Seperti biasa, sebelum berangkat kuliah. Elissa kembali terlebih dahulu ke rumah karena ingin mengambil sesuatu di kamar.“Dunia, terasa aman tidak ada kamu satu malam di sini.” Tiba-tiba Arga asal nyeletuk saja. Mungkin karena merasa kesal kejadian itu.“Baguslah.” Balas Elissa singkat, dan malah membuat Arga semakin marah.“Oh, begitu cara kamu. Setelah mendapatkan semua dari aku. Terus kamu dekat dengan pria lain dengan enaknya.“Kok jadi tidak nyambung sih?” Balas Elissa lagi semakin tidak mengerti dengan amarah Arga. Saat itu Elissa tengah mempersiapkan barangnya untuk kuliahnya. Begitu juga Arga, lalu Elissa pergi ke kampus terlebih dahulu. Hari ini, mereka dengan mobil terpisah.Melihat kepergian Elissa, tanpa di sadarivhidungnya mulai mencium bau harum nanas yang sangat menyengat di dalam kamar itu.“Loh, kok bau nanas ya? Menyengat banget.” Lalu tidak sengaja Arga melihat salah satu nanas di bawah kolong.“Loh, kok ada nanas di kamar.”Arga membuka sprei yang menjuntai di baw
“Hallo, Pak. Kok melamun!” Elissa melambaikan tangannya di depan muka Andre yang masih fokus melihat dirinya.“Pak Andre!” Panggil Elissa sekali lagi.“Oh iya, maaf Elissa. Hem, terima kasih ya bukunya. Oh iya, kamu ada waktu tidak sekarang?”“Hem. Memangnya kenapa, Pak?”“Kita makan di luar yuk!”“Duh, bagaimana ya?”“Ayo lah, sekali-kali.”“Hem, ya sudah deh kalau begitu. Aku turuti kemauan Bapak mau ke mana saja, pasti aku antar.”“Maunya di temani, bukan di antar saja. Ya sudah, ayo kita makan bareng di kafe biasa. Naik mobil kamu ya!”“Oke, baiklah. Ayo!” Ajak Elissa. Sementara itu, tidak jauh dari mereka Arga melihat kebersamaan Elissa dan Andre.“Mau ke mana mereka?”Terlihat Andre masuk ke dalam mobil Elissa saat itu. Hal itu membuat Arga merasa kesal.“Bisa-bisanya ya tuh dosen baru ganjen seperti itu. Elissa juga, kenapa sih dia mau. Arrhhh!” Arga pun kesal, lalu pulang. Sampai di rumah, dia terus menggerutu. Sehingga Papa saat itu yang juga baru pulang dari kantor mengetahu
“Aku rindu dengan Mama. Andai Mama masih ada, aku pasti tidak seperti ini.”“Kalau boleh tahu, memangnya Mama kamu meninggal karena apa, Arga?”“Panjang ceritanya, aku tidak sanggup jika mengingat semuanya. Sudahlah, lupakan saja.”“Tidak, Arga. Ceritakan saja, aku rasa ketika kamu sudah cerita keluh kesah kamu, kamu pasti bisa merasa lega. Katakan saja sama aku, aku bisa kok menjaga rahasia kamu.” Rayu Elissa. Arga pun tergerak hatinya oleh rayuan Elissa yang menginginkan dirinya bercerita.“Dulu...”Arga mulai menceritakan apa yang dia alami.Flashback!“Wah, ini cantik banget. Terima kasih banyak ya, Mas. Selama ini kamu selalu saja turuti kemauan aku.”“Iya, aku senang kalau kamu suka.”“Tapi kapan kamu nikahi aku?”“Kamu yang sabar ya? Suatu saat aku pasti akan nikahi kamu.”“Iya, tapi kapan? Selalu saja kamu bilang seperti itu. Pokoknya aku tidak mau tahu. Kamu harus nikahi aku dalam waktu dekat ini.”“Iya, iya. Kamu yang sabar ya!”“Oh iya, kamu mencintai aku bukan?”“Iya, aku
“Seperti itu lah cerita aku dulu, mama sakit komplikasi. Malah Papa selingkuh.” Jelas Arga saat sudah menceritakan semua masa lalunya.“Oh, seperti itu. Lalu, apa yang terjadi setelah itu? Apa karena itu kamu jadi nakal dan melawan papa kamu?”“Beberapa bulan setelah itu, mama meninggal. Saat itu, aku kesal dan marah dengan papa. Papa yang sudah berjanji tidak akan menikah lagi setelah mama tiada namun di ingkari.”“Maksud kamu, Papa Daniel menikah lagi dengan orang lain atau dengan selingkuhannya dulu?”“Dengan orang baru.”“Loh, katanya selingkuhannya dulu hamil?”“Itu hanya kebohongannya saja.”“Lalu di mana istri mudanya itu?”“Aku tidak tahu, mereka tidak cocok. Lalu bercerai setelah istri papa melahirkan anak. Aku tidak tahu sekarang mereka di mana.”‘Apa jangan-jangan harta papaku yang akan di berikan pada anak itu?’ Gumam Elissa saat mengingat pembicaraan papa Daniel kemarin malam.“Hem, pantas saja kamu jadi urak-urakan dan suka ganggu aku dulu. Apa karena ini semua?”“Bisa d
“Elissa, terima kasih ya sudah bantu aku tadi.” Arga langsung memeluk Elissa saat itu juga. Elissa pun memeluk balik Arga dengan tulus dan sangat erat.“Kalau saja tadi tidak ada kamu, entah apa yang akan di lakukan Gea terhadap aku.”“Sudah, kamu yang tenang ya! Jangan pikirkan lagi soal itu. Ada aku di sini.” Elissa memeluk dan mengelus rambut Arga dengan lembut. Bahkan Elissa berani mencium rambut Arga saat itu.‘Baru kali ini aku memeluk Arga dalam keadaan sadar. Entah kenapa perasaan aku sangat bahagia dan nyaman. Apa benar aku mulai suka dengan Arga?’ Gumam Elissa. Begitu juga dengan Arga, dia juga merasakan hal yang sama.‘Kenapa aku merasa nyaman di pelukan Elissa ya? Apa aku mulai menyukai Elissa? Tidak mungkin.’Tok! Tok! Tok!Tiba-tiba pintu kamar ada yang mengetuk dari luar. Elissa dan Arga segera melepaskan pelukannya saat itu.“Hem, siapa ya?” Arga segera membuka pintu kamar. Terlihat Bibik Lusy langsung memberikan sebuah kotak.“Mas, ini untuk Mas Arga.” Bibik Lusy meny
“Selamat ya, Mbak Elissa. Usia kehamilan Anda sudah satu bulan.”“Terima kasih, Dokter!” Balas Elissa.Setelah mengetahui hasil tesnya, Elissa buru-buru keluar. Perasaannya saat itu benar-benar kacau. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi, harus senang atau marah untuk saat ini.“El, bagaimana hasilnya?” Tanya Adel saat itu yang duduk menunggu di luar ruangan.“Aku tidak menginginkan anak ini, kenapa dia hadir di waktu yang tidak tepat.”“El, jadi kamu benar-benar hamil? El, jangan berpikir yang bukan-bukan dulu ya. Lebih baik kamu bicarakan baik-baik dengan Arga bagaimana solusinya. Kamu jangan terlalu gegabah. Mungkin dengan hadirnya anak ini, cara Allah dekatkan diri kamu dengan Arga. Mungkin kalian sudah di takdirkan untuk berjodoh.”“Tidak, Adel. Aku belum siap untuk saat ini. Aku bingung harus bagaimana.”“Ya sudah, yang penting kamu cukup tenang dulu ya. Ayo biar aku antar kamu pulang. Ayo!”***“Arga, aku ingin katakan sesuatu sama kamu sekarang!”“Katakan saja, apa itu?”“Aku h
“Apa? Jadi Mbak Elissa hamil?” Ucap Bibi Lusy dengan wajah sumringah. Akhirnya akan ada anggota baru di rumah itu.“Mbak, Mbak, El. Mbak, apa yang ingin Mbak lakukan? Mbak hamil? Jangan lakukan ini, Mbak. Seharusnya Mbak bahagia. Bukannya malah mengakhiri semua ini.”“Buat apa, Bik? Lihat, apa yang sudah Arga lakukan? Dia tidak mau terima anak ini. Jadi untuk apa dia hidup, jika dia tidak mau mati sendiri. Lebih baik mati dengan aku, Bik.”“Astaghfirullah, istighfar Mbak El. Istighfar. Jangan berpikir seperti itu. Dosa.” Ucap Bibi Lusy terus mencoba menasihati Elissa. Arga hanya tertegun diam saja saat itu tidak dapat bicara lagi.“Mas Arga, bagaimana ini?”“Ya sudah kita bawa dia ke kamar saja. Biar Elissa tenangkan pikirannya dulu.” Perintah Arga pada Bibi Lusy untuk membawa Elissa masuk ke dalam kamar terlebih dahulu.“Baik, Mas.” Bibi Lusy pun langsung menuntun Elissa untuk masuk ke kamar. Namun Elissa menolak mentah-mentah.“Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri kok.” Elissa menola
Arga yang mendengar itu pun langsung panik dan bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya. Papa Daniel hanya bisa diam, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena laporan itu benar adanya apa yang sudah dia lakukan sebelumnya.“Tangkaplah saya, Pak!” Ucap Papa dengan mudahnya menyerahkan diri.“Apa-apaan ini, Pa? Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Masalah apa sebenarnya? Kenapa aku tidak tahu apa-apa?”Plok! Plok! Plok!Suara tepuk tangan terdengar nyaring dari pintu masuk saat itu. Elissa dan Mama papanya melangkah masuk. Elissa yang tampak senang, karena sebentar lagi dia akan mendapatkan haknya kembali dan memberikan kepada orang tua sebagai kejutan. Sedangkan mama Belinda dan papa Rajendra malah bingung.“Elissa, sebenarnya apa yang ingin kamu tunjukkan kepada kami?” Tanya Papa heran.“Pa, harta kita akan kembali ke tangan kita lagi. Papa Daniel sudah ketahuan dan dia harus menanggung semua yang sudah dia lakukan selama ini.”“Maksud kamu apa?” Tanya Mama belum mengerti. Namun Ar