aku tidak menginginkan anak ini, kenapa dia hadir di waktu yang tidak tepat.”“El, jadi kamu benar-benar hamil? El, jangan berpikir yang bukan-bukan dulu ya. Lebih baik kamu bicarakan baik-baik dengan Arga bagaimana solusinya. Kamu jangan terlalu gegabah. Mungkin dengan hadirnya anak ini, cara Allah dekatkan diri kamu dengan Arga. Mungkin kalian sudah di takdirkan untuk berjodoh.”“Tidak, Adel. Aku belum siap untuk saat ini. Aku bingung harus bagaimana.”“Ya sudah, yang penting kamu cukup tenang dulu ya. Ayo biar aku antar kamu pulang. Ayo!”***“Arga, aku ingin katakan sesuatu sama kamu sekarang!”“Katakan saja, apa itu?”“Aku h
“Elissa, terima kasih ya sudah bantu aku tadi.” Arga langsung memeluk Elissa saat itu juga. Elissa pun memeluk balik Arga dengan tulus dan sangat erat.“Kalau saja tadi tidak ada kamu, entah apa yang akan di lakukan Gea terhadap aku.”“Sudah, kamu yang tenang ya! Jangan pikirkan lagi soal itu. Ada aku di sini.” Elissa memeluk dan mengelus rambut Arga dengan lembut. Bahkan Elissa berani mencium rambut Arga saat itu.‘Baru kali ini aku memeluk Arga dalam keadaan sadar. Entah kenapa perasaan aku sangat bahagia dan nyaman. Apa benar aku mulai suka dengan Arga?’ Gumam Elissa. Begitu juga dengan Arga, dia juga merasakan hal yang sama.‘Kenapa aku merasa nyaman di pelukan Elissa ya? Apa aku mulai menyukai Elissa? Tidak mungkin.’Tok! Tok! Tok!Tiba-tiba pintu kamar ada yang mengetuk dari luar. Elissa dan Arga segera melepaskan pelukannya saat itu.“Hem, siapa ya?” Arga segera membuka pintu kamar. Terlihat Bibik Lusy langsung memberikan sebuah kotak.“Mas, ini untuk Mas Arga.” Bibik Lusy meny